Menyusutnya Separuh Cadangan Air Tawar Danau di Dunia
Diperkirakan air danau susut hingga lebih dari 600 miliar liter atau separuh dari kapasitas maksimalnya sehingga menjadi ancaman serius bagi keberlangsung hidup manusia di seluruh dunia.
Sebanyak 87 persen kebutuhan air tawar di dunia disuplai dari danau. Ironisnya, sepanjang periode 1992-2020 volume air tawar danau di seluruh dunia turun hingga 53 persen. Danau-danau besar itu mengering karena krisis iklim dan penggunaan air berlebihan.
Secara global, luasan danau di seluruh dunia hanya menutupi tiga persen dari permukaan bumi. Meskipun luasannya sangat terbatas, total populasi manusia yang hidup di cekungan danau itu sedikitnya mencapai 2 miliar jiwa. Hal ini berkaitan erat dengan fungsi danau yang sangat strategis, yakni sebagai penyuplai air minum, sistem irigasi, pembangkit listrik, serta menyediakan habitat bagi hewan dan tumbuhan.
Hanya saja, peran strategis itu kini dihadapkan dengan kondisi alam yang kian memprihatinkan. Volume air danau berfluktuasi secara drastis dan cenderung menunjukkan tren penurunan volume air. Diperkirakan air danau susut hingga lebih dari 600 miliar liter atau separuh dari kapasitas maksimalnya. Hal ini tentu saja menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan hidup manusia di seluruh dunia.
Fenomena penurunan volume tersebut diperoleh dari hasil analisis kajian yang dilakukan oleh sejumlah peneliti dan telah diterbitkan pada 19 Mei 2023 dengan judul ”Satellites reveal widespread decline in global lake water storage”. Riset tersebut dilakukan dengan mengamati 1.972 danau di seluruh dunia dengan menggunakan citra satelit, data iklim, dan pemodelan hidrologi.
Penyusutan volume air danau itu terjadi di semua wilayah secara global. Namun, penurunan volume terbesar di dunia terjadi di sisi barat Amerika Utara, sisi timur Amerika Latin, sisi timur Afrika, Timur Tengah, Asia Tengah dan Selatan, serta Asia Timur. Faktor yang paling mempengaruhi fenomena itu adalah perubahan iklim. Selain itu, disertai pula oleh pola konsumsi air yang tidak terkendali dan sedimentasi di badan danau yang menyebabkan pendangkalan.
Baca juga: Volume Waduk Global Menyusut
Faktor iklim menjadi penyebab utama mengeringnya danau-danau di dunia. Pemanasan global mendorong tingginya penguapan atau evapotransporasi. Hal tersebut diperparah dengan fenomena gelombang panas yang muncul di sejumlah kawasan. Hasil riset juga menunjukkan bahwa keringnya sumber-sumber air bukan hanya di badan danau, melainkan di sistem aliran sungai yang menyuplai ke danau tersebut.
Faktor berikutnya adalah penggunaan air tawar berlebihan untuk kepentingan domestik dan industri. Konsumsi air tawar global terpantau meningkat terus mulai dari tahun 1900-an. Berdasarkan data Our World in Data, hingga tahun 2014 konsumsi air tawar mencapai sekitar 4 triliun meter kubik. Salah satu sumber air tawar tersebut berasal dari danau.
Faktor lainnya yang ketiga adalah sedimentasi dari wilayah perbukitan yang memiliki alur sungai ke danau tersebut. Sedimentasi yang terjadi berlebihan adalah dampak dari buruknya pengelolaan lahan sehingga material tanah tergerus dan ikut mengalir ke badan danau. Peralihan tata guna lahan dan mengeringnya tanah karena krisis iklim turut melemahkan kekuatan struktur tanah, sehingga meningkatkan massa sedimentasi.
Keringnya danau
Makin mengeringnya cadangan air danau selama hampir tiga dekade terakhir menjadi peringatan serius bagi masyarakat dunia. Cadangan air tawar berkualitas dengan jumlah yang memadai adalah keniscayaan untuk menjamin keberlanjutan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan usaha lebih keras agar kondisi danau tidak makin memburuk ke depannya.
Badan PBB untuk Program Lingkungan Hidup (UNEP) menyuarakan pentingnya menjaga kelestarian danau ke semua negara di dunia. Langka konkret yang dilakukan adalah mengeluarkan dokumen Pengelolaan Danau Berkelanjutan. Dokumen tersebut diinstruksikan agar dilakukan secara integrasi dengan rencana pembangunan nasional dan daerah di sebuah negara.
Langkah pelestarian danau itu sangatlah penting karena apabila danau itu menyusut dan mengering maka menimbulkan kerugian yang sangat besar, baik secara lingkungan ataupun valuasi ekonomi. Penelitian tentang mengeringnya danau-danau di dunia menyimpan besarnya kerugian terhadap ekologi dan sosial ekonomi masyarakat. Keringnya danau akan menyebabkan hilangnya keragaman hayati karena sekitar 140.000 spesies dari total biodiversitas flora dan fauna bergantung pada habitat air tawar di danau.
Baca juga: Darurat Ancaman Krisis Air Dunia
Ekosistem danau juga menyediakan kebutuhan pangan miliaran orang di seluruh dunia, termasuk sebagai sarana mata pencarian yang bernilai ekonomi. Hasil perikanan air tawar di danau mampu menghasilkan jutaan ton ikan guna memenuhi kebutuhan protein bagi manusia. Danau juga memiliki nilai estetika dan rekreasi yang mampu memberikan pemasukan dari sektor jasa bagi masyarakat setempat.
Dalam konteks reduksi emisi karbon secara global, danau juga berperan penting untuk menyimpan cadangan karbon dunia dengan proporsi 20-30 persen. Mengeringnya danau-danau di dunia tentu menjadi masalah besar bagi usaha menahan laju krisis iklim.
Fenomena mengeringnya danau-danau secara global itu juga terjadi di Indonesia. Berdasarkan riset Fangfang Yao dan kawan-kawan (2023), Indonesia memiliki 840 danau yang telah teridentifikasi dengan luas total 7.103 kilometer persegi. Selain itu, juga memiliki sejumlah telaga, ranu, atau situ yang mencapai 735 titik.
Danau-danau besar di Indonesia terkonsentrasi di pulau Sumatera dengan proporsi secara nasional mencapai kisaran 20 persen. Wilayah lain yang memiliki banyak danau ialah Kalimantan dan Papua. Apabila ditotal, volume air yang dapat ditampung seluruh danau secara nasional diperkirakan mencapai 500 miliar meter kubik. Sayangnya, ratusan danau itu menghadapi berbagai permasalahan.
Misalnya saja, seperti Danau Semayang dan Danau Melintang di Kalimantan Timur. Kedua danau ini menunjukkan pendangkalan sehingga volume air berkurang. Bahkan, pernah hanya 1 meter kedalaman air di tengah danau sehingga berimbas pada kerusakan ekosistem dan kerugian ekonomi (Kompas/12/2/2020).
Danau lainnya, yakni Danau Toba, juga menghadapi permasalahan serupa. Tinggi muka airnya turun drastis pada awal tahun 2021 hingga mendekati batas minimumnya. Laju penurunan tinggi muka air Danau Toba sekitar 1 sentimeter per harinya. Penyebab utamanya adalah kerusakan ekosistem sekitar danau yang berpengaruh pada suplai air tawar.
Nasib Danau Tempe di Sulawesi Selatan juga tak kalah miris. Volume danau terus berkurang, padahal keberadaannya vital bagi budidaya perikanan air tawar dan pengairan lahan pertanian. Selain cuaca yang tak menentu, sedimentasi atau pendangkalan juga menjadi penyebab utama penyusutan Danau Tempe itu. Salah satu dampaknya terasa bagi masyarakat, yakni produksi perikanan turun drastis hingga 75 persen bila dibandingkan tahun 1970-an.
Peran strategis
Secara ekologi, danau memiliki kemampuan menampung air hujan secara alami untuk menekan risiko banjir dan kekeringan. Selain memiliki fungsi ekologi, danau juga mampu memenuhi kebutuhan air bagi pertanian, perikanan, dan kebutuhan domestik rumah tangga secara berkelanjutan. Artinya, melestarikan danau berarti juga menjaga keberlanjutan sumber daya air bagi kehidupan.
Dalam dokumen Rekomendasi Pengelolaan Danau secara Terpadu dan Berkelanjutan Tahun 2020 oleh Dewan Sumber Daya Air Nasional, ada belasan peran strategis danau bagi kehidupan masyarakat. Peran itu terbagi menjadi dua kelompok, yaitu peran secara langsung dan tidak langsung. Tujuh peran strategis danau secara langsung adalah air baku rumah tangga, energi pembangkit listrik, air irigasi untuk pertanian, serta pemenuhan kebutuhan industri.
Baca juga: Tinggi Muka Air Danau Toba Menurun Drastis, Modifikasi Cuaca Dilakukan
Selain itu, juga sebagai sarana rekreasi dan pariwisata, air tawar untuk kegiatan nelayan di danau, dan mendukung pelestarian budaya lokal di sekitar danau. Salah satu danau dengan strategis yang besar adalah Danau Toba di Sumatera Utara. Saat ini, Danau Toba menjadi pusat pembangunan ekonomi melalui pariwisata dan kebudayaan.
Selanjutnya, peran danau secara tidak langsung adalah menyediakan tempat bagi edukasi dan penelitian ekologi air tawar (danau) serta memfasilitasi aktivitas transportasi air bagi masyarakat. Keberadaan danau juga sangat penting bagi wadah penampung dan resapan air untuk pengendalian banjir. Bagi sistem ekologi, danau menjadi sarana perwujudan keanekaragaman hayati.
Secara legal, pemerintah memiliki sejumlah regulasi terkait pelestarian danau secara berkelanjutan. Di antaranya aturan tentang konservasi danau yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air yang meliputi perlindungan sumber air, pengelolaan kualitas air, dan pengendalian pencemaran air. Lebih fokus lagi, pemerintah Indonesia juga mengeluarkan Perpres Nomor 60 Tahun 2021 tentang Penyelamatan Danau Prioritas Nasional.
Total ada 15 danau prioritas secara nasional yang tersebar dari pulau Sumatera hingga Papua. Penetapannya berdasarkan kondisi degradasi lingkungan, memiliki nilai ekonomi hingga ilmu pengetahuan, dan tercantum dalam dokumen perencanaan pembangunan. Upaya penyelamatan danau di Indonesia tersebut diperkuat melalui inventarisasi poin-poin yang menjadi tantangan selama ini.
Setidaknya ada tiga tantangan utama yang dihadapi. Pertama, bagaimana mengintegrasikan pengelolaan danau dan sempadan danau dengan pengelolaan ekosistem daratan. Selain pengelolaan lahan sekitar danau, kunci penyelamatan danau juga harus dimulai dari konservasi sungai yang menyuplai air danau. Kerusakan ekosistem sungai akan berpengaruh pada kualitas air danau.
Kedua, pengendalian kerusakan daerah aliran sungai yang menyuplai banyak sedimen ke area danau. Penumpukan sedimen akan menyebabkan eutrofikasi dan pendangkalan danau yang merusak habitat perairan tawar. Ketiga, mewujudkan pengelolaan yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat dan pemerintah setempat.
Secara akumulatif, lebih dari 1.250 danau tersebar di seluruh Indonesia mulai dari yang berukuran kecil hingga besar. Ribuan danau tersebut menyimpan sekitar 500 miliar kubik cadangan air tawar yang sangat penting bagi keberlanjutan ekosistem, aktivitas ekonomi, hingga keberlangsungan budaya. Peran strategis danau bagi umat manusia tidak bisa disepelekan, apalagi saat ini sedang terjadi anomali iklim global yang menyebabkan berkurangnya volume air di danau. Dengan melindungi dan memulihkan danau dapat menjadi salah satu solusi penting dalam meminimalkan dampak perubahan iklim. Selain itu, dengan melestarikan danau maka turut serta membantu pemulihan ekosistem, menjaga stok air tawar, serta menjaga keberlanjutan hidup manusia dan lingkungan secara utuh. (LITBANG KOMPAS)