Renovasi Jakarta International Stadium, dari Piala Dunia U-17 hingga Politik
Jakarta International Stadium (JIS) selalu diwarnai kontroversi dari awal dibangun hingga rencana penyelenggaraan Piala Dunia U-17.
Oleh
Yohanes Mega Hendarto
·5 menit baca
Induk Organisasi Sepak Bola Dunia, FIFA, menilai Jakarta International Stadium (JIS) belum memenuhi standar FIFA sebagai salah satu stadion penyelenggaraan Piala Dunia U-17. Penilaian ini disikapi pemerintah dengan rencana renovasi stadion yang memicu kontroversi publik, khususnya di media sosial. Lagi-lagi, JIS bukan sekadar stadion, melainkan juga memiliki simbol politis.
Ketua Umum PSSI sekaligus Menteri BUMN Erick Thohir langsung bergerak cepat menyiapkan penyelenggaraan Piala Dunia U-17 di Indonesia pada 10 November-2 Desember 2023. Bersama dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, ketiganya meninjau JIS pada Selasa, 4 Juli 2023. Sebagai salah satu stadion yang akan digunakan nanti, JIS dinilai masih perlu direnovasi di sejumlah bagian.
Juru Bicara Kementerian PUPR sekaligus Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan Endra S Atmawidjaja menyampaikan bahwa rumput lapangan JIS harus diganti. Selain itu, bagian jalur akses dan lahan parkir juga masuk dalam agenda renovasi, meskipun hanya menyisakan waktu tiga bulan ke depan.
Rencana renovasi JIS dilakukan secara kerja sama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemerintah pusat melalui PUPR. Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyatakan, sejauh ini Pemprov DKI Jakarta sudah menambah jalur akses di sisi kiri di kawasan dekat Danau Cincin, kemudian jalan nontol dan pembangunan jembatan penyeberangan orang dari Jalan R.E. Martadinata ke arah Ancol. Untuk pemerintah pusat akan mengerjakan akses transportasi KRL ke JIS dan membuat jembatan penyeberangan.
Sebelumnya, pemberitaan media massa dan medsos dipenuhi perdebatan warganet mengenai kelayakan JIS sebagai salah satu stadion Piala Dunia U-17. Litbang Kompas melakukan pemantauan isu ini di medsos dan pemberitaan media digital melalui aplikasi Talkwalker selama sepekan (1-7 Juli 2023).
Pantauan menggunakan kata kunci (query) ”jakarta international stadium” dan/atau ”JIS”. Hasilnya, percakapan terkait JIS menghasilkan 273.600 perbincangan. Isu tersebut berhasil memperoleh 1,1 juta interaksi pengguna medsos.
Terpantau dari lini masa percakapan, isu itu mulai terangkat ke permukaan pada 1 Juli 2023 pukul 19.00-20.00 WIB. Menariknya, perdebatan di medsos dimulai oleh akun-akun pemengaruh (influencers) yang terafiliasi dengan kubu pro dan kontra mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Mereka inilah aktor utama yang mencoba membahas kelayakan JIS sebagai stadion Piala Dunia U-17.
Menariknya, pancingan isu mereka berhasil mendatangkan umpan balik dengan meningkatnya percakapan mengenai JIS di medsos. Isu seputar JIS yang percakapannya di medsos memuncak pada 4 dan 5 Juli 2023. Perdebatan terutama didorong oleh warganet dari dua kubu berseteru yang berisi akun influencers, akun-akun organik, bot, dan akun pendengung (buzzer).
Buktinya, akun-akun yang terafiliasi dengan kedua kubu mendominasi deretan 10 teratas akun paling berpengaruh (top influencers). Tentu saja, medsos Twitter masih menjadi arena pertarungan narasi kedua kubu ini. Dari pantauan, Twitter memiliki porsi 95 persen dalam isu ini dibandingkan medsos lainnya.
Polemik JIS
Bagi warganet di kubu pendukung Anies Baswedan, sejak awal JIS sudah dibangun sesuai standar FIFA, bahkan menjadi stadion termegah di Indonesia. Persoalan ketidaklayakan rumput lapangan hanyalah akal-akalan pemerintah untuk menjatuhkan citra JIS. Kubu ini mengajukan agar FIFA sendiri yang datang dan meninjau JIS untuk menyatakan kelayakan stadion itu untuk Piala Dunia U-17.
Selain itu, kubu pendukung Anies Baswedan menuding bahwa isu rencana renovasi JIS hanyalah pengalihan isu yang dibuat pemerintah. Para akun dan media massa digital yang berada di kubu ini menyebut-nyebut seharusnya publik fokus pada isu korupsi base transceiver station (BTS) yang belakangan menyeret nama Hapsoro Sukmonohadi, suami Ketua DPR RI Puan Maharani.
Sebaliknya, bagi warganet yang kontra dengan Anies, renovasi JIS dinilai sebagai bentuk keseriusan pemerintah sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17. Mereka sependapat dengan penilaian Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, sejumlah bagian infrasturktur JIS perlu diperbaiki agar menjamin keamanan dan kelancaran ajang level internasional tersebut. Berulang kali, akun medsos kubu ini membagikan video yang menampilkan sulitnya akses masuk dan keluar JIS.
Kubu ini enggan jika rencana renovasi JIS dikait-kaitkan dengan urusan politik. Untuk membuktikan bahwa JIS memang perlu direnovasi, kubu ini mengulas kembali pengalaman mereka ketika menghadiri konser musik di JIS dan kesulitan dalam hal akses masuk atau keluar JIS. Dengan kapasitas 82.000 penonton, JIS dinilai sejak awal direncanakan minim fasilitas parkir sehingga cukup menyulitkan ketika pengunjung sangat padat. Akses transportasi publik pun juga relatif belum optimal.
Jika merujuk pada FIFA Football Stadiums Guidelines, terdapat tujuh pokok utama ketentuan serta spesifikasi stadion standar FIFA. Khusus terkait infrastruktur stadion, terdapat delapan standar pokok, seperti standar umum (kapasitas, bentuk stadion dan atap), rumput lapangan, tempat pemain beserta tim, lokasi awak media dan siaran, bangku penonton dan ruang tamu khusus, keamanan dan keselamatan, serta sarana sanitasi pemain dan penonton.
Untuk ketentuan lainnya, FIFA juga menaruh standar tinggi untuk persoalan lahan parkir kendaraan bagi tim pemain dan penonton, akses masuk dan keluar penonton, hingga pagar pembatas antara tribun dan lapangan. Standar FIFA inilah yang kemudian menjadi perhatian Ketua Umum PSSI Erick Thohir dalam menyiapkan stadion-stadion yang menurut rencana digunakan untuk Piala Dunia U-17.
Bersamaan dengan itu, dirinya menepis tudingan adanya muatan politis dalam rencana renovasi JIS. Menurut dia, PSSI berencana merenovasi 22 stadion di Indonesia sebagai bagian dari cetak biru “Garuda Terbang Tinggi 2045”. Cetak biru tersebut sudah diserahkan ke FIFA sehingga Indonesia tidak terkena sanksi seusai Tragedi Kanjuruhan dan pembatalan tuan rumah Piala Dunia U-20.
Simbol politik
Terlepas dari perdebatan kedua kubu ini, usia JIS masih terbilang sangat muda. Stadion yang berada di Tanjung Priok, Jakarta Utara, ini menghabiskan dana Rp 4,5 triliun dan dibangun sejak September 2019 hingga April 2022. Pembukaan awal JIS dilaksanakan oleh Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta pada 13 April 2022 dan peresmiannya dilakukan pada 24 Juli 2022.
Meski belum genap berumur setahun, JIS selalu mengundang polemik di hadapan publik. Dalam analisis Litbang Kompas, polemik JIS dimulai pada awal Mei 2022. Isu JIS kala itu meliputi sejarah JIS, persoalan nama, dan perdebatan politis terkait sosok yang paling berjasa atas berdirinya JIS.
Setengah tahun berselang, persoalan JIS lambat laun meredam. Sejumlah acara besar pun diselenggarakan di JIS selama 2022, termasuk Jakarta Hajatan ke-495 pada 25 Juni 2022. Perdebatan warganet kembali muncul setelah acara Konser musik Dewa 19 pada 4 Februari 2023 yang dihadiri puluhan ribu penonton dan merasa susah payah mengakses jalur keluar.
Dapat dikatakan, JIS tidak dapat lagi dipandang sekadar bangunan stadion olahraga, tetapi telah melekat pada citra politik. Hal ini sama seperti bangunan, monumen, ataupun patung yang membangkitkan memori kolektif terhadap sosok atau mewakilkan simbol tertentu. Namun, penafsiran itu tidak tunggal seturut gagasan fenomenologi dari Edmund Husserl. Dalam fenomenologi, satu obyek dapat dipandang berbeda tergantung dari subyek (orang) yang menafsirkannya.
Gagasan ini kemudian diperluas Paul Ricoeur dalam The Rule of Metaphor (1975) yang melihat bahwa setiap simbol memuat kemenduaan makna atau ambivalensi. Konsekuensinya, penafsiran seseorang dapat berubah seiring waktu, terlebih manusia pada dasarnya terus berkembang. Bisa jadi seseorang yang saat ini tidak setuju dengan renovasi JIS, sebulan kemudian justru mendukung rencana tersebut dan sebaliknya.
Faktanya, sepuluh tahun lalu lokasi tersebut masih berupa lahan sengketa yang belum memiliki intensi politik di mata publik. Kini, sebuah stadion megah telah berdiri dan seharusnya menjadi kebanggan bersama, justru mengundang polemik sejak awal kehadirannya. Pertanyaannya, tidak lelahkah kita menafsirkan peristiwa apa pun dengan muatan politis dan pemilu tahun depan? (LITBANG KOMPAS)