Pemimpin Bangsa Harapan Anak Muda
Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan. Untuk menjaga nama besar dan menyelesaikan tantangan bangsa tersebut, publik, terutama anak muda, mengharapkan akan terus lahir pemimpin-pemimpin berkualitas dari negeri ini
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Keyakinan ini tetap teguh diyakini masyarakat Indonesia hingga saat ini. Hal itu juga tergambar dalam jajak pendapat Kompas yang diselenggarakan 8-11 Agustus 2023.
Sebanyak 37,1 persen responden sangat setuju Indonesia adalah bangsa yang besar. Sementara 58,7 persen lainnya menyatakan sepakat dengan hal ini. Artinya, nyaris semua responden (95,8 persen) percaya Indonesia adalah bangsa yang besar.
Keyakinan ini merupakan modal sosial yang menjadi tumpuan bangunan nasionalisme bangsa Indonesia. Perjuangan tak kenal lelah, baik secara fisik maupun mental, yang bermuara pada kemerdekaan Indonesia tahun 1945, merupakan salah satu bukti sejarah kebesaran bangsa Indonesia.
Dalam keyakinan besar yang dirawat dalam memori kolektif ini, publik memberikan sejumlah pandangan, utamanya dalam upaya menyongsong Indonesia Emas 2045. Demi menjaga kebesaran bangsa ini, perlu perhatian khusus terhadap hal-hal yang lebih praktis dalam sejumlah aspek.
Sebanyak 36,8 persen responden menilai peningkatan ekonomi masih menjadi aspek mendesak untuk ditangani. Upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi ini tidak terlepas dari tantangan pemulihan ekonomi pascapandemi dan gejolak ekonomi global.
Dinamika ekonomi global ini sudah terasa tekanannya di Indonesia. Suku bunga acuan di Indonesia saat ini sudah tergolong tinggi. Per 25 Juli 2023, suku bunga acuan Repo Rate berada di tingkat 5,75 persen.
Demikian pula dengan kinerja ekspor. Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, nilai ekspor Indonesia terus menurun dalam periode September 2022-Februari 2023. Nilai ekspor Indonesia pada September 2022 tercatat 24,8 miliar dollar AS, sementara pada Februari 2023 merosot menjadi 21,4 miliar dollar AS (Kompas, 5/4/2023).
Hal kedua yang dipandang mendesak untuk diperhatikan ialah pendidikan. Tak kurang dari 23,5 persen responden memandang pendidikan masyarakat menjadi hal krusial yang perlu diperhatikan untuk mendukung Indonesia tetap menjadi bangsa besar.
Setelah pendidikan, sebanyak 19,7 persen responden menyebutkan kesejahteraan sosial menjadi isu yang mendesak untuk diperhatikan. Dalam hal ini, sebagai contoh, kemiskinan dan pengangguran menjadi dua hal yang perlu diatasi.
Berdasarkan data BPS, hingga Februari 2023 terdapat 7,99 juta warga Indonesia yang menganggur. Dalam hal kemiskinan, per Maret 2023 masih ada 25,9 juta orang miskin di Indonesia.
Di samping itu, tingkat ketimpangan per Maret 2023 juga meningkat dibandingkan dengan Maret 2022. Hal itu menunjukkan pembangunan ekonomi yang belum cukup merata.
Selanjutnya, penegakan hukum tak luput dari perhatian publik. Demi mendukung Indonesia menjadi bangsa yang besar, 11,3 persen responden melihat penegakan hukum menjadi hal yang harus diperhatikan. Praktisnya, hukum diharapkan dapat berfungsi secara efektif untuk menciptakan keadilan.
Melihat beragamnya tantangan bangsa yang perlu segera dituntaskan, kehadiran pemimpin-pemimpin berkualitas menjadi faktor penting. Lalu, seperti apa sosok pemimpin yang dibutuhkan, terutama dari sudut pandang generasi muda yang akan menjalani era Indonesia Emas 2045?
Baca juga : Semarak HUT Ke-78 RI Mulai Dimunculkan
Pemimpin bangsa
Dari hasil jajak pendapat dapat ditemukan sejumlah karakteristik pemimpin bangsa yang dipandang sesuai dengan konteks masa kini dari kacamata responden berusia muda, yakni berusia 40 tahun ke bawah.
Dari segi kepribadian, responden berusia muda mengharapkan karakter merakyat dalam sosok pemimpin. Tak kurang dari 28,1 persen responden setuju dengan hal ini. Setelah merakyat, sebanyak 26,4 persen responden muda cenderung mengharapkan pemimpin yang tegas dan berani.
Dengan angka yang sama, 26,4 persen responden lainnya mengharapkan pemimpin memiliki karakter yang mampu memberikan keteladanan. Teladan yang dimaksud adalah pemimpin yang bijaksana, amanah, adil, dan rendah hati sehingga mampu menjadi sosok yang diidentifikasikan bagi pemuda.
Selain tiga hal di atas, responden berusia muda juga mengharapkan sosok pemimpin mampu mengayomi masyarakat dan mau bertanggung jawab.
Dari tiga karakter utama yang diharapkan ada dalam diri pemimpin, pemuda tampak mendambakan sosok yang dekat dengan rakyat tanpa kehilangan kewibawaannya, yakni tegas dan berani, saat mengambil keputusan.
Namun, ketegasan ini tidak diwujudkan dalam sikap yang otoriter. Sebaliknya, ia dibangun atas dasar keteladanan dalam hal kebijaksanaan, integritas, keadilan, dan kerendahan hati.
Dengan idealisasi di atas, responden muda menunjukkan optimisme bahwa Indonesia saat ini masih memiliki sosok pemimpin yang diharapkan tersebut.
Tak kurang dari 84,2 persen responden muda menyatakan setuju ketika menjawab pertanyaan apakah Indonesia saat ini memiliki pemimpin yang berkualitas. Hanya sekitar 15,4 persen responden muda yang tidak setuju dengan hal ini.
Tak hanya itu, dari kutub yang menyatakan setuju, 24,2 persen menyatakan sangat setuju. Sekali lagi, ini menunjukkan optimisme bahwa pemuda masih percaya pemimpin-pemimpin bangsa yang berkualitas terus dilahirkan di negeri ini. Persepsi yang positif ini sekaligus menjadi penambah modal sosial atas keyakinan publik atas besarnya bangsa ini.
Baca juga : Zikir dan Doa Kebangsaan 78 Tahun Indonesia Merdeka
Nasionalisme
Kendati masih meyakini Indonesia merupakan bangsa yang besar dan masih optimistisnya pemuda bahwa negara ini memiliki pemimpin yang berkualitas, ada satu catatan yang perlu diperhatikan, yakni semangat nasionalisme. Dari hasil jajak pendapat tergambar adanya keterbelahan publik menilai semangat nasionalisme masih dipegang oleh masyarakat Indonesia.
Di satu sisi, 54,2 persen responden menilai masyarakat Indonesia saat ini masih memegang teguh nasionalisme. Di sisi lain, 34,8 persen responden menilai keteguhan memegang nasionalisme ini mulai luntur. Bahkan, ada 6,6 persen yang menilai masyarakat Indonesia sudah tidak peduli dengan nasionalisme.
Data ini mengindikasikan, polarisasi masih menjadi keseharian yang dialami oleh masyarakat. Kenyataan semacam ini dapat menjadi bom waktu. Jika tidak diantisipasi, dapat meruntuhkan modal sosial besar sebelumnya.
Belum lagi jika para aktor politik yang berpotensi menjadi penerus tampuk kepemimpinan bangsa ini secara sadar ataupun tidak memanfaatkan polarisasi ini sebagai komoditas politik.
Menjadi tidak mengherankan pula ketika 67,6 persen keyakinan pemuda bahwa pemimpin Indonesia saat ini masih meneruskan semangat kemerdekaan dibayangi oleh keraguan.
Keraguan ini tecermin dari 21,7 persen responden yang menilai upaya meneruskan kemerdekaan pemimpin hanya sebatas pencitraan saja. Hal itu ditambah dengan 6,4 persen responden yang menilai pemimpin saat ini tidak lagi memperjuangkan cita-cita kemerdekaan.
Apabila dikembalikan pada sisi idealisme dan praktis, panggung politik selayaknya dijadikan tempat untuk beradu kemampuan dalam hal-hal yang praktis, yakni langkah-langkah strategis untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Panggung politik yang diakses publik menjadi teramat disayangkan jika malah membelah semangat nasionalisme.
Kondisi ini menantang pemimpin saat ini dan masa depan untuk menuntaskan polarisasi demi mengembalikan keteguhan masyarakat dalam memegang nasionalisme.
Dengan begitu, modal sosial dalam bentuk keyakinan, optimisme, dan apresiasi atas sejarah bangsa ini makin menguat dengan keteladanan pemimpin. Pemimpin seperti inilah yang diharapkan oleh publik, terutama para pemuda sebagai penerus masa depan kepemimpinan bangsa Indonesia. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Upacara HUT RI di Istana Merdeka Mengusung Tema IKN