Survei exit poll atau pascapencoblosan yang dilakukan Litbang Kompas pada hari pemungutan suara Pemilihan Umum 14 Februari 2024 lalu telah menentukan kepada partai politik mana suara perempuan diberikan.
Hasilnya, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) mendapat dukungan suara terbanyak, yaitu sebesar 17,4 persen. Diikuti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sebesar 13,8 persen dan menyusul berikutnya Partai Golongan Karya (Golkar) dengan 11,8 persen. Hanya tiga partai tersebut yang elektabilitasnya di kalangan perempuan di atas 10 persen.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu Temuan ini selaras dengan pilihan capres-cawapres yang unggul pada pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang diusung oleh Partai Gerindra dan partai lainnya yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM).
KIM terdiri atas sembilan parpol, antara lain Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Amanat Nasional (PAN). Selain itu, ada pula Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Garuda, Partai Gelora, dan Partai Prima.
Hal menarik dari potret perilaku politik perempuan ini adalah dinamika arah pilihan politiknya yang bisa dikatakan sangat dinamis. Dilihat dari tren pilihan politik yang terpantau dari survei berkala Litbang Kompas selama tahun 2023, mulai survei pada Januari, Mei, Agustus, dan Desember, terpotret suara perempuan terbanyak mengarah kepada PDI-P, partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri.
Keterpilihan partai berlambang banteng dengan moncong putih ini di kalangan perempuan di kisaran angka 20 persen, unggul dari partai-partai lainnya yang masih di bawah 20 persen. Namun, pada survei Desember 2023, setelah pasangan capres-cawapres ditetapkan KPU, elektabilitas PDI-P dan Gerindra sudah berimbang di angka 18,8 persen.
Selisih dukungan antara PDI-P dan Gerindra yang sebelumnya sekitar 4-8 persen telah semakin tak berjarak. Bahkan, Gerindra semakin bersaing ketat dengan PDI-P dalam merebut suara perempuan. Dari exit poll juga terpotret, elektabilitas PDI-P di kelompok ini pada Pemilu 2024 turun 7 persen dibanding Pemilu 2019.
Dari perbandingan dua pemilu tersebut, hanya dukungan untuk PDI-P yang turun. Sementara untuk partai lainnya terjadi peningkatan. Hasil Pemilu 2024 ini memang penuh kejutan bagi PDI-P meski secara total berdasarkan real count sementara KPU, elektabilitas PDI-P masih paling unggul di antara 18 partai politik peserta Pemilu 2024.
Baca juga: Perempuan Melabuhkan Pilihan kepada Prabowo-Gibran
Pemilih muda menentukan
Dari sembilan parpol yang ada di Senayan, meningkatnya elektabilitas semakin memperkuat kedudukan koalisi di parlemen. Dukungan perempuan pada Koalisi Indonesia Maju sebagai pengusung pasangan Prabowo-Gibran sebesar 41,1 persen dari empat partai politik (Gerindra, Golkar, PAN, dan Demokrat).
Sementara itu, dukungan kepada pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dari koalisi Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebesar 24,5 persen. Disusul kemudian dukungan perempuan pada koalisi partai pendukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD, yaitu PDI-P dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sebesar 16,1 persen.
Jika ditelisik lebih dalam dari latar belakang pendidikan, temuan menariknya adalah perempuan berpendidikan tinggi paling banyak memilih PKS, yaitu seperempat dari total pemilih partai tersebut (26,1 persen). Sementara pada partai lainnya, perempuan berpendidikan tinggi kurang dari 20 persen, bahkan pemilih Gerindra di urutan terbawah dari sembilan partai dengan persentase kurang dari 10 persen.
Sebaliknya, pemilih berpendidikan dasar pada PKS paling kecil dibanding partai lainnya. Bisa jadi PKS yang selama ini dikenal sebagai partai yang lebih condong didukung oleh pemilih dari wilayah perkotaan melatarbelakangi komposisi potret pemilih berdasar pendidikan tersebut.
Komposisi terbesar perempuan untuk semua partai berlatar belakang pendidikan dasar. Terpotret PPP dan Golkar memiliki pemilih perempuan berpendidikan dasar paling banyak, sekitar separuh dari pemilihnya (51-52 persen). Sementara Gerindra, PAN, dan Demokrat tercatat mendapat dukungan pemilih berpendidikan menengah paling tinggi masing-masing di kisaran 43 persen.
Selain pendidikan, kalangan pemilih perempuan berdasar generasi juga memiliki partai favorit. Temuan hasil exit poll menunjukkan, dari kelompok pemilih perempuan generasi Z yang merupakan pemilih mula, terbanyak memilih Gerindra (26,8 persen), diikuti partai koalisinya PAN dan Demokrat di kisaran 25 persen.
Pemilih mula yang merupakan generasi muda memiliki posisi yang istimewa dalam Pemilu 2024. Mereka yang berasal dari generasi Z (17-25 tahun) dan generasi milenial muda (26-33 tahun) ini merupakan pemilih dengan populasi cukup besar (56,45 persen) sehingga menjadi target parpol untuk mendulang suara.
Raihan suara dari dua generasi tersebut menyumbang proporsi terbesar setiap partai dalam rentang 33-48 persen. PAN tercatat paling tinggi (48 persen). Tak dapat dimungkiri, Koalisi Indonesia Maju pengusung Prabowo-Gibran berhasil menguasai suara pemilih muda, termasuk pemilih perempuannya.
Sementara PKS terpotret paling rendah mendapat dukungan kalangan anak muda, tetapi paling tinggi dukungan dari pemilih perempuan generasi X (35,4 persen). Bisa jadi pemilih berpendidikan tinggi yang memilih PKS berasal dari generasi X ini.
PDI-P bisa juga dikatakan kurang maksimal meraih dukungan pemilih muda sebagai target potensial mendongkrak suara karena hanya mendapat 34 persen. Yang pasti, popularitas partai, gagasan dan program yang diusung, serta calon anggota legislatif (caleg) yang berlaga menjadi pertimbangan pemilih ke mana suara akan diberikan. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Pemilu 2024, Momentum Meningkatkan Keberdayaan Perempuan