Sejumlah Lembaran Sejarah Indonesia Terjadi Saat Ramadhan
Ramadhan menyimpan sejarah tersendiri bagi Indonesia karena sejumlah jejak peristiwa terjadi di bulan suci tersebut.
Oleh
YOHAN WAHYU
·4 menit baca
Peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia, termasuk pergolakan politik di dalamnya, tidak bisa dilepaskan dari momentum bulan suci Ramadhan. Puasa tidak menjadi penghalang sejumlah peristiwa besar yang memengaruhi perjalanan sejarah Indonesia.
Sebagai negara dengan umat Islam terbesar di dunia, menarik dicermati bahwa saat ibadah puasa, tidak menghalangi terjadi perubahan sosial politik dengan terjadinya peristiwa-peristiwa besar yang menjadi penanda perjalanan bangsa Indonesia. Dari sejumlah sumber berita dan riset dari pemberitaan Kompas, setidaknya ada empat peristiwa besar dalam sejarah pergolakan di Indonesia yang terjadi bertepatan dengan bulan suci Ramadhan.
Peristiwa pertama adalah terjadinya Kongres I Boedi Oetomo yang digelar pada 3-5 Oktober 1908. Sejarah merekam Boedi Oetomo merupakan organisasi pergerakan nasional pertama di Indonesia yang didirikan pada 20 Mei 1908 oleh sekelompok mahasiswa STOVIA (Sekolah Dokter) di Batavia (Jakarta).
Boedi Oetomo didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pendidikan rakyat Indonesia atau warga pribumi melalui kerja sama dan persaudaraan. Hari pendirian Boedi Oetomo ini pun kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Kongres pertama yang digelar Boedi Oetomo ini bertepatan dengan tanggal 7-9 Ramadhan 1326 Hijriah di Surabaya. Artinya, kongres ini dilakukan pada pekan-pekan awal Ramadhan yang dihadiri oleh sekitar 300 peserta kongres dari beberapa daerah dan latar belakang sosial. Kongres pertama Boedi Oetomo ini akhirnya menetapkan mantan Bupati Karanganyar, Raden Adipati Ario Tirtokusumo, sebagai presiden pertama Boedi Oetomo.
Peristiwa bersejarah berikutnya yang juga terjadi saat Ramadhan adalah agresi militer Belanda yang pertama. Agresi ini dilakukan di Pulau Jawa dan Sumatera pada 20 Juli 1947 yang bertepatan dengan awal puasa hari kedua Ramadhan 1366 Hijriah.
Mengutip artikel dari laman NU Online disebutkan, berdasarkan keterangan sejarawan NU, KH Abdul Mun’im DZ, Belanda sengaja melakukan agresinya saat Ramadhan karena orang Indonesia yang mayoritas Muslim sedang berpuasa sehingga dalam keadaan lemah.
Tentu tidak mudah bagi bangsa Indonesia yang baru dua tahun merdeka menghadapi serangan agresi militer Belanda ini. Indonesia kemudian melaporkan agresi militer ini kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang kemudian dikeluarkannya resolusi pada 1 Agustus 1947. Dewan Keamanan PBB terus mendesak Belanda menghentikan agresi militer. Belanda pun menerima resolusi itu dan menghentikan pertempuran pada 5 Agustus 1947.
Peristiwa fenomenal yang terjadi saat Ramadhan adalah deklarasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sejumlah sumber menyebutkan, hari pembacaan teks proklamasi kemerdekaan tersebut bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 Hijriah.
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan di rumah Jalan Pegangsaan Timur No 56. Sejumlah sumber menyebutkan, sebelum pembacaan proklamasi tersebut, para perumus teks proklamasi makan sahur dengan roti, telur, hingga ikan sarden.
Sejumlah sumber juga menyebutkan bahwa Bung Karno sudah merencanakan proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 karena diyakini 17 merupakan angka keramat. Salah satunya jika dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi pada bulan Ramadhan, bahwa kitab suci Al-Quran diturunkan pada 17 Ramadhan.
Tidak hanya itu, angka 17 juga menjadi cerminan jumlah shalat wajib yang dilakukan umat Islam, yakni 17 rakaat, dan dipilihnya hari yang mulia dan istimewa, yakni Jumat sebagai hari kemerdekaan Indonesia. Praktis, nilai-nilai keagamaan, terutama saat Ramadhan, memang tidak bisa dilepaskan dari agenda-agenda persiapan kemerdekaan Indonesia.
Menariknya, peringatan kemerdekaan Indonesia juga pernah dirasakan dengan hari dan tanggal yang sama ketika Ramadhan. Hal ini terjadi pada peringatan 67 tahun kemerdekaan Indonesia yang memang tergolong istimewa.
Peringatan ini jatuh pada hari Jumat dan bulan Ramadhan. Kondisi ini sama dengan ketika Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, yang juga jatuh pada hari Jumat dan bulan Ramadhan.
Peristiwa berikutnya yang juga terjadi saat Ramadhan adalah pemberontakan bersenjata yang dilakukan kelompok yang menamakan dirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Sejarah merekam, pemberontakan ini dipicu oleh ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintahan Presiden Soekarno terkait pembagian kekuasaan dan sumber daya antara pusat dan daerah. Atas ketidakpuasan tersebut, PRRI kemudian mendeklarasikan diri sebagai pemerintah sah Indonesia pada 15 Februari 1958 dengan basis kekuatannya ada di Sumatera Barat.
Untuk menumpas pemberontakan ini, Presiden Soekarno membentuk pasukan khusus yang dipimpin Jenderal Ahmad Yani, yang berhasil melakukan operasi penyerangan pada 27 Ramadhan 1377 Hijriah atau bertepatan dengan 17 April 1958. Operasi ini kemudian sukses dan dirayakan kemenangannya saat perayaan Idul Fitri.
Menarik memang jika mencermati bagaimana sejumlah peristiwa yang menjadi penanda sejarah Indonesia ini terjadi saat Ramadhan. Menjalankan ibadah puasa tidak menghalangi upaya-upaya yang berkontribusi pada perubahan di masyarakat.
Mengutip apa yang pernah ditulis Salahuddin Wahid di harian Kompas, 9 Juni 2017, tentang ”Puasa dan Ibadah Sosial”. Dalam artikel tersebut, Salahuddin menulis bahwa puasa Ramadhan sebagai ibadah pribadi diharapkan memberi dampak berupa ibadah sosial bagi yang berpuasa.
Bahwa selama berpuasa merasakan lapar yang bersifat sementara karena setelah tiba waktu maghrib bisa makan dan minum. Dengan merasakan lapar sementara itu, menurut Salahuddin, diharapkan yang berpuasa bisa merasakan beratnya rasa lapar permanen yang dirasakan oleh orang yang tidak punya cukup uang untuk membeli makanan.
Dengan menyadari dan merasakan rasa lapar permanen, puasa bisa menumbuhkan kesadaran untuk bertindak secara sosial, membantu mereka yang kekurangan, sekaligus berkontribusi pada perbaikan keadaan bagi kemaslahatan bangsa. Peristiwa-peristiwa yang terjadi saat Ramadhan memberikan pesan, keberkahan Ramadhan bisa membawa perbaikan bagi bangsa ini ke depan. (LITBANG KOMPAS)