Mengapa Elektabilitas Prabowo-Gibran Melejit? (III-Habis)
Orkestrasi politik yang rapi dan konsolidasi mesin koalisi memenangkan Prabowo-Gibran di hampir semua daerah pemilihan.
Elektabilitas Prabowo-Gibran pada Desember 2023 sudah unggul jauh dari dua kandidat lainnya dan menunjukkan tren kenaikan menjelang hari pencoblosan. Hasil simulasi surat suara Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 29 Januari 2024–5 Februari 2024 menunjukkan elektabilitas Prabowo-Gibran sebesar 51,9 persen dengan peringkat kedua diduduki Anies-Muhaimin dengan 23,3 persen. Sebelum itu, paparan hasil survei lembaga riset internasional IpsosAffairs (27 Desember 2023-5 Januari 2024) menunjukkan elektabilitas Prabowo-Gibran telah berada di angka 48,05 persen.
Tengok pula hasil survei telepon LSI seminggu sebelumnya (10-11 Januari 2024), di mana terekam sudah terjadi persilangan tren elektabilitas antara Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin. Titik persilangan yang dimaksud ialah elektabilitas Ganjar telah dilampaui Anies Baswedan.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Yang menarik dari survei telepon LSI tersebut ialah terlihatnya tren perpindahan dukungan dari pemilih Jokowi-Ma’ruf Amin pada Pemilu 2019 khususnya yang nonpemilih PDI-P. Pada periode Desember 2023-Januari 2024 responden pemilih Ganjar-Mahfud mengalami penurunan curam dari 21,2 persen menjadi 9,8 persen. Pada periode yang sama pemilih Prabowo-Gibran justru naik dari 49,4 persen menjadi 56,5 persen.
Meski sudah unggul jauh, dinamika angka-angka elektabilitas tersebut agaknya belum meyakinkan kubu Prabowo-Gibran bahwa pemilu akan berlangsung satu putaran.
”Kurang dua persen,” kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman merujuk survei Ipsos Affairs. ”Saya pikir sangat realistis dalam waktu 30 hari (sisa masa kampanye), kami gencar serangan darat, kami bisa kejar 3-4 persen kekurangannya,” kata Habiburokhman dalam acara Kompas TV, SatuMejaTheForum, pada 10 Januari 2024.
Semakin mendekati hari pencoblosan, ritme kampanye politik meningkat. Publik pun bergeser dari pertanyaan ”siapa unggul, siapa tertinggal” ke pertanyaan tentang ”pilpres satu putaran atau dua putaran”. Pada titik ini, menyitir tulisan Kuskridho Ambardi di kolom Opini Kompas (13/2/2024), muncul istilah pemilih rasional dan pemilih ekspresif. Pemilih rasional adalah pemilih yang memperhitungkan untung-rugi secara personal.
Pilihan rasional terdiri dua jenis berdasarkan insentif ekonominya, yakni insentif tidak langsung dan insentif langsung. Insentif langsung berarti pemilih mendapatkan keuntungan yang segera dapat dinikmati seperti bantuan langsung tunai (BLT), sembako, makan siang gratis, dan amplop berisi uang.
Sementara insentif tidak langsung adalah perhitungan imajinatif di benak pemilih tentang efek kesejahteraan dari kebijakan pasangan yang didukungnya. Pemilih ekspresif percaya bahwa pemberian suara memiliki makna tersendiri bagi pemilih, yang tidak harus berkaitan dengan alasan-alasan rasionalitas ekonomi.
Pilihan ekspresif itu bersifat intransitif dan mengekspresikan pilihan adalah tujuan itu sendiri. Pilihan politik menjadi sebuah pernyataan personal, yang mencerminkan nilai yang diyakini memiliki harga khusus secara perseorangan atau secara kolektif.
Bagi pemilih rasional, hasil akhir pemilu menjadi prioritas pertimbangan dalam membuat keputusan. Sebaliknya, bagi pemilih ekspresif, hasil akhir perhitungan pilpres itu kurang penting atau tidak penting sama sekali.
Keberpihakan Presiden
Mengacu pada teori pemilih ekspresif dari Kuskridho tersebut, kontroversi tentang kecenderungan keberpihakan Presiden Jokowi ke pasangan nomor 2 juga memproduksi gejala ”antipati” yang melahirkan militansi para pendukung pasangan nomor urut 1 dan nomor urut 3. Oleh karena itu, tak heran di tengah kenaikan elektabilitas Prabowo-Gibran, juga terjadi kenaikan elektabilitas Anies-Muhaimin dan bertahannya elektabilitas Ganjar-Mahfud.
Bagaimanapun berbagai indikasi keberpihakan itu mudah ditemukan dalam periode Januari-Februari 2024. Presiden Joko Widodo bertemu Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan, di salah satu restoran di Jakarta hanya dua hari sebelum debat antarcapres ketiga, 7 Januari 2024, dan di tengah isu pilpres satu putaran. Sedikitnya dua kali pertemuan empat mata terjadi antara Jokowi dan Prabowo Subianto yang dipertontonkan kepada publik melalui media.
Presiden Jokowi juga menemui para ketua umum partai politik pengusung Prabowo-Gibran seperti Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.
Jokowi juga mendatangi sejumlah daerah yang menjadi basis pasangan Ganjar-Mahfud karena Prabowo dinilai kurang diterima di Jawa Tengah. Sebagaimana diketahui, sebanyak 77 persen pemilih Jawa Tengah tidak memilih Prabowo pada Pemilu 2019.
Petikan wawancara Kompas dengan Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Ahmad Muzani, di Media Center TKN Prabowo-Gibran, Jakarta, Jumat (19/1/2024), mengindikasikan eksplisitnya dukungan Jokowi kepada kubu Prabowo-Gibran.
Menjawab pertanyaan apakah dukungan Jokowi akan lebih eksplisit di sisa masa kampanye untuk mengejar kemenangan satu putaran, Muzani menjawab, apa yang telah dilakukan Pak Jokowi sudah cukup eksplisit, dan menurut dia, jangan terlalu mendorong posisi kepresidenan untuk ditarik ke dukungan lebih eksplisit.
Tanpa perlu Jokowi memberikan pernyataan verbal, misalnya, ”saya mendukung Prabowo-Gibran”, sudah dianggap cukup. ”Dengan memberikan isyarat seperti selama ini sudah cukup paham, dimaklumi secara awam,”lanjut Muzani.
Presiden Jokowi sarapan bareng Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, pada 6 Januari 2024.
Kunjungan Jokowi
Pemilih di Provinsi Jawa Tengah diperebutkan dengan ketat oleh pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Hasil survei SKN Desember 2023 merekam, 53,2 persen responden di dapil ini menjatuhkan pilihan pada Ganjar-Mahfud. Adapun responden yang memilih Prabowo-Gibran berada di angka 27,5 persen dan Anies-Muhaimin di angka 4,3 persen.
Dukungan suara untuk Ganjar-Mahfud tampak lebih terkonsentrasi di beberapa daerah. Dari 10 daerah pemilihan (dapil) di Jawa Tengah, pasangan ini terlihat unggul di Dapil Jawa Tengah III, Jawa Tengah IV, Jawa Tengah V, dan Jawa Tengah X. Peta politik itu menunjukkan bahwa kekuatan pasangan calon nomor urut 3 ini terkonsentrasi pada wilayah Jawa Tengah bagian timur.
Pada Pemilihan Presiden 2019, Provinsi Jawa Tengah dominan dikuasai pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Saat itu pasangan ini mampu meraup 16,7 juta suara atau setara dengan 77,26 persen total suara yang masuk. Kemenangan ini sangat telak jika dibandingkan dengan suara pesaingnya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, dengan perolehan 4,9 juta suara (22,74 persen).
Dua pekan menjelang pemungutan suara, Presiden Joko Widodo semakin intens membagikan bantuan sosial. Sulit dimungkiri, masuknya Jokowi dalam gelanggang kontestasi pilpres terkesan menggambarkan bentuk ”kepanikan” guna mendorong atau memastikan pemilu berlangsung satu putaran.
Pada 2-3 Januari 2024, Presiden berkunjung ke Jateng, dengan mendatangi Purworejo, Cilacap, Tegal, Banjarnegara, dan Banyumas. Kunjungan kerja Presiden di Jateng berikutnya ialah ke Kota Salatiga, Magelang, Kabupaten Temanggung, dan Kabupaten Wonosobo.
Di Salatiga, Presiden memastikan penyaluran bantuan pangan cadangan beras pemerintah dan meninjau fasilitas kesehatan di rumah sakit umum daerah. Di Magelang, Presiden meresmikan ruas jalan yang diperbaiki melalui program inpres jalan daerah dan membagikan bantuan program Indonesia Pintar 2024. Adapun di Temanggung, Presiden menyerahkan bantuan pangan.
Di Wonosobo, Presiden menyerahkan sertifikat tanah serta menghadiri apel santri/pelajar dan silaturahmi guru ngaji se-Pulau Jawa. Presiden juga membagikan bantuan Indonesia Pintar di Purwodadi dan menyerahkan sertifikat tanah di Blora.
Sebelumnya, 13 Desember 2023, Presiden berkunjung ke Pekalongan. Intensnya kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Jateng di tengah masa kampanye kembali memunculkan spekulasi bahwa ia mengamankan suara untuk calon tertentu di Pilpres 2024.
Kampanye medsos
Masa kampanye juga menjadi ajang perebutan pengaruh melalui media digital. Media sosial menjadi ajang pertarungan program pasangan calon presiden dan calon wakil presiden selama masa kampanye Pemilu 2024. Tim Jurnalisme Data Kompaspada 31 Januari 2024 menganalisis strategi kampanye pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dalam meraup suara pada Pemilu 2024.
Baik Anies-Muhaimin maupun Prabowo-Gibran lebih banyak berekspansi ke basis lawan, sementara Ganjar-Mahfud lebih sering mempertahankan basis suara pendukungnya. Selama sembilan pekan masa kampanye (28 November 2023 sampai 29 Januari 2024), kubu Ganjar-Mahfud tampak lebih memilih untuk merawat basis kekuatan mereka di sejumlah daerah. Dari kunjungan pasangan ini ke 52 dapil, 27 di antaranya (51,9 persen) adalah basis kuat parpol pengusungnya, yakni PDI-P, PPP, Partai Hanura, dan Partai Perindo.
Untuk pasangan Anies-Muhaimin, dari kunjungan ke 60 dapil, sebanyak 11 di antaranya atau 18,3 persen merupakan kunjungan ke basis kuat parpol pengusungnya, seperti Partai Nasdem, PKS, dan PKB. Taktik serupa dilakukan pasangan Prabowo-Gibran. Dari 50 dapil yang dikunjungi, hanya 28 persen dapil yang merupakan basis parpol koalisi pengusung yang terdiri dari Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, Partai Demokrat, PSI, PBB, dan Partai Garuda.
Analisis Tim Jurnalisme Data Kompas pada materi teks unggahan di akun Instagram resmi setiap pasangan juga menemukan fakta program-program yang paling sering disampaikan kepada publik. Analisis dilakukan selama periode 28 November 2023 hingga 3 Januari 2024.
Analisis Kompas dari 433 unggahan Instagram @aniesbaswedan dan @cakiminow menemukan fakta bahwa kedua akun paling banyak menyampaikan janji terkait petani, yakni ketersediaan pupuk, pendidikan, nelayan, penciptaan lapangan kerja, dan pesantren.
Pasangan nomor urut 2 lebih mengembangkan corak populisme dalam kampanyenya dengan menjanjikan pemenuhan kebutuhan yang langsung bisa dikonsumsi, program makan siang dan susu gratis untuk anak sekolah serta bantuan gizi untuk ibu hamil.
Dengan demikian, pasangan ini dinilai lebih memilih memberikan ikan ketimbang kail dengan harapan akan lebih menarik calon pemilih. Hal ini berbeda dengan isu ”sikat KKN” yang banyak diunggah kubu capres-cawapres nomor 3, menunjukkan bahwa ada karakteristik yang sangat berbeda disampaikan kepada publik.
Seluruh kompleks dinamika konsolidasi mesin koalisi partai, politik pemihakan, ”cawe-cawe” Jokowi, bantuan sosial dan bentuk-bentuk ”serangan darat” lainnya, hingga serangan medsos, pada akhirnya membentuk angka elektabilitas yang demikian besar bagi Prabowo-Gibran.
Baca juga: Mengapa Elektabilitas Prabowo-Gibran Melejit? (1)
Di balik itu, ada masa-masa kritis pada bulan Oktober 2023 hingga Januari 2024 yang mengalirkan perpindahan pemilih dan menguatkan kemenangan Prabowo-Gibran. Satu pihak boleh menengarai bahwa unsur bansos, faktor pencalonan Gibran Rakabuming Raka, dan cawe-cawe Presiden Jokowi berperan dalam hasil Pilpres 2024.
Namun, satu yang pasti, semua itu dilakukan dengan orkestrasi yang rapi dan konsisten memanfaatkan berbagai celah elektabilitas di masyarakat sendiri sehingga hasilnya pun menjadi sangat memuaskan. Orkestrasi itu yang membuat angka elektabilitas Prabowo-Gibran yang dicapai menjadi tergolong sangat tinggi dan memenangi hampir seluruh daerah pemilihan. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Mengapa Elektabilitas Prabowo-Gibran Melejit? (II)