Rentetan Banjir di Pulau Jawa akibat Tanggul Jebol
Meluasnya dampak banjir akibat tanggul jebol menjadi penanda perawatan berkala tanggul harus sering dilakukan.
Rentetan tanggul yang jebol hingga menyebabkan banjir, bahkan banjir bandang di sejumlah daerah, khususnya di Jawa Tengah, perlu diwaspadai. Apalagi, dalam beberapa hari ke depan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperingatkan cuaca ekstrem berpotensi masih akan terjadi.
Dalam dua bulan terakhir, curah hujan yang tinggi mengakibatkan meluapnya sungai di beberapa daerah, hingga menyebabkan tanggul jebol dan membanjiri permukiman warga, menimbulkan kerusakan bahkan korban jiwa.
Di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, hujan dengan intensitas tinggi beberapa hari mengakibatkan air di Sungai Lusi melebihi kapasitas hingga melimpas menggenangi permukiman warga dan jalan protokol di pusat kota dari Kabupaten Grobogan, yakni Kecamatan Purwodadi, pada Kamis (13/3/2024). Banjir juga disebabkan kiriman air dari wilayah hulu.
Banjir yang awalnya menggenangi 40 desa di 12 kecamatan, pada Sabtu (16/3/2024) meluas hingga sebanyak 113 desa di 13 kecamatan terdampak. Dengan kata lain, 68 persen wilayah Kabupaten Grobogan telah terdampak banjir dan membuat aktivitas pusat kota di Purwodadi lumpuh.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Grobogan melaporkan, sebanyak 13.341 rumah terendam banjir, satu rumah mengalami rusak berat, dan delapan lainnya rusak ringan.
Selain itu, sebanyak 80 fasilitas pendidikan terdampak, 7 tanggul sungai jebol, dan lahan pertanian seluas 4.352 hektar terendam dan terancam gagal panen. Banjir juga telah memaksa 692 jiwa mengungsi ke lokasi yang lebih aman setelah permukiman mereka terendam dengan ketinggian genangan bervariasi antara 15 cm dan 100 cm.
Pada awal tahun ini, wilayah Kabupaten Grobogan sudah dua kali mengalami bencana banjir. Sebelumnya, pada awal Februari, yakni Selasa (6/2/2024), hujan deras sepanjang hari membuat 2.662 rumah warga di 34 desa dari 12 kecamatan terendam banjir.
Sejumlah perjalanan kereta api juga terhambat karena banjir turut merendam rel kereta api. Banjir yang terjadi selama tiga hari dipicu oleh adanya hujan dengan intensitas tinggi di wilayah tersebut, yang mengakibatkan air meluap di tiga daerah aliran sungai, yaitu Sungai Lusi, Sungai Serang, dan Sungai Tuntang.
Baca juga: Ribuan Rumah di Grobogan Terendam Banjir
Waspadai tanggul jebol
Bencana banjir dampak jebolnya tanggul juga terjadi di wilayah Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Kabupaten tetangga Grobogan itu juga mengalami bencana banjir pada pertengahan Maret ini.
Curah hujan yang tinggi dan jebolnya tanggul di Sungai Dombo di Desa Menur, Kecamatan Mranggen, semakin memperparah banjir kedua pada tahun ini, hingga pada 13-16 Maret belum surut.
Dilaporkan sebanyak 65.109 jiwa terdampak dan 2.163 orang mengungsi. Infrastruktur yang terdampak, antara lain, 73 sarana ibadah, 10 fasilitas kesehatan, 30 sarana pendidikan, dan 10 sarana kantor.
Banjir di wilayah Demak juga pernah terjadi pada awal Februari. Bahkan derasnya air menyebabkan 10 titik tanggul di sejumlah sungai jebol, antara lain Sungai Tuntang, Sungai Cabean, Sungai Jratun, dan Sungai Wulan.
Limpasan air dari sejumlah titik tanggul yang jebol tersebut mengakibatkan banjir yang menggenangi permukiman warga sampai ketinggian 2 meter. Dilaporkan 35 desa di 7 kecamatan dengan 72.123 jiwa terdampak, dengan jumlah pengungsi 15.645 orang.
Perbaikan pada sejumlah titik tanggul yang jebol menyebabkan banjir di beberapa desa di Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Gajah, hingga sepekan belum surut. Terutama tanggul Sungai Wulan karena jebolnya cukup luas dan lebar hampir 30 meter. Banjir juga mengakibatkan jalur pantura Demak-Kudus lumpuh.
Peristiwa jebolnya tanggul hingga menyebabkan banjir bandang terjadi di Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (13/3/2024). Derasnya banjir bandang bahkan sampai merenggut dua korban jiwa. Banjir bandang terjadi di Desa Wangandowo, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan, setelah tanggul sebuah bendungan di desa tersebut jebol akibat tak mampu menahan debit air hujan.
Dalam waktu singkat, air dengan ketinggian sekitar 1 meter yang bercampur lumpur menyapu permukiman warga. Catatan sementara BPBD Pekalongan, 1 jembatan rusak, 1 gedung TK rusak, 2 mushala rusak, 2 rumah hanyut, 20 rumah rusak berat, dan 50 rumah rusak ringan (Kompas.id, 14/3/2024).
Wilayah pantura lainnya yang dua kali dilanda banjir tahun ini adalah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Banjir dengan ketinggian hingga 1 meter merendam 23 desa di 7 kecamatan akibat hujan dengan intensitas tinggi pada Minggu (25/2/2024).
Hujan deras yang terus-menerus meningkatkan debit air di Sungai Cigunung dan Sungai Pemali. Pada saat yang sama ada tiga tanggul sungai yang jebol sehingga airnya meluap ke permukiman dan juga lahan pertanian warga. Sebanyak 30.556 jiwa dari 8.358 keluarga terdampak dan 934 jiwa harus mengungsi.
Bencana banjir terjadi lagi pada Rabu (6/3/2024) di beberapa desa di Kecamatan Losari, Brebes. Ratusan rumah dilaporkan terendam banjir, dampak dari jebolnya tanggul Sungai Cisanggarung.
Jebolnya tanggul dilaporkan terjadi di tiga titik di Desa Babakan, Desa Bojongsari, dan Desa Karangsambung. Akibatnya, sebanyak 525 rumah di wilayah itu teredam. Total ada 775 kepala keluarga yang terdampak banjir.
Baca juga: Banjir di Indonesia Bukan Semata akibat Cuaca Ekstrem
Perawatan tanggul
Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung, ada 93 tanggul sungai yang rentan jebol di Kabupaten Brebes. Dari jumlah tersebut, 25 tanggul sudah ditangani, sedangkan 68 tanggul lainnya belum ditangani (Kompas, 16/11/2021).
Informasi tersebut sudah memberi sinyal agar perbaikan tanggul segera ditangani supaya tidak berdampak lebih luas dan memicu banjir jika jebol. Jebolnya tanggul sungai yang memicu banjir di sejumlah daerah di Jawa Tengah akhir-akhir ini menjadi pengingat agar tanggul-tanggul yang rentan jebol dicek secara rutin sebagai langkah antisipasi.
Pengecekan dan perawatan berkala perlu dilakukan untuk mencegah tanggul longsor di berbagai titik yang dapat menyebabkan pendangkalan sungai yang membuat kapasitas tanggul berkurang. Melihat kejadian jebolnya tanggul akibat cuaca, evaluasi kapasitas tanggul yang disesuaikan apabila terjadi potensi banjir ekstrem juga perlu dilakukan.
Apalagi ramalan cuaca BMKG menyebut Jawa Tengah salah satu wilayah kategori waspada yang diprediksi akan dibayangi cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang yang dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi.
BMKG mendeteksi kemunculan tiga bibit siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia. Kondisi ini berpotensi menyebabkan cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia hingga awal pekan depan (14-18 Maret 2024).
Tiga bibit sikon tersebut ialah bibit siklon tropis 91S, 94S, dan 93P yang termonitor berada di sekitar Samudra Hindia selatan Jawa, Laut Timor, dan Laut Australia. Ketiganya menunjukkan pengaruh terhadap wilayah Indonesia bagian selatan.
Selain akibat bibit siklon, aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) yang terjadi di kuadran 4 berkontribusi pada pertumbuhan awan konvektif yang kuat di wilayah Jawa Tengah. Hal ini juga berpengaruh terhadap peningkatan potensi cuaca ekstrem.
Berdasarkan catatan BPBD Jawa Tengah, cuaca ekstrem menjadi penyumbang bencana paling banyak di wilayah tersebut, sepanjang 2024. Pada 1 Januari-8 Maret 2024, dari 104 bencana yang terjadi, sebanyak 47 bencana merupakan akibat cuaca ekstrem, sebanyak 37 bencana banjir dan sebanyak 18 bencana tanah longsor.
Bencana tersebut telah merenggut 12 korban jiwa. Agar tak menimbulkan bencana yang lebih luas dan korban yang lebih banyak, upaya pencegahan dengan perawatan tanggul menjadi langkah baik untuk antisipasi. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Waspadai Dampak Hujan Merata di Jakarta