Golkar ”Rebound”, Jabar Penyumbang Suara Terbesar
Kemenangan Golkar di Jawa Barat menjadi kontributor terbesar dari capaian spektakuler partai ini dalam Pemilu 2024.
Penetapan hasil Pemilu Legislatif 2024 memang tidak menempatkan Partai Golkar sebagai pemenang pemilu. Posisi Golkar masih kalah oleh PDI Perjuangan yang menjadi pemenang. Akan tetapi, tidak dapat disangkal pula jika pemilu kali ini menjadi arena pembuktian kepiawaian Golkar dalam berpolitik, khususnya dalam berstrategi merebut dukungan pemilih.
Pemilu kali ini, Golkar berhasil mengumpulkan dukungan sebanyak 15,29 persen pemilih. Tepatnya, tidak kurang dari 23.208.654 suara dikuasai. Dibandingan dengan hasil Pemilu 2019, dapat disimpulkan jika kali ini Golkar meraup tambahan dukungan sebesar 5.978.865 pemilih.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Dengan tambahan sebesar itu, capaian Golkar terbilang spektakuler. Tidak ada satu pun partai politik, termasuk partai-partai papan atas persaingan pemilu, yang mampu menorehkan kinerja politik seperti Golkar. PDI-P sebagai pemenang pemilu, kali ini justru melorot dukungannya. Sementara Gerindra, pesaing terdekat yang mampu mengantarkan ketua umumnya, Prabowo Subianto, sebagai presiden, tidak mengalami peningkatan dukungan sebesar Golkar.
Menariknya lagi, capaian spektakuler Golkar menjadi titik balik dari penurunan dukungan yang sempat dialami dalam beberapa pemilu terakhir. Puncak kejayaan Golkar sepanjang era liberalisasi politik terjadi pada Pemilu 2004 tatkala posisi puncak pemilu diraih. Saat itu, sebanyak 24.480.757 pemilih dikuasai dan mampu menyingkirkan PDI-P. Selepas Pemilu 2004, performa politik Golkar cenderung meredup hingga Pemilu 2019. Itulah mengapa Pemilu 2024 kali ini menjadi titik balik (rebound) kebangkitan partai berlambang beringin ini.
Di balik rebound Golkar pada pemilu kali ini, paling menarik dicermati faktor apakah yang menjadi pendongkrak capaiannya?
Dalam kajian sebelumnya, terungkap jika kepiawaian Golkar meraih dukungan tidak lepas dari karakteristik persaingan Pemilu 2024 yang terbentuk. Adanya perbedaan sikap politik yang terjadi pada kekuatan politik terbesar, PDI-P bersama Presiden Jokowi dalam ajang pemilu presiden, dan selanjutnya pemihakan politik Jokowi kepada Prabowo Subianto, pimpinan Gerindra, berimbas pada peta persaingan politik pemilu.
Perubahan peta persaingan politik yang ditengarai oleh faktor Jokowi tersebut di satu sisi memang mampu menurunkan dukungan pemilih pada sosok capres-cawapres dukungan PDI-P dan terbukti pula mendongkrak dukungan suara Prabowo-Gibran. Hanya saja, dalam persaingan politik kepartaian, insentif politik adanya faktor Jokowi ini tidak berjalan selaras pada Partai Gerindra yang secara langsung merepresentasikan Prabowo.
Berdasarkan hasil survei pascapencoblosan suara, faktor Jokowi tampak tidak terkonsentrasi hanya pada salah satu partai politik, tetapi menyebar pada partai-partai politik yang menjadi pendukung Prabowo-Gibran.
Kondisi demikian memperkuat argumentasi jika faktor Jokowi pada pilihan partai politik tidak selalu sejalan sebagaimana yang terjadi pada pilihan presiden. Malah, jika faktor Jokowi ini pun dinilai turut memengaruhi pola pilihan pemilih, tampak Golkar justru mendapatkan insentif politik yang relatif besar ketimbang partai politik lainnya. Dalam hal ini, strategi Partai Golkar dalam pemilu kali ini berada dalam biduk pendukung pemerintahan Jokowi terbilang tepat lantaran memberikan insentif elektoral yang cukup signifikan.
Wilayah penguasaan Golkar pada Pemilu 2024
Di sisi lain, kepiawaian Golkar dalam meningkatkan dukungan pemilih tampaknya tidak hanya pada kemampuan menempatkan posisi politik partai di tengah gelombang tarik-menarik persaingan politik nasional. Paling nyata, kepiawaian Golkar dalam memilih dan menempatkan para calon anggota legislatif di setiap daerah pemilihan juga menjadi kunci keberhasilan.
Apabila mencermati peta politik penguasaan Golkar kali ini, mulai terjadi pergeseran. Sebelumnya, penguasaan wilayah luar Jawa, lebih khusus lagi Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, hingga Sumatera, menjadi kantong-kantong penyumbang suara terbesar partai. Namun, kali ini, di samping mempertahankan wilayah yang menjadi basis dukungan, Golkar mampu pula mengoptimalkan dukungan pada wilayah yang terbilang lebih strategis dalam jumlah pemilihnya.
Indikasi semakin meluasnya sebaran dukungan Golkar tampak pada hasil survei pascapencoblosan Litbang Kompas. Selain mampu mempertahankan basis dukungan di Sulawesi, penguasaan Golkar melebar ke Kalimantan, Sumatera, dan sebagian Pulau Jawa, khususnya Jawa Barat (Grafik 1).
Hasil penetapan KPU secara legal menguatkan penguasaan Golkar pada wilayah-wilayah tersebut. Di Sumatera, misalnya, Provinsi Sumatera Utara berhasil dikembalikan menjadi kantong kemenangan Golkar. Apabila pemilu sebelumnya PDI-P berjaya dengan dukungan 20,9 persen dan sebaliknya Golkar terempas di posisi ketiga, dengan penguasaan hanya 13,1 persen, kali ini berbalik. Provinsi Sumut kembali ”dikuningkan”, dengan penguasaan 23,1 persen suara.
Paling spektakuler pencapaian Golkar di Provinsi Jawa Barat. Pada wilayah yang secara nasional paling besar jumlah pemilihnya ini (dalam DPT sekitar 35,7 juta pemilih), Golkar menjadi pemenang. Berdasarkan penelusuran di 11 daerah pemilihan Jawa Barat, Golkar pada pemilu kali ini mampu menguasai 8 dari 11 daerah pemilihan di Jabar.
Dibandingkan dengan capaiannya pada pemilu lalu, saat Pemilu 2019 hanya unggul di satu daerah pemilihan (Jabar VIII), keunggulan kali ini menjadi capaian terbesar Golkar yang sekaligus memberikan kontribusi terbesar pada capaian penguasaan partai ini di tingkat nasional.
Jika ditelusuri lebih jauh, keunggulan Golkar di Jawa Barat tidak lepas dari kelihaian para calon anggota legislatif Golkar merebut dukungan pemilih. Dari sekitar 4.292.154 dukungan pemilih Golkar di Jabar, hanya sekitar 21 persen pemilih yang memilih lambang partai. Mayoritas, atau 79 persen pemilih Golkar di Jabar, cenderung memilih sosok caleg.
Perolehan suara caleg Golkar Jabar pada Pemilu 2024
Penelusuran pada masing-masing daerah pemilihan, kiprah caleg Golkar agresif dalam menghimpun dukungan. Dukungan suara terbesar pada Atalia Praratya dengan pendukung sebesar 234.065. Atalia, yang dikenal juga sebagai istri Ridwan Kamil, mantan Gubernur Jabar itu, menyapu hingga 63,9 persen capaian suara Golkar di Dapil Jawa Barat 1 yang meliputi Kota Bandung dan Kota Cimahi.
Selain Atalia, dukungan suara terbanyak lainnya dicapai Ade Ginanjar. Ade Ginanjar yang sebelumnya merupakan anggota DPRD Provinsi Jawa Barat itu meraih dukungan sebesar 216.938 suara. Dengan jumlah pemilih sebesar itu, Ade Ginanjar menyumbangkan 45,9 persen suara dari total suara Golkar di dapil terpadat, Jabar XI, yang meliputi Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kota Tasikmalaya.
Selain kedua sosok di atas, terdapat sosok caleg yang juga memberikan kontribusi pada kemenangan Golkar di Jabar. Di dapil Jabar VI yang meliputi Kota Depok dan Kota Bekasi, terdapat sosok Ranny Fahd Arafiq. Istri Fadh Arafiq, anak dari pedangdut Arafiq itu dikenal sebagai pendatang baru politik, tetapi mampu memberikan dukungan 177.508 suara atau tidak kurang dari 42,1 persen total suara Golkar di dapil Jabar VI.
Selain pendatang baru politik, para caleg yang sebelumnya sudah malang melintang sebagai anggota DPR juga berhasil memberikan kontribusi dukungan suara yang besar. Di dapil Jabar IV yang meliputi Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi, terdapat Dewi Asmara. Pada pemilu kali ini, Dewi Asmara yang sudah empat periode menjabat anggota DPR itu mampu mengumpulkan dukungan 123.216 suara, atau sekitar 52 persen dari total dukungan pemilih Golkar di dapil Jabar IV.
Tidak kurang mengesankan, pada dapil Jabar V terdapat sosok Ravindra Airlangga yang juga memberikan dukungan tidak kalah banyak. Putra Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto itu mampu meraih dukungan 152.169 suara, atau sekitar 34,7 persen dari total suara Golkar di Kabupaten Bogor.
Dengan segenap capaian para caleg Golkar tersebut, tidak mengherankan jika Jabar kini kembali menguning, mengulang kesuksesannya di masa lampau.
(LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Golkar Menggeser Dominasi Gerindra di Jabar