Hari Kartini dan Tantangan Keterwakilan Perempuan dalam Parlemen
Keterpilihan perempuan pada Pemilu 2024 untuk caleg DPR menunjukkan peningkatan.
Keterpilihan perempuan pada Pemilu 2024 untuk caleg DPR menunjukkan peningkatan dan berpotensi mencatatkan rekor terbanyak sepanjang sejarah pemilihan umum di Indonesia.
Berdasarkan data rekapitulasi hasil Pemilu Legislatif 2024 yang diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) tanggal 20 Maret 2024, dari delapan partai yang lolos parliamentary threshold 4 persen dan berpotensi mendapat kursi di setiap daerah pemilihan (dapil), diperkirakan terdapat 127 perempuan calon anggota legislatif (caleg) yang terpilih menjadi anggota DPR.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Artinya, 21,9 persen perempuan kemungkinan besar akan menempati kursi DPR periode 2024-2029 (127 dari 580 kursi). Angka tersebut naik 1 persen dibanding persentase kursi DPR yang diisi perempuan pada Pemilu 2019, yakni 20,9 persen (120 kursi).
Pada Pemilu 2024, KPU telah menetapkan daftar calon tetap (DCT) untuk anggota DPR sebanyak 9.917 orang dari 18 partai politik yang berkontestasi. Sebanyak 37,13 persen (3.676 orang) adalah perempuan.
Keterpilihan perempuan pada Pemilu 2024 untuk caleg DPR menunjukkan peningkatan.
Dari 3.676 perempuan yang berlaga untuk lolos ke Senayan, hanya 127 caleg yang diperkirakan akan menduduki kursi DPR, mewakili delapan partai politik, yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat, dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Siapa saja 127 perempuan yang berpeluang besar menduduki kursi DPR dan menjadi wakil rakyat lima tahun ke depan? Litbang Kompas menyusun simulasi perkiraan calon anggota DPR dari kalangan perempuan yang kemungkinan besar lolos ke Senayan menjadi anggota DPR periode 2024-2029.
Konversi suara ke kursi dilakukan menggunakan metode Sainte Lague dengan membagi perolehan suara partai dengan angka angka ganjil 1, 3, 5, 7, dan seterusnya.
Hasil simulasi ini hanya sebagai gambaran dan juga belum memperhitungkan kemungkinan adanya anggota yang mengundurkan diri. Penetapan final anggota legislatif 2024-2029 oleh KPU masih harus menunggu hasil persidangan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi.
Baca juga: Konversi Hasil Pemilu ke Kursi DPR Tunggu Sengketa di MK
Sosok perempuan potensial terpilih di DPR
Berdasarkan simulasi konversi suara ke kursi yang dilakukan Litbang Kompas ditemukan hasil, dari 84 dapil secara nasional, di 68 dapil di antaranya ada perempuan yang terpilih. Sementara di 16 dapil lainnya, tidak ada perempuan yang lolos atau mendapat kursi.
Keenam belas dapil itu adalah dapil Aceh I, Aceh II, Jambi, Kepulauan Riau, Jawa Tengah I, Jawa Tengah X, Jawa Timur II, Jawa Timur IV, Jawa Timur V, Kalimantan Barat II, Kalimantan Selatan I, Gorontalo, Papua, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
Secara kumulatif, jumlah caleg perempuan di Jawa Barat diperkirakan paling banyak terpilih, yaitu 24 caleg, disusul Jawa Timur dengan 19 caleg dan Jawa Tengah 15 caleg. Dapil Jawa Timur I yang sering disebut sebagai ”dapil neraka” terpotret bakal memiliki caleg perempuan terbanyak.
Diperkirakan enam dari sepuluh kursi yang tersedia direbut oleh perempuan, di antaranya empat petahana, yaitu Puti Guntur Soekarno (PDI-P), Arzeti Bilbina Setyawan (PKB), Indah Kurnia (PDI-P), dan Lucy Kurniasari (Demokrat) ditambah dua pendatang baru, yaitu Lita Machfud Arifin (Nasdem) dan Reni Astuti (PKS).
Satu hal menarik terpotret di dapil Bengkulu. Dari empat kursi yang diperebutkan, kemungkinan besar semua diisi oleh perempuan, yaitu Dewi Coryati (PAN), Derta Rohidin (Golkar), Eko Kurnia Ningsih (PDI-P), dan Erna Sari Dewi (Nasdem).
Jika dilihat dari latar belakang afiliasi partai politiknya, proporsi PDI-P terbanyak dengan 27 kursi atau 27 perempuan yang bakal lolos (21,3 persen), diikuti Partai Nasdem 21 kursi (16,5 persen), Golkar 20 kursi (15,8 persen), Gerindra 19 kursi (15 persen), dan PKB 14 kursi (11 persen). Berikutnya adalah Demokrat dan PKS, masing-masing 9 kursi (7,1 persen), dan terakhir PAN dengan 8 kursi (6,3 persen).
Lima perempuan tercatat berhasil mendulang suara pemilih yang sangat fantastis, di atas 200.000 suara. Perolehan suara tertinggi didapat oleh Hillary Brigitta Lasut, caleg Partai Demokrat asal dapil Sulawesi Utara. Anggota DPR periode 2019-2024 termuda (22 tahun) dari Partai Nasdem yang pada Pemilu 2024 berpindah dan berlabuh di Partai Demokrat ini mendapat 310.780 suara.
Di urutan kedua adalah Airin Rachmi Diany. Mantan Wali Kota Tangerang Selatan (2011-2021) dari Partai Golkar ini memperoleh 302.878 suara di dapil Banten III.
Perolehan suara yang diraih Hillary dan Airin tercatat berada di peringkat keempat dan kelima dari semua dapil untuk DPR setelah suara yang diperoleh Said Abdullah (528.815 suara), Dedi Mulyadi (375.658 suara), dan Edhie Baskoro Yudhoyono (318.223 suara).
Puan Maharani dengan perolehan 297.366 suara berada di urutan ketiga perempuan dengan suara terbanyak. Ketua Pimpinan Pusat PDI-P itu menjadi perempuan pertama yang menjadi Ketua DPR di Indonesia setelah memperoleh 404.034 suara untuk tiketnya ke Dewan, terbanyak pada Pemilu 2019.
Meskipun turun dibandingkan pada pemilu sebelumnya, perolehan suara Puan tetap dominan di daerah pemilihannya, Jawa Tengah V, yang meliputi Boyolali, Klaten, Sukoharjo, dan Kota Surakarta.
Suara terbanyak keempat diraih oleh petahana PDI-P dapil Yogyakarta, yakni My Esti Wijayati, dengan 257.923 suara. Perolehan suara My Esti Wijayati melejit meninggalkan tujuh caleg terpilih lain dan mengantarnya menjadi wakil rakyat untuk ketiga kalinya.
Di urutan kelima, perolehan suara terbanyak dikantongi Atalia Praratya, caleg Partai Golkar, yang membawanya melenggang ke Senayan. Istri mantan Wali Kota Bandung dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ini berhasil merebut hati pemilih di dapil Jawa Barat I yang meliputi Kota Bandung dan Kota Cimahi.
Perolehan suara Atalia melampaui raihan suara petahana satu partai, yaitu Nurul Arifin, yang mendapat 63.203 suara dan Ledia Hanifa dari PKS dengan 131.453 suara.
Baca juga: Peluang Rekor Ganda Ketua DPR Puan Maharani
Keterwakilan perempuan
Hasil perhitungan Litbang Kompas juga menemukan komposisi keterwakilan perempuan pada DPR periode 2024-2029 seimbang antara petahana dan pendatang baru. Tercatat, 64 petahana diperkirakan lolos kembali ke Senayan dan 63 caleg lain yang lolos merupakan wajah baru.
Terpotret pula sejumlah wajah baru yang akan menjadi wakil rakyat untuk DPR ini adalah mantan kepala daerah dan juga beberapa istri kepala daerah, baik bupati maupun gubernur, di antaranya mantan Wakil Gubernur Lampung Chusnunia dari PKB dan mantan Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany dari Golkar.
Sementara istri kepala daerah yang akan melenggang ke Senayan, selain Atalia Praratya, di antaranya Novita Hardini dari PDI-P, istri Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin. Ada juga istri mantan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman, Melati, yang lolos dari Partai Gerindra. Bahkan, istri Gubernur Maluku Murad Ismail, Widya Pratiwi, meraih suara terbanyak di dapil Maluku dan suara caleg perempuan tertinggi dari PAN.
Di samping itu, tak dapat dimungkiri bahwa posisi caleg yang mendapat nomor urut premium turut menentukan kesuksesan dalam mendulang suara.
Terpotret, lebih dari separuh, yaitu 72 dari 127 perempuan yang diperkirakan lolos (56,7 persen), adalah caleg dengan nomor urut 1. Angka ini setara dengan 27,5 persen jika dilihat proporsinya dari keseluruhan perempuan yang terdaftar sebagai caleg dengan nomor urut 1 (262 orang). Data ini kemudian diikuti 26 caleg (20,5 persen) yang berada di nomor urut 2 dan 18 caleg (14,2 persen) dengan nomor urut 3.
Sejumlah peluang telah berhasil mendongkrak keterpilihan perempuan untuk lolos maju dan berjuang di pentas politik nasional. Namun, jika dibandingkan syarat pencalonan dengan kuota 30 persen, sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017, angka keterpilihannya masih di bawah angka pencalonan tersebut.
Apalagi, di tahapan pencalonan pun, tidak semua partai politik memenuhinya. Hasil kajian Network for Democracy and Electoral Integrity (Netgrit) terhadap DCT yang ditetapkan KPU menemukan, daftar calon anggota DPR dari 17 partai politik tidak memuat keterwakilan perempuan paling sedikit 30 persen di setiap dapil yang diikuti. Hal tersebut membuat peluang perempuan maju menjadi caleg tergeser oleh caleg laki-laki.
Regulasi afirmasi kuota 30 persen keterwakilan perempuan dalam pencalonan belum maksimal implementasinya. Hal ini masih menjadi tantangan bagi peningkatan pemberdayaan perempuan untuk berperan aktif dalam kehidupan berpolitik yang diharapkan dapat menjadi corong dan memperjuangkan berbagai kebijakan bagi perempuan.
Di Hari Kartini ini, meningkatnya peluang keterpilihan perempuan menjadi anggota DPR, setidaknya berdasarkan simulasi Litbang Kompas, menjadi kado dan angin segar bagi upaya peningkatan peran politik perempuan dalam parlemen. Namun, belum besarnya kuota keterpilihan perempuan di parlemen sekaligus juga menjadi tantangan bagi upaya pemberdayaan perempuan. (LITBANG KOMPAS)