Prestasi Timnas U-23, Raihan Garuda Muda Bukan Sulap Semalam
Pertama dalam sejarah, timnas Indonesia U-23 memastikan diri lolos ke babak perempat final Piala Asia U-23 2024.
Oleh
VINCENTIUS GITIYARKO
·4 menit baca
Dalam cerita rakyat turun-temurun, dikisahkan Bandung Bondowoso membangun seribu candi. Konon, dengan kesaktian ilmunya, seribu candi tersebut berhasil ia bangun dalam semalam. Hanya kurang satu candi yang belum terbangun saat ayam berkokok.
Cerita ajaib semalam tersebut seakan diulang oleh timnas Indonesia dalam ajang Piala Asia U-23 2024. Minggu (21/4/2024) malam, ”Garuda Muda” melumat Jordania dengan skor 4-1. Hasil ini membuat Rizki Ridho dan kawan-kawan memastikan diri lolos ke perempat final meskipun berstatus sebagai debutan alias baru pertama kali tampil di kompetisi ini.
Jika kembali pada cerita Bondowoso, terlepas dari nyata atau tidaknya, kisah itu sekilas tampak sebagai sulap dan sihir yang dilakukan dalam semalam. Namun, dari sudut pandang lain, seorang dengan kesaktian tinggi semestinya terlebih dahulu melewati latihan dan matiraga yang panjang.
Dengan begitu, sejarah yang diukir oleh timnas Indonesia U-23 bukanlah keajaiban yang terjadi semalam. Sebaliknya, prestasi ini perlu dimaknai sebagai buah dari bangunan usaha dan kerja keras yang telah dirintis oleh Garuda Muda.
Sejarah yang diukir timnas U-23 di Piala Asia kali ini sebenarnya tidak dimulai dengan kisah manis. Di laga perdana, Indonesia takluk dengan skor 0-2 dari tuan rumah Qatar. Pertandingan tersebut diwarnai dengan dua kartu merah yang diterima pemain Indonesia, yakni Ivar Jenner dan Ramadhan Sananta.
Respons publik Indonesia cukup kuat saat itu dengan menyorot kepemimpinan wasit Nasrullo Kabirov yang dinilai merugikan Indonesia. Padahal, tim Garuda Muda tampak mengimbangi permainan Qatar. Secara statistik, penguasaan bola mencapai 57 persen dengan jumlah operan lebih banyak dan akurat.
Akan tetapi, kekalahan tersebut nyatanya tidak mengerdilkan semangat Indonesia. Pada pertandingan kedua, cerita manis dimulai. Indonesia mengungguli Australia dengan skor 1-0. Gaya permainan Indonesia sedikit berubah. Tidak terlalu dominan menguasai bola, para pemain cenderung berdisplin di lini tengah dan belakang.
Di tengah kedisiplinan menjaga area sendiri, Indonesia malah berhasil mencuri gol di penghujung babak pertama. Sepakan Nathan Tjoe-A-On menerima servis sepak pojok segera disambar sundulan Komang Teguh untuk mengarahkan bola ke gawang Australia. Skor 1-0 tidak berubah hingga pengujung laga.
Cerita manis berlanjut sekaligus menuntaskan harapan Indonesia untuk melangkahkan kaki ke fase gugur. Dalam pertandingan ketiga melawan Jordania, tampil penuh percaya diri Garuda Muda menang dengan skor 4-1. Menariknya, skema permainan Indonesia berubah dibandingkan saat melawan Australia.
Dalam pertandingan ini, Indonesia tampil agresif sejak awal laga. Jordania tampak tidak memprediksi skema ini sehingga malah menampilkan permainan terbuka yang menyisakan lubang di lini belakang.
Situasi ini dimanfaatkan dengan baik oleh Marselino Ferdinan, Witan Sulaeman, dan Rafael Struick sebagai trisula yang membongkar pertahanan Jordania.
Alhasil, Indonesia sudah unggul dua gol di babak pertama setelah Marselino mencetak gol lewat titik putih di menit ke-23 ditambah sepakan Witan di menit ke-40. Keberhasilan Indonesia memainkan tempo pertandingan berlanjut di babak kedua. Marselino menambah keunggulan dengan sontekannya di menit ke-70.
Tertinggal tiga gol, Jordania meningkatkan intesitas serangannya. Justin Hubner sempat keliru mengantisipasi tembakan pemain Jordania sehingga masuk ke gawang sendiri. Skor berubah menjadi 3-1 di menit ke-79.
Akan tetapi, Indonesia tidak kehilangan konsentrasi dengan malah menambah gol pada menit ke-86 lewat sundulan Komang Teguh memanfaatkan lemparan ke dalam Pratama Arhan yang langsung menghujam jantung pertahanan lawan. Skor berakhir 4-1 untuk kemenangan Indonesia.
Sejarah baru timnas U-23 ini melengkapi prestasi sepak bola Indonesia yang tengah merangkak naik. Di awal April 2024, FIFA mencatat peringkat Indonesia mengalami kenaikan paling signifikan dibandingkan negara-negara lain. Indonesia naik delapan posisi ke peringkat 134.
Kini, menjadi semakin istimewa melihat peringkat Australia dan Jordania yang baru saja dikalahkan berada relatif jauh di atas Indonesia. Sepak bola pria Jordania berada di peringkat 71 dunia, sementara Australia berada di peringkat 24. Artinya, inferioritas ranking FIFA telah berhasil dilampaui oleh Garuda Muda.
Jika ditarik sedikit ke belakang lagi, Timnas U-23 memang sedang dalam tren membaik. Sepanjang tahun 2023 ditambah catur wulan pertama 2024 ini, Garuda Muda telah melakoni 13 laga resmi.
Dari sejumlah laga tersebut, tujuh kemenangan diraih Indonesia dengan lima kekalahan. Satu pertandingan berakhir seri di waktu normal melawan Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 2023.
Beberapa kemenangan yang patut dicatat, selain dua kemenangan terbaru melawan Australia dan Jordania, di antaranya keberhasilan menekuk China Taipei dengan skor 9-0 pada laga kualifikasi Piala Asia U-23. Selain itu timnas U-23 juga sempat mengalahkan Kirgistan dengan skor 2-0 pada laga Asian Games.
Dalam sepak bola, skill dan mental di lapangan hijau tentu menjadi kunci. Namun, di balik itu persiapan dan latihan menjelang laga tidak dapat dipandang sebelah mata. Kerja keras dan kedisiplinan menjadi hal yang diserukan Shin Tae Yong sejak awal masa kepelatihannya.
Pelatih asal Korea Selatan tersebut pernah berujar, ”Para pemain tentu harus selalu bekerja keras, fokus, disiplin, punya fisik dan mental yang baik.” (Kompas.com, 6/2/2021).
Ungkapan ini muncul atas keprihatinannya menilai etos kerja yang masih kurang ditunjukkan para pemain di masa awal kepelatihannya, termasuk terlalu santai saat memasuki lapangan latihan dan tidak tepat waktu.
Hasil positif yang diraih Indonesia saat ini, tampak menjadi buah dari kedisiplinan dan kerja keras yang terus dipupuk. Di tingkat Asia Tenggara, timnas Indonesia senior pun menunjukkan kepaduannya dengan terakhir dua kali memukul kalah timnas Vietnam di laga kualifikasi Piala Dunia.
Bukan tidak mungkin sejarah yang telah diukir Garuda Muda di Piala Asia U-23 tahun ini akan disusul prestasi sepak bola Indonesia yang lebih tinggi.
Salah satunya adalah harapan untuk tampil di Piala Dunia untuk pertama kalinya. Yang pasti itu semua bukanlah sulap dan sihir dalam semalam, sebaliknya perlu terus dibangun di atas fondasi kedisipilinan dan kerja keras yang panjang. (LITBANG KOMPAS)