Polisi Tingkatkan Kewaspadaan di Terminal Kalideres
Oleh
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pos Pengamanan Lebaran 2017 di Terminal Kalideres, Jakarta Barat, meningkatkan kewaspadaan terhadap orang asing setelah terjadinya penusukan dua anggota Brimob di Kebayoran Baru, Sabtu (1/7). Apalagi, saat ini Terminal Kalideres juga sedang bersiap menghadapi puncak arus balik yang akan terjadi pada Minggu (2/7) dini hari.
Kapospol Terminal Kalideres Iptu P Tobing mengatakan, Polri mengimbau polisi di seluruh Indonesia untuk selalu waspada, termasuk di pos keamanan terpadu tersebut. ”Kami harus waspada karena kami tidak mengenal semua orang. Kalau ada yang mencurigakan, kami akan periksa. Kalau orangnya berbahaya, kami siap. Jangan sampai kita kalah,” tuturnya.
Penjagaan terminal selama 1 x 24 jam telah dilakukan selama empat hari, yakni H-2, H-1, H+1, dan H+2 Lebaran. Sebelum hari-H dan setelah H+2 Lebaran, penjagaan dilakukan selama 12 jam, mulai dari pukul 08.00 sampai 20.00 WIB.
Sabtu (1/7) ini, total personel yang berjaga di terminal mencapai 38 orang dari sejumlah instansi, seperti kepolisian sektor setempat, Kepolisian Resor Jakarta Barat, Brimob, Sat Intelkam, Reserse Kriminal Narkoba, Reserse Kriminal Umum, Reserse Kriminal Khusus, dan Komando Rayon Militer.
Penjagaan oleh petugas dilakukan bergantian untuk mencegah kejahatan terjadi pada penumpang di terminal. Untuk area terminal bus AKAP Kalideres, minimal enam personel berpatroli dalam satu hari setiap beberapa jam. Petugas yang patroli berpakaian lengkap dengan membawa senjata laras panjang dan rompi antipeluru.
Imbauan untuk penumpang dilakukan lewat keamanan dan ketertiban masyarakat dan dinas perhubungan. Tujuannya, agar penumpang selalu berhati-hati dengan tidak meninggalkan barang bawaan mereka secara sembarangan dan tidak menerima makanan atau minuman dari orang yang tidak dikenal.
”Sejauh ini, ada dua kasus yang terjadi di Terminal Kalideres selama terminal dipantau oleh polisi sejak Sabtu (17/6). Kedua kasus terjadi pada hari yang sama, Jumat (30/6), sekitar pukul 3 dini hari,” ujar Tobing.
Ia menjelaskan, kasus pertama, gawai dari seorang penumpang wanita dicopet. Setelah turun dari bus Haryanto, penumpang itu baru menyadari tasnya terbuka dan gawainya tidak ada saat akan menelepon keluarganya. Polisi telah berusaha mencari pelakunya, tetapi tidak dapat menemukannya.
Kasus kedua, seorang penumpang yang bepergian bersama tiga anggota keluarganya menyadari gawainya hilang. Namun, penumpang itu tidak mengetahui apakah barangnya hilang karena dicopet atau terjatuh karena gawainya ditaruh di dalam saku jaket. (D13)