Komik yang Mendunia dalam Senyap
Dari Kota Bandung, Jawa Barat, melalui komik, nama Indonesia semakin mendunia dan membanggakan. Komik Indonesia terus melebarkan sayap ke mancanegara tanpa lupa membangun bakat besar anak bangsa.
Lumut hijau mulai tumbuh di dinding salah satu kamar di rumah berukuran 79 meter persegi itu. Rumah yang berada di lingkungan padat penduduk di kawasan Bandung Timur itu temboknya menempel langsung dengan rumah tetangga tanpa talang air. Akibatnya, air mudah menggerus, merembes, dan melembabkan tembok sehingga memicu lumut.
"Ini talang airnya baru selesai diperbaiki. Semoga tidak rembes lagi dan banyak karya besar hadir kembali di sini," kata Mochammad Iqbal (41) alias Iboy, pemilik rumah, awal Juni lalu.
Iboy tak asal bicara saat menyebut kamar itu melahirkan banyak karya besar. Rumah itu jadi markas AIU Comic, studio komik lokal yang didirikan Iboy tiga tahun lalu. Dari Bandung, karya AIU comic telah melanglang buana ke sejumlah negara.
Iboy lantas mengambil novel grafis berjudul The Chronicler of Marad. Kisahnya tentang kehidupan di negeri antah berantah. Paduan warna gelap terang yang kontras jadi keunggulan komik itu.
Akan tetapi, tidak mudah menemukan The Chronicler of Marad di Indonesia. Komik ini beredar di negara Timur Tengah, seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Arab Saudi. Komik itu juga dijual di Belanda dan Amerika Serikat.
"Jalan cerita dan penerbitannya dibuat Abdul Kareem al Alami asal Dubai. Kami mengerjakan gambarnya. Ada Aditya Rachdian dan Kriswanto Why juga yang mengerjakan gambar-gambar itu," katanya.
The Chronicler of Marad bukan karya kolaborasi Iboy pertama. Memanfaatkan jaringan di dunia maya, dia telah berkolaborasi dengan sejumlah seniman luar negeri. Ia mencontohkan kerja sama dengan Christ Jansen, komikus asal Detroit, Amerika Serikat. Beberapa judul yang sudah hadir adalah Nightmare Cafe dan Don\'t be Afraid.
"Banyak bakat dunia komik Indonesia melanglang buana dalam senyap. Potensinya besar apabila terus dikembangkan. AIU ingin berperan mewujudkan hal itu," katanya.
Kolaborasi
Uniknya, AIU Comic dibangun Iboy yang tak terlalu menggandrungi komik. Selain mengaku tidak pandai menggambar karakter komik, Iboy juga bukan penggila komik. Namun, bakatnya di dunia marketing membawa ia berkenalan lebih jauh dengan komik.
Mantan kepala pemasaran perusahaan telepon genggam dan telekomunikasi terkemuka ini mengatakan, komik punya masa depan cerah. Penikmatnya tidak pernah surut. Banyak produk turunan komik yang diminati banyak orang, seperti film atau animasi. "Komik juga bisa membanggakan bangsa," katanya.
Petualangannya dimulai saat ikut terlibat dalam Komikara Rumah Komik, komunitas pencinta komik di Bandung, pada 2009. Dia juga aktif dalam Amparan Studio membantu proses marketing komik beragam judul pada 2011-2012. Setahun kemudian, ia percaya diri membangun AIU Comic.
Ide Iboy mengembangkan AIU Comic nyeleneh. Ia banyak bergerilya mencari konsumen asing. Alasannya kuat. Iboy menilai pasar beragam jenis produk di Indonesia masih berkiblat ke luar negeri. Apabila ingin membuat tren di Indonesia, ia yakin karyanya harus dikenal dulu di luar negeri. "Lewat internet, saya bisa menemukan banyak kolega. Melalui serangkaian pembicaraan dan mengirimkan contoh gambar, kesepakatan terjalin meski terpisah negara dan jarak yang jauh," katanya.
Dikenal di luar negeri ternyata berimbas positif mengangkat nama AIU Comic di Indonesia. Pada 2014, AIU Comic membangkitkan kembali kisah pendekar bambu kuning karya Usyah Budin. Sepak terjang Madi Sembada memberantas kejahatan diangkat lagi untuk dinikmati generasi saat ini.
Kini, AIU Comic tengah bekerja sama dengan ilustrator gambar cadas, Didin Krisnaedy Purwanda Supartawidjaja, membuat komik bergenre metal asli Indonesia. Dinan mengatakan tertarik bekerja sama karena, selain punya kualitas gambar yang bagus, AIU Comic juga punya semangat cadas dalam memasarkan karyanya.
"Komik-komik AIU Comic didistribusikan dari warung ke warung dengan harga Rp 2.000-Rp 2.500 per eksemplar. Luar biasa," katanya.
Renteng
Iboy tersenyum penuh arti saat ditanya tentang ide gilanya itu. Yakin tak ada bandingannya di dunia ini, Iboy percaya diri taktik penjualan di warung tradisional punya masa depan cerah.
Dijual dalam plastik renteng seperti kemasan makanan ringan, Iboy mengatakan sudah mencetak 20.000 eksemplar untuk delapan judul komik khas Indonesia.
Dengan tebal komik rata-rata 12 halaman, setiap judul akan dibuat berseri. Temanya beragam, mulai dari detektif SMA, fabel, hingga kisah legenda. Semuanya berjalan di bawah kendali WOW komik, sayap usaha AIU comic, yang berdiri pada 2016.
"Saat ini, sudah terjual hingga 12.000 eksemplar komik dan dijual di sekitar 50 warung tradisional di Bandung. Meski dijual di warung, kami jamin kualitasnya sama dengan komik yang dipasarkan di luar negeri," tuturnya.
Ditanya tentang untung rugi dengan metode bisnis ini, Iboy mengatakan sudah mendapat untung. Ia yakin, apabila jaringan pemasaran diperluas, untung yang bisa didapatkan akan lebih besar.
"Pasar masih sangat besar untuk dikembangkan. Dengan menghitung satu RT di Bandung punya satu warung saja, ada 32.000 warung yang bisa menjadi jaringan pemasaran komik lokal yang kami buat. Dunia kreatif tak pernah mati jika masih ada yang terus berjuang," ungkapnya.
Akan tetapi, Iboy tidak ingin sukses sendirian. Ia mengatakan tengah menjalin kerja sama dengan komunitas kreatif lokal lainnya, seperti Cimahi Creative Association dan Indonesia Screen Printing. Beragam workshop hingga diskusi kerap digelar.
"Kami ingin membangun hak kekayaan intelektual dari komik lokal. Tak sekadar dicetak, ide dan gagasan komik bisa dilakukan di atas kaus, animasi, atau film," katanya.
Tak hanya menjalin komunikasi ke luar, Iboy juga getol mendorong rekan-rekannya di AIU Comic untuk mandiri. Salah seorang yang tertantang adalah Kriswanto Why, seniman di balik gambar-gambar The Chronicler of Marad dan komik renteng Detective Khan.
Kriswanto sudah memulainya dengan komik berjudul Pagi Sore. Komik itu bercerita tentang dinamika masalah sosial di perkotaan. Seperti kisah Pagi Sore yang disisipi perjuangan hidup manusia, Kriswanto punya mimpi menggandeng rekan-rekan lain membuat komik Indonesia jadi tuan rumah di negaranya sendiri.
"Di AIU Comic, kami terus didorong mandiri mengembangkan potensi. Komik lokal Indonesia punya masa depan yang cerah dengan banyak bakat berkualitas," katanya.
Dari sudut sempit Kota Bandung, Iboy dan para penggawa AIU Comic lainnya punya harapan besar untuk dunia kreatif Indonesia. Tak sekadar kumpulan gambar indah, tetapi jadi masa depan yang cemerlang bagi siapa saja yang berjuang.