Bintara muda Kepolisian Resor Bombana itu kaget ketika melihat anak-anak kecil setiap hari harus berjalan kaki sejauh 5-8 kilometer untuk menuju sekolah. Ia pun terpikir, bagaimana menyediakan mereka tempat belajar tanpa harus berjalan jauh ke luar desa.
Saleh menjadi bintara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (babinkamtibmas) di Desa Tunas Baru setelah sembilan tahun bertugas sebagai anggota Intelijen Keamanan Polres Bombana pada 2006-2015. Begitu pindah tugas ke desa tersebut, ia langsung menggelar pertemuan dengan warga setempat untuk mendengarkan aspirasi dan keluhan warga.
”Warga mengeluhkan tidak adanya gedung sekolah dasar di desa tersebut. Mereka khawatir dan waswas karena anak-anak mereka setiap hari harus bersekolah ke luar desa, berjalan 1 sampai 1,5 jam melintasi pematang sawah dan menyeberang Jalan Raya Kendari-Bombana yang ramai kendaraan dan rawan kecelakaan,” kata Saleh.
Melihat masalah di depan mata, Saleh berpikir bagaimana mengupayakan tempat bagi anak-anak tersebut untuk belajar. Warga sebenarnya berharap demikian, hanya saja mereka tidak tahu harus meminta dan mengajukan kepada siapa.
Setelah berkoordinasi dengan sejumlah pihak, Saleh akhirnya mengajukan proposal pendirian sekolah kepada Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Bombana.
Rumah warga
Hanya sekitar seminggu, proposal pendirian sekolah itu langsung diterima. Setelah didaftarkan, SD rintisan Saleh segera mendapatkan nomor pokok sekolah nasional dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan nama sekolah SD Swasta Anak Soleh.
Namun, karena tak ada dana untuk membangun gedung sekolah, kegiatan belajar-mengajar untuk sementara meminjam rumah warga berukuran 5 meter kali 7 meter yang sedang ditinggalkan pemiliknya merantau. Akan tetapi, ketika kegiatan sekolah baru berjalan enam bulan, pemilik rumah ternyata pulang.
”Kami bingung harus mencari tempat belajar di mana lagi untuk anak-anak. Akhirnya, untuk sementara kepala desa mengizinkan kami memakai aula balai desa berukuran 4 meter kali 6 meter untuk kegiatan belajar-mengajar,” paparnya.
Jumlah siswa SD Swasta Anak Soleh terus bertambah dari 11 menjadi 20 anak. Setelah delapan bulan berjalan, pihak Komite Sekolah akhirnya berembuk untuk mencari tempat baru. Balai desa semakin sering digunakan untuk berbagai acara.
Hasil rapat Komite Sekolah akhirnya memutuskan untuk membangun gedung sekolah sendiri di atas tanah hibah dari Desa Tunas Baru. Masyarakat menyambutnya dan bergotong royong membangun gedung sekolah sederhana. Mereka menyumbang apa saja, seperti atap seng, kayu, dan material bangunan lainnya.
Bangunan SD sangat sederhana pun langsung berdiri. Gedung SD semipermanen itu berlantai tanah, beratap seng, berdinding papan kayu, dengan tumpukan batu bata berperekat semen setinggi setengah meter di bagian bawah. SD itu berdiri di daerah persawahan dengan tekstur tanah berlumpur ketika musim hujan dan berdebu ketika kemarau. Bangunannya dibagi tiga kelas untuk kelas 1, 2, dan 3. Pada tahun ajaran 2017, murid SD rintisan Saleh ini bertambah 12 anak sehingga jumlah total murid menjadi 32 anak.
Ikut mengajar
Ketika baru berdiri pada 2015, hanya ada dua guru yang mengajar di SD Swasta Anak Soleh, yaitu Erniwati (31), istri Saleh, dan Saleh. ”Karena tak ada guru, awalnya kami harus bergantian mengajar. Setiap hari, saya menyewa becak motor untuk mengantar istri dan anak ke sekolah. Karena anak saya masih bayi, istri sekalian mengajak anak dan menaruhnya di ayunan sembari mengajar,” ungkap Saleh.
Tahun 2016, Saleh merekrut satu guru dan kemudian pada tahun ajaran baru 2017 menambah satu guru lagi sehingga tiga kelas bisa terlayani masing-masing satu guru. Yang lebih mengharukan lagi, selama ia ikut mengajar, Saleh tidak pernah meminta gaji sepeser pun. Sebaliknya, mulai 2015 hingga 2016, Saleh justru mengalokasikan uang remunerasinya sebagai petugas Polri sebesar Rp 1,6 juta untuk menggaji para guru. Begitu dana bantuan operasional sekolah bisa diakses medio 2016, biaya penggajian guru bisa terpenuhi.
Mendengar kabar tentang pendirian SD Swasta Anak Soleh oleh salah satu anak buahnya, Kepala Kepolisian Resor Bombana Ajun Komisaris Besar Bestari H Harahap langsung turun ke lokasi. Dia pun urun bantuan material untuk menimbun jalan, memasang jaringan listrik ke sekolah, dan menyumbang buku-buku tulis untuk anak-anak.
Usaha keras Saleh merintis pendirian SD kecil di pelosok Bombana memang bukan menjadi tugas utamanya sebagai petugas babinkamtibmas. Meski demikian, dengan berdirinya SD Swasta Anak Soleh, anak-anak Desa Tunas Baru bisa merasakan manfaat yang nyata, yaitu bersekolah di tempat yang dekat sekaligus aman.
Kinerja Saleh yang mau keluar dari ”kotak” tanggung jawab normatif itu diakui sejumlah pihak. Agustus 2017, Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila yang dipimpin Yudi Latif memilih Saleh sebagai satu dari 72 sosok yang menjadi ikon prestasi Indonesia. Pemilihan sosok-sosok ikon berprestasi itu bertujuan untuk menumbuhkan energi positif bagi semua elemen bangsa.