Ranomi Kromowidjojo, Pencarian Jejak Leluhur Sang Juara Dunia
Oleh
Rakaryan Sukarjaputra
·5 menit baca
Ranomi Kromowidjojo sejak kecil sudah mengetahui bahwa sebagian darahnya adalah dari Indonesia. Akan tetapi, atlet peraih tiga medali emas Olimpiade itu belum berkesempatan mencari jejak leluhurnya yang berasal dari Jawa Tengah. Baru pada pertengahan Agustus 2018, Ranomi menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Indonesia. Dia pun merasakan soto ayam yang rasanya jauh lebih nikmat ketimbang di negeri tempatnya tinggal, Belanda.
”Sejak kecil, saya sudah tahu ada darah Indonesia dalam diri saya. Mungkin karena penampilan saya. Tinggi saya mungkin lebih dari kebanyakan orang Indonesia, tetapi ayah saya sangat tinggi. Nenek saya juga terbilang tinggi untuk ukuran orang Indonesia. Ayah saya bahkan suka berbicara bahasa Jawa, tetapi saya sendiri tidak bisa. Saya suka makan nasi goreng, soto ayam,” papar perenang kelahiran Sauwerd, Belanda, 20 Agustus 1990, itu.
Sejak kecil, saya sudah tahu ada darah Indonesia dalam diri saya. Mungkin karena penampilan saya. Tinggi saya mungkin lebih dari kebanyakan orang Indonesia, tetapi ayah saya sangat tinggi.
Bersama keluarganya, Ranomi sudah berusaha mencari tahu dari mana asal-usul nenek moyangnya. Belum lama ini mereka mengetahui nenek moyangnya berasal dari Probolinggo, Jawa Timur, dan Banyumas, Jawa Tengah. ”Sayangnya, kunjungan saya kali ini sangat singkat. Malam ini, saya sudah harus terbang kembali ke rumah. Tetapi, pastinya suatu hari nanti saya akan kembali dan mengunjungi Jawa Tengah,” ujar pemegang rekor dunia 50 meter gaya bebas di kolam pendek dengan catatan waktu 22,93 detik itu, yang dibuat di Kejuaraan Dunia 2017, di Berlin.
Ayah Ranomi, Rudi Kromowidjojo, yang pernah bekerja di Suriname dan kemudian pindah ke Belanda setelah Suriname merdeka pada November 1975, pernah datang sekali ke Indonesia. ”Tahun depan, rencananya kami sekeluarga akan datang lagi ke sini dan pergi ke Jawa Tengah. Saya juga ingin mengunjungi Bali dan Yogyakarta,” ujarnya.
Meski hanya 48 jam berada di Indonesia, Ranomi, yang terus melakukan persiapan intensif untuk berlaga di Olimpiade Tokyo 2020, sangat menikmati kunjungannya ke Indonesia. Sebelumnya, dia juga sudah banyak membaca dan menggali pengetahuan tentang Indonesia sehingga tidak terlalu asing dengan Indonesia. ”Di sini saya bisa makan sate, nasi goreng, juga soto ayam. Saya surprise sekali, soto ayam di sini enak sekali, jauh lebih enak daripada di Belanda,” ungkapnya tertawa.
Ranomi memberikan dorongan motivasi kepada perenang Indonesia yang berlaga di Asian Games 2018, di Arena Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (15/8/2018).
Sejak 8 tahun
Ranomi yang memiliki tinggi 180 sentimeter itu menekuni renang sejak usia delapan tahun di kota tempat tinggalnya, Eindhoven, Belanda. Dia memenangi tiga medali di Kejuaraan Renang Eropa kelompok yunior pada 2005 dan 2006 di nomor 50 meter gaya bebas dan gaya kupu-kupu.
Dia kemudian naik ke kelas senior dan debut internasionalnya adalah mengikuti Kejuaraan Renang (Kolam Panjang) Eropa di Budapest, Hongaria, 2006. Ranomi juga langsung memenangi medali di kelas senior, yaitu di nomor 4x100 estafet gaya bebas, bersama Inge Dekker, Chantal Groot, dan Marleen Veldhuis, pada usia 15 tahun.
Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa meraih medali emas. Saya berlatih hampir setiap hari dan tidak pernah merasakan bosan.
Dari sanalah prestasi demi prestasi diukir perenang yang mengambil spesialisasi nomor sprint, khususnya gaya bebas, itu. Dia meraih medali emas dari Kejuaraan Dunia 2009 di Roma, Italia, dan Kejuaraan Dunia 2011 Shanghai, China, keduanya di nomor 4x100 meter estafet gaya bebas. Ranomi juga memenangi medali emas nomor perorangan di Kejuaraan Dunia 2011 Shanghai dan 2013 Barcelona, Spanyol, serta Kejuaraan Dunia 2015 Kazan, Rusia, semuanya di nomor 50 meter gaya bebas.
”Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa meraih medali emas. Saya berlatih hampir setiap hari dan tidak pernah merasakan bosan. Saya bahkan merasa nyaman saat berada di air. Air adalah habitat saya,” paparnya.
Meski postur tubuhnya terbilang tinggi-besar, Ranomi terlihat sangat ringan ketika berada di air. Cara berenang gaya bebasnya terbilang sempurna, dengan bagian bahu dan punggung bagian atas selalu berada di atas air, atau sering dibilang pelatih renang dengan kondisi ”mengapung”. Wajar jika beberapa perenang dan pelatih renang Indonesia yang menyaksikan Ranomi berenang di Arena Akuatik GBK, Jakarta, Rabu (15/8), terkagum-kagum oleh Ranomi.
Saat diminta pelatih Felix C Sutanto untuk melakukan start dari podium start, Ranomi pun menunjukkan lompatannya yang jauh dan kekuatan renangnya di bawah air. Di balik postur tubuhnya yang tinggi besar itu, Ranomi menyimpan tenaga sangat besar. Dengan hanya beberapa kali kayuhan di dalam air (dolphin kick), Ranomi langsung melesat jauh. Tidak mengherankan jika perenang yang pernah berkuliah di Business School Notenboom, Eindhoven, itu memiliki catatan waktu terbaik 23,85 detik untuk nomor 50 meter gaya bebas di kolam panjang.
”Saya sangat ingin membuat rekor lagi di Olimpiade 2020. Karena itu, saya terus berlatih dengan keras. Lawan saya di Jepang nanti tidak mudah. Sarah Sjostrom adalah pemegang rekor dunia 50 meter gaya bebas (kolam panjang, asal Swedia). Catatan waktunya, 23,67 (detik), tidak terlalu jauh dengan waktu terbaik saya, 23,85 (detik). Karena itu saya yakin bisa lebih cepat dari dia,” tutur Ranomi.
Untuk para perenang di Indonesia, kehadiran Ranomi selain memberikan suntikan motivasi untuk Asian Games 2018 juga menjadi tempat beberapa atlet Indonesia bertanya. Dengan sebagian darah Indonesia dalam dirinya dan nama Kromowidjojo yang terus disandangnya, Ranomi pun sangat ingin membantu para perenang Indonesia untuk bisa lebih berkembang lagi. Selain itu, sekaligus menjadi kesempatan bagi Ranomi untuk menemukan jejak-jejak leluhurnya yang belum sepenuhnya terang benderang.
”Saya mendengar nama Kromowidjojo masih banyak digunakan. Mudah-mudahan saya masih mempunyai sanak saudara di sini. Itu tentu akan sangat menyenangkan,” kata Ranomi berharap.
Ranomi Kromowidjojo
Lahir: Sauwerd, Belanda, 20 Agustus 1990
Nama Orangtua: Rudi Kromowidjojo dan Netty Deemter
- Anak Kedua dari dua bersaudara
Profesi: Atlet renang, anggota timnas renang Belanda dengan spesialisasi sprint gaya bebas dan gaya kupu-kupu
Prestasi:
- Dua medali emas di Olimpiade London 2012
- Satu medali emas di Olimpiade Beijing 2008
- Satu medali emas di Kejuaraan Dunia Bercelona 2013
- Satu medali emas di Kejuaraan Dunia Shanghai 2011
- Satu medali emas di Kejuaraan Dunia Roma 2009
- Tiga medali perak di Kejuaraan Dunia Kazan 2015
- Tiga medali perak di Kejuaraan Dunia Budapest 2017