Darmin, Menggalang Infak Demi Keselamatan Ibu dan Bayi
Melahirkan merupakan perjuangan hidup mati bagi seorang ibu. Di tengah penantian tak menentu dan kadang disertai keterbatasan di sana-sini, seorang ibu membutuhkan perhatian ekstra. Tidak hanya dari keluarga, tapi juga orang di sekitarnya. Darmin (73) pensiunan guru di Desa Kalisalak mengajak warga bergotong-royong menggalang dana untuk meringankan perjuangan ibu yang hendak melahirkan.
“Jangan sampai ada ibu meninggal pada saat melahirkan,” kata Darmin saat ditemui di rumahnya di Gang Budaya, Desa Kalisalak, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (21/9/2018).
Melalui Forum Kesehatan Ibu dan Anak (FKIA) yang ia rintis sejak 2012 seiring bergulirnya Program Expanding Maternal and Neonatal Survival (Emas) dari USAID, Darmin mengajak setiap keluarga memberikan iuran Rp 1.000 per bulan untuk disumbangkan kepada ibu yang melahirkan di desa tersebut.
“Bentuknya bukan iuran melainkan infak. Iuran itu ada besarannya, kalau infak itu sukarela, bisa lebih rendah atau lebih besar dari yang ditentukan. Kadang ada yang memberi Rp 5.000 atau Rp 10.000,” papar ayah dari empat anak itu.
Pada tiga bulan pertama, pengumpulan dana dari sekitar 3.700 keluarga di desa itu mencapai Rp 9 juta. Hingga September 2018 ini, dana yang sudah terkumpul mencapai Rp 456.450.000. Dari jumlah itu, sebesar Rp 351.175.000 sudah diberikan kepada 809 ibu yang melahirkan.
“Bantuannya tidak besar, hanya Rp 150.000 untuk ibu yang melahirkan di puskesmas dan Rp 300.000 untuk yang melahirkan di rumah sakit. Per bulan ada 15-25 kelahiran di desa ini,” tutur Darmin.
Awalnya Darmin mengaku pesimistis gerakan itu akan jalan, sebab ada saja warga yang mencibir. Namun, Darmin bersama pengurus di FKIA tekun mendatangi pertemuan di tingkat RT dan RW bahkan dusun untuk memberikan pemahaman betapa pentingnya perhatian bagi ibu hamil dan ibu yang hendak melahirkan.
“Mula-mula memang saya agak pesimistis karena mengurusi orang perempuan hamil yang belum tahu kapan lahirnya. Belum tahu sehat atau tidak. Namun setelah jalan, saya berbicara kepada warga misalnya ada anggota keluarga yang meninggal karena melahirkan bagaimana perasaannya, tentu sedih,” tuturnya.
Belakangan, gerakan infak untuk ibu melahirkan itu mendapatkan legalitasnya melalui Peraturan Desa Kalisalak Nomor 05 Tahun 2013 tentang Pungutan Masyarakat Desa Kalisalak Kecamatan Kebasen. Dalam peraturan tersebut disebutkan jelas pungutan adalah untuk mendukung Program Emas guna meningkatkan kesehatan ibu melahirkan serta menurunkan angka kematian bayi di Desa Kalisalak.
“Uangnya dikumpulkan oleh masing-masing RT dan hasil pungutan disimpan dan dikelola di tingkat RW,” ujarnya.
Selain gerakan mengumpulkan infak, Darmin bersama 27 motivator FKIA yang merupakan petugas posyandu di 13 RW juga gencar mengingatkan para ibu hamil untuk memeriksakan kandungan ke puskesmas, menjaga pola makan, serta menjaga kebersihan lingkungan rumahnya.
Setiap ada ibu yang hamil, tim selalu mendatangi rumah dan memberi tanda berupa stiker yang di depan rumah bahwa ada ibu hamil. Artinya baik keluarga maupun tetangga harus siaga
“Setiap ada ibu yang hamil, tim selalu mendatangi rumah dan memberi tanda berupa stiker yang di depan rumah bahwa ada ibu hamil. Artinya baik keluarga maupun tetangga harus siaga,” kata kakek dari 10 cucu ini.
Tidak berhenti di situ, Darmin juga menggencarkan donor darah di desa serta menggugah para pemilik mobil di desa itu untuk rela dan mau memanfaatkan mobilnya dipakai mengantarkan ibu hamil yang hendak melahirkan ke puskesmas atau rumah sakit.
“Dulu hanya ada 13 mobil yang siaga di 13 RW, tetapi sekarang ada 97 mobil yang siaga dijadikan ambulans desa untuk membawa ibu hamil,” tutur Darmin yang pernah mendapatkan penghargaan dari Gubernur Jawa Tengah dalam acara Emergency Meeting-Mini University Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di Semarang 27 Januari 2015.
Keberadaan kendaraan bersama pengemudinya sangat penting karena jarak dari Desa Kalisalak menuju Puskesmas Kebasen sejauh 4 kilometer. Jika keadaan ibu gawat dan harus dibawa ke rumah sakit, tentu harus dibawa ke rumah sakit terdekat yang berada di Notog, Banyumas atau jaraknya 10 kilometer dari Desa Kalisalak.
“Jika ada yang membutuhkan mobil untuk mengantar ibu yang hendak melahirkan, tinggal koordinasi dengan pengurus RT setempat. Nanti RT yang akan mencarikan mobil siapa yang dapat dipakai mengantar,” paparnya.
Pengalaman pribadi
Kegigihan Darmin menjadi penggerak dan motivator kesehatan di desanya antara lain terdorong oleh pengalaman pribadi yang cukup membekas hingga saat ini. Pada 1998, adik kandungnya yang bernama Samidah saat itu berusia 30 tahun meninggal dunia karena melahirkan.
“Dia melahirkan anak keempat dengan bantuan dukun bayi. Bayinya berhasil lahir dan selamat, tetapi ibunya meninggal. Saat itu, ari-ari bayi tidak bisa keluar. Adik saya dibawa ke rumah sakit di Purwokerto, tetapi meninggal di perjalanan,” tutur Darmin sambil menerawang teringat adiknya.
Menurut Darmin, pendampingan kesehatan dan perhatian dari orang lain kepada ibu yang sedang hamil sangat diperlukan. Sang ibu biasanya mengalami kegelisahan, ketakutan, dan kesakitan saat mengandung dan melahirkan. Oleh karena itu, kehadiran sesamanya baik itu petugas kesehatan ataupun motivator dari tim posyandu dapat membesarkan hati sang ibu.
Saya ingin warga memiliki kepedulian terhadap ibu hamil. Ini demi kemanusiaan
“Saya ingin warga memiliki kepedulian terhadap ibu hamil. Ini demi kemanusiaan,” katanya.
Salah seorang warga Ika Maryanti (33) bersama Sudar (38) suaminya mengaku cukup terbantu dengan pendampingan motivator FKIA yang rajin mengingatkannya untuk periksa, minum vitamin, mengajak ikut pertemuan ibu hamil, dan menjaga kesehatan saat hamil anak ketiganya yang kini sudah berusia 5 bulan. Dulu saat melahirkan di puskesmas, Ika mengeluarkan biaya hingga Rp 700.000 dan dengan bantuan dana dari warga sebesar Rp 150.000, dapat meringankan biaya persalinan.
Upaya para motivator kesehatan dan Darmin cukup berdampak untuk menekan angka kematian ibu dan anak. Setidaknya sejak 2013, tidak ada kasus ibu meninggal dunia akibat melahirkan di Desa Kalisalak. Kendati masih ada bayi yang meninggal saat dilahirkan, angkanya pun cenderung menurun.
Berdasarkan data dari Puskesmas Kebasen, pada 2015 di Kecamatan Kebasen terdapat 961 kelahiran bayi dan dari jumlah itu ada 11 kematian bayi. Dari 11 kematian bayi itu, 3 bayi berasal dari Desa Kalisalak akibat mengalami berat badan yang kurang. Kemudian pada 2016, tercatat ada 898 kelahiran bayi dan ada 5 bayi di antaranya meninggal dunia. Dari 5 bayi itu, ada 1 bayi berasal dari Desa Kalisalak. Selanjutnya pada 2017, terdapat 942 kelahiran bayi dan 9 bayi di antaranya meninggal. Dari 9 bayi itu, ada 1 bayi meninggal dari Kalisalak akibat gangguan pernafasan.
“FKIA di Desa Kalisalak memang menjadi percontohan bagi desa-desa lain. Kesadaran warganya untuk memperhatikan kesehatan ibu hamil cukup tinggi. Apalagi jika ada yang risiko tinggi, pasti terus dipantau,” kata Bidan Puskesmas Kebasen Retno Wijayati.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Sadiyanto mengapresiasi gerakan warga di Desa Kalisalak dan hal itu perlu dikembangkan di seluruh desa. “Kita memerlukan sosok Darmin-Darmin yang lain,” ujar Sadiyanto.
Darmin
Lahir: Banyumas 19 Juli 1945
Istri: Hadmiyah (70)
Anak: Hadirin (53) , Haryanto (51), Daryanti (47), dan Mintarsih (43), cucu 10 orang, buyut 1 orang.
Pendidikan: S1 PGSD di Universitas Terbuka Purwokerto, 1998
Pekerjaan: PNS Guru SD, pensiun tahun 2005
Kegiatan: Ketua FKIA Desa Kalisalak, Kebasen, Banyumas