Donald Glover Jr dan Gertakan dari Ranah Hip Hop
Donald Glover Jr punya banyak talenta. Ia adalah komedian, penulis naskah, produser sekaligus bintang film, juga rapper. Segala kemampuannya itu ia pakai dengan tepat. Childish Gambino, nama panggungnya, menyabet empat Piala Grammy, atas sebuah karya utuh—lagu dan video—yang menyuarakan keresahan kaumnya.
“Aku adalah seorang aktor, penulis, dan penyanyi. Bagi banyak orang, itu adalah tiga gertakan. Tapi aku lebih ingin disebut sebagai sebuah gertakan saja,” kata Donald, di acara Saturday Night Live, yang ditayangkan 5 Mei 2018 silam.
Pada tanggal yang sama, video klip lagunya, “This is America” resmi tayang di saluran YouTube. Itu adalah video Childish Gambino, nama lain Donald Glover Jr. Dalam kurun waktu 24 jam, video rap itu telah ditonton lebih dari 10 juta kali. Angka itu fantastis.
Adegan demi adegan dalam videonya tak kalah fantastis, atau lebih tepatnya dramatis. Glover hanya pakai pantalon abu-abu, tanpa atasan. Dia banyak menari selama durasi video sepanjang empat menit. Koreografinya terasa ganjil; ada gerakan yang ritmis, tapi tak jarang menimbulkan kesan chaotic.
Lagunya dibuka dengan irama gospel dan soul, lengkap dengan latar paduan suaranya, ditambah lagi ada petikan gitar yang menenangkan. Tapi itu tak lama. Donald mengeluarkan pistol, lalu menembak sang gitaris, yang kepalanya sudah dikarungi. Gitaris itu tersungkur. Aroma kesuraman segera menyerbak.
Iramanya sontak berubah jadi dentuman bas yang mencekam. Donald mulai merepet, “This is America. Don’t catch you slippin’ up,” ujarnya berulang-ulang sembari menggerakkan badannya yang berotot itu. Terjemahannya, kira-kira berbunyi, “Inilah Amerika. Jangan sampai tergelincir.”
Kengerian itu belum berakhir. Adegan berikutnya lebih seram lagi. Donald menembaki para penyanyi paduan suara itu dengan senapan mesin. Seperti tercantum di terbitan The Guardian, adegan itu mengingatkan pada peristiwa pembantaian di sebuah gereja yang banyak diisi warga kulit berwarna di Charleston, AS, pada 2015. Penembakan itu menewaskan sembilan orang. Lalu, ia kembali berjoget, bersama penari lain dalam seragam sekolah.
“Bukan aku yang harus menjawab apa artinya lagu itu,” kata Donald kepada reporter TMZ, Mei silam.
Video dan lirik lagunya menyentak perhatian. Banyak pandangan yang berusaha menghubungkan lagu itu dengan kasus penembakan bernuansa rasisme, juga maraknya peredaran senjata api di Amerika Serikat.
Pesan sentral lagu ini tentang senjata api dan kekerasan di Amerika. Adalah fakta bahwa dua hal itu menjadi konsumsi kita sehari-hari
Guthrie Ramsay, profesor sejarah musik dari University of Pennsylvania adalah salah satu yang mengulas makna lagu tersebut. “Pesan sentral lagu ini tentang senjata api dan kekerasan di Amerika. Adalah fakta bahwa dua hal itu menjadi konsumsi kita sehari-hari, baik sebagai bagian dari dunia hiburan, juga perbincangan nasional,” kata Ramsey kepada majalah Time.
Donald, yang bertelanjang dada tanpa riasan berlebih itu dianggap Ramsey sedang menanggalkan citra kebintangan yang glamor. “Itu adalah dia sebenar-benarnya, dan oleh karena itu, bisa jadi mewakili kita sebagai orang kebanyakan,” lanjut Ramsey.
Sementara goyangan para penari berseragam sekolah di antara adegan kekerasan yang silih berganti seperti menunjukkan bahwa budaya pop bukanlah jalan keluar atau pengalihan dari akar masalah. Amerika seperti tertumbuk di jalan buntu masalah kekerasan.
Adegan akhir video itu memberi kesimpulan getir. Donald berlari menyusuri lorong gelap meninggalkan kerumunan orang. Adegan itu dilatari suara dari Young Thug yang berbunyi, “You just a black man in this world, you just a barcode,” yang kira-kira berarti “Kamu sekadar orang berkulit hitam, kamu tak ubahnya sebuah noktah.”
“Itu menyiratkan zaman perbudakan; para budak harus berlari atau kabur untuk bertahan hidup. Itu adalah bagian dari budaya Amerika,” lanjut Ramsey.
Kategori utama
Hingga Senin (11/2/2019) atau sekitar sembilan bulan mengudara, video besutan Hiro Murai itu telah diputar sebanyak 483 juta kali. Pada perhelatan Piala Grammy ke-61 di Staples Center, Los Angeles, Amerika Serikat, videonya terpilih sebagai video musik terbaik, mengungguli nomine lain, di antaranya “Apesh*t” dari duet Beyonce dan Jay-Z, “I’m Not Racist” dari Joyner Lucas, dan “PYNK” dari Janelle Monae.
Lagu Donald sendiri menang besar. Grammy menganugerahi “This is America” empat piala, di antaranya kategori Best Rap Performance dan dua kategori bergengsi: Song of the Year serta Record of the Year. Inilah kali pertama lagu rap jadi jawara dua kategori utama itu.
Donald tidak datang menerima piala itu. Entah di mana gerangan dia berada. Yang jelas, Donald adalah salah satu artis hip hop/rap yang tak hadir di puncak perayaan industri musik itu. Selain Donald, artis tenar lain yang absen adalah Jay-Z, Beyonce, Kendrick Lamar, dan Rihanna.
Grammy untuk Donald diterima rekan penulis lagu sekaligus produsernya, Ludwig Goransson. “Aku sungguh berharap dia hadir di sini sekarang, karena lagu ini adalah visinya. Dia pantas mendapat ini,” ujarnya.
Ludwig melanjutkan, “Lagu ini terkait dengan siapa pun Anda, dari mana pun asal Anda. Lagu ini menyentuh jiwa Anda. Lagu ini menggertak ketidakadilan, merayakan kehidupan, sekaligus menyatukan kita semua.”
Donald tumbuh di daerah Stone Mountain, di pinggiran Atlanta, Georgia, AS. Kelompok fasis kulit putih KKK, tumbuh subur di sana satu abad silam. Martin Luther King Jr menyebut nama kota itu dalam pidato "I Have a Dream".
Ada pemisahan di tempat itu. Dataran di samping gunung dihuni orang-orang tua berkulit putih yang tidak pernah pindah. Di sekitar area itu adalah daerah pinggiran untuk orang kulit hitam
“Ada pemisahan di tempat itu. Dataran di samping gunung dihuni orang-orang tua berkulit putih yang tidak pernah pindah. Di sekitar area itu adalah daerah pinggiran untuk orang kulit hitam,” kata Donald seperti dikutip The Guardian.
Tempat tinggal Donald kecil selalu ramai. Orangtuanya mengadopsi anak-anak telantar. Kondisi itulah yang dipercaya Donald memberinya banyak cerita-cerita kepedihan, sekaligus humor. Daya kreativitasnya terbentuk di sana.
Selain itu, ia juga sering mendengar lagu-lagu dari rapper Eminem, seperti “Kim” yang penuh dengan adegan kekerasan dan pembunuhan. “Lagu itu menyadarkanku bahwa ada kegelapan yang menghinggapi siapa pun. Karena itulah komedi diperlukan,” kata Donald.
Dia belajar menulis kreatif di New York University. Selepas itu, kreativitas penulisannya moncer. Donald menulis naskah komedi untuk acara The Daily Show, juga serial komedi tenar 30 Rock. Belakangan, dia juga menulis naskah sekaligus berperan di serial Atlanta.
Donald mulai nge-rap sekitar tahun 2003. Dia mengaku terinspirasi oleh LCD Soundsystem dan Ghostface Killah. Namun dia benar-benar terpantik setelah menonton pertunjukan band Rage Against The Machine dan Justice. Ia lantas menciptakan moniker dirinya, Childish Gambino, sebagai kanal ekspresinya di bidang musik.
“Rap itu dulunya terdengar konyol, dan sekarang semakin konyol. Bagiku justru itu daya tariknya. Kekonyolan itu membebaskan,” katanya.
Donald Glover Jr
Lahir: 25 September 1983
Album Musik:
- Camp (2011)
- Because the Internet (2013)
- Awaken, My Love!(2016)
Penghargaan
- Salah satu dari 100 orang berpengaruh versi majalah Time, 2017
- Empat Piala Grammy untuk lagu “This is America”