Riza Azyumarridha Azra Memuliakan Singkong Lewat Mocaf
Perjumpaan dengan petani singkong di Banjarnegara sekitar tahun 2014 mendorong Riza Azyumarridha Azra terjun total mengedukasi masyarakat tentang potensi pangan lokal yang sering dianggap sebelah mata itu. Ia mengajarkan mereka mengolah singkong menjadi tepung mokaf yang harganya lebih mahal.
“Saya bertemu petani ketela (singkong) di Desa Kalitengah. Dia menangis karena harga ketela hanya Rp 200 per kilogram. Ketela pun dibiarkan membusuk di ladang karena untuk biaya operasional (menanam singkong) saja petani nombok,” cerita Riza Azyumarridha Azra, Jumat (8/2/2019), di Banjarnegara, Jawa Tengah.
Perjumpaan pada 2014 itu bermula dari Komunitas Sekolah Inspirasi Pedalaman yang diikuti Riza bersama rekan-rekannya sesama relawan Muhammadiyah Disaster Management Center. “Dari sana, kami berpikir bagaimana membuat harga ketela bisa naik. Setelah berkonsultasi dengan beberapa ahli dan dosen pertanian di UGM, kami memilih mengolah singkong menjadi mocaf,” tuturnya.
Atas dukungan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara dan Lazismu (Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah), Riza dan rekan-rekan melatih 45 orang petani di Desa Kalitengah, Desa Parakan (Kecamatan Purwanegara), dan Desa Pesangkalan (Kecamatan Pagedongan) membuat mocaf (modified cassava flour).
Proses pembuatan tepung mocaf cukup rumit dan makan waktu paling tidak tiga hari tiga malam. Pertama kulit singkong mesti dikupas dan lendirnya dibersihkan. Kemudian, ketela diiris tipis-tipis dan direndam selama 3 hari-3 malam dengan air yang dicampur dengan enzim mocaf organik.
Setelah direndam, ketela ditiriskan dan dibersihkan dengan air. Selanjutnya ketela dipres dan dikeringkan. “Kalau cuaca panas, penjemuran hanya butuh 1 hari. Tapi kalau mendung, bisa dijemur sampai 3 hari,” tuturnya.
Setelah kering, ketela kemudian digiling hingga halus menjadi tepung. Kemudian, tepung diayak atau disaring dan dikemas. “Kadang petani kurang sabar untuk mengolahnya karena paling tidak butuh waktu 3 hari-3 malam untuk merendam ketela sebelum diolah jadi tepung,” papar Riza.
Karena pembuatan mocaf cukup rumit, petani kadang kurang sabar untuk mengolahnya. Namun, setelah satu bulan pelatihan para petani sudah mulai bisa membuat tepung mocaf.
Saat ini setidaknya ada 11 lokasi pembuatan mocaf di Banjarnegara antara lain di Desa Parakan, Karanganyar, Pucung Bedug, Lebakwangi, Pesangkalan, Bawang, Blambangan, Petambakan, Kalibening, serta Punggelan. “Per bulan rata-rata per titik lokasi bisa mengolah 7 kuintal singkong dan menghasilkan tepung mocaf seberat 3 kuintal,” kata Riza.
Setiap titik pembuatan mocaf setidaknya membutuhkan tenaga kerja kupas singkong 10-15 orang. Sebagian besar adalah ibu-ibu rumah tangga. Saat ini harga ketela pohon per kilogram mulai membaik yaitu Rp 2.000 hingga Rp 2.500 per kilogram. Adapun tepung mocaf per kilogram harganya Rp 10.000.
Ketika produksi mocaf meningkat adalah masalah lain yang mesti dipecahkan, yakni bagaimana memasarkannya. “Sebenarnya misi awal kami adalah mengajari membuat mocaf, tapi kemudian justru muncul masalah marketing,” lanjut Riza.
Rumah Mocaf
Riza mencoba merangkul sejumlah UMKM untuk membuat jajanan berbahan mocaf. Tidak berhenti di situ, Riza membuat Rumah Mocaf yang menjual aneka produk olahan berbahan mocaf. Di bawah naungan Paguyuban Mocaf Banjarnegara yang dibentuk 2017, kini ada 30 perajin mocaf di daerah itu.
“Salah satu energi terbesar adalah mengedukasi masyarakat. Dengan Rumah Mocaf, kami ingin mengenalkan produk olahan dari tepung mocaf seperti bakmi mocaf, roti maryam mocaf, biskuit mocaf, dawet mocaf, dan lain-lain,” kata Riza yang juga menjabat sebagai Ketua Paguyuban Mocaf Banjarnegara.
Saat ini, Paguyuban Mocaf Banjarnegara bisa memproduksi 5 ton tepung mocaf per bulan. Selain untuk memenuhi kebutuhan UMKM di Banjarnegara, tepung ini juga telah dijual ke Yogyakarta, Tasikmalaya, dan Garut. “Di Yogyakarta ada 3 perusahaan roti yang masing-masing memesan 1 kuintal tepung mocaf per minggu,” ujar Riza.
Upaya Riza ini dilirik oleh pemerintah daerah. Melalui Disperindakop, pemerintah mendukung proses legalitas mulai dari penerbitan PIRT dan sertifikat halal MUI. Bahkan, bupati mengeluarkan surat edaran yang memerintahkan agar setiap ada acara dinas, misalnya rapat, kudapan yang disajikan mesti berbahan mocaf, bukan terigu.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto juga mendukung usaha tepung mocaf dengan memberikan sejumlah peralatan seperti alat pengiris ketela, mesin pres, mesin penepung, rumah pengeringan ketela lengkap dengan blower dan tungku pemanas berkapasitas 2 kuintal ketela, serta mendukung pemasaran.
Kedaulatan pangan
Semangat Riza mengangkat martabat ketela pohon didorong oleh cita-cita mewujudkan kedaulatan pangan. Jika masyarakat Indonesia terus-menerus bergantung pada tepung terigu, artinya impor terigu masih akan terus terjadi karena gandum berasal dari luar negeri.
Mengutip petuah Ketua MPM Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Alm) Said Tuhuleley, Riza memegang teguh moto, “selama rakyat masih menderita, tidak ada kata istirahat” sebagai semangat hidupnya. Ia juga meresapi pesan dari Konsultan Social Entrepreneur Tri Mumpuni untuk memperhatikan daya dukung alam, jangan sampai mengeksploitasi alam dan tenaga kerja.
“Percuma kalian bisa memenuhi pasar sampai berton-ton, tapi kalian merusak lingkungan dalam artian sanitasinya jadi rusak atau lingkungan jadi bau. Kalian boleh mengambil keuntungan, tapi jangan melebihi daya dukung alam itu,” tegas Riza.
Riza Azyumarridha Azra
Lahir : Banjarnegara, 24 Maret 1991
Istri : Wahyu Budi Utami (26)
Alamat : Kompleks Kauman Nomor 30, RT 3/RW 6, Banjarnegara, Jawa Tengah
Pendidikan:
- SMP N 1 Banjarnegara
- SMA N 1 Banjarnegara
- S1 Teknik Elektro, UGM Yogyakarta (2013)
Kegiatan:
- Koordinator Pertanian Terpadu Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara
- Owner Rumah Mocaf Banjarnegara
- Ketua Paguyuban Mocaf Banjarnegara