Adelina Setiawan, Setelah Kelahiran Nada Pertama
Raga yang sebagian tertekuk kaku di sofa itu seolah mendadak lentur saat mendengar alunan lagu "Ku Bisa Gila" ciptaannya. Suaranya yang terbata mencoba melantangkan lirik gubahannya mengubah rasa biasa menjadi ternganga. Dia bernama Adelina Setiawan, perempuan yang terkena cerebral palsy yang sukses melahirkan dan meluncurkan album mini I.
"Ku Bisa Gila" merupakan lagu pertama dari lima komposisi pada cakram digital yang diproduksi terbatas. Album mini I itu resmi diluncurkan untuk publik di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (16/5/2019) lalu. “I album pertama saya. Biar gampang,” kata Adelina dengan terbata tetapi tegas dan mantap dalam sesi peluncuran albumnya.
Tak mudah bagi Adelina untuk menyelesaikan karya perdana itu. Keraguan banyak orang termasuk dari keluarga dan diri sendiri mengingat kondisi raga yang amat terbatas sulit diabaikan. Karena lumpuh otak, Alina cuma bisa menggerakan tangan dan kepala untuk beraktivitas. Seluruh kegiatan hidup perlu dibantu oleh adik kembar, orangtua, dan atau asisten rumah tangga.
Dalam bermusik, Adelina juga kesulitan menggerakkan seluruh bagian tangan. Hanya kelingking kiri dan tiga jari kanan yang bisa dimaksimalkan pada gitar dan piano. Namun, itu tak menghalangi kekuatan otak dan hati untuk melahirkan nada, chord, dan aransemen serta lirik dengan spektrum musik yang beragam.
Album I menjadi jawaban atas kebimbangan sekaligus penyegar bagi permusikan Surabaya yang cukup lama tidak memunculkan perempuan pencipta lagu. “Jiejie (baca: cece) dikaruniai kemampuan luar biasa dalam musik dan lagu,” kata si adik kembar, Adelia Setiawan di sela peluncuran album mini sang kakak.
Saat Adelina berduet dengan Vajra Aoki (vokalis grup indie Rasvan Aoki) untuk lagu "Ku Bisa Gila" atau dengan Anabelle Gisella Sanyatika Usfinit (teman sekolah) untuk "Musim yang Indah", Adelia tak bisa menyembunyikan kegirangannya. Dia terus tersenyum, bertepuk tangan, dan merekam video melalui telepon seluler.
Adelina dan Adelia lahir merupakan anak kembar pasangan Agustinus Setiawan dan Natalia Sebastian. Lina dan Lia dilahirkan di Surabaya pada 6 Februari 1994 secara prematur saat usia mereka dalam kandungan kurang dari tujuh bulan. Masalah tidak mendatangi si kembar saat kelahiran. Namun, dalam perawatan, terjadi sesuatu dengan Adelina.
“Pertumbuhan saya normal tetapi tidak dengan jiejie Lina. Menurut Papa Mama, saat dirawat di inkubator, tubuh jiejie Lina membiru diduga karena aliran oksigen tidak lancar. Setelah diperiksa, diketahui ada beberapa bagian dalam otaknya yang tidak berkembang sehingga jiejie Lina terkena celebral palsy,” kata Adelia.
Kondisi itu memaksa Agustinus dan Natalia yang bekerja di luar Jawa untuk memutuskan salah satu menetap di Surabaya demi mengurus si kembar terutama perhatian khusus terhadap Adelina. “Istri saya sampai sekarang bekerja di Flores,” kata Agustinus di sela peluncuran album mini sang putri.
Cerebral palsy, semacam gangguan otot atau postur akibat cedera atau gangguan pada otak, yang diderita Adelina jelas membatasi hidupnya. Namun, perempuan ini ternyata kukuh dan semangat tinggi. Adelina pantang menyerah apalagi ia seakan dikaruniai kemampuan lebih dalam bahasa dan musik.
Adelina bercita-cita menjadi komposer musik sejak kecil. Ia senang berimajinasi merangkai nada dan lirik sekaligus membayangkan sosok penyanyi atau karakter yang tepat. Kesukaannya itu menjadi-jadi saat masih menempuh pendidikan di SMA Negeri 10 Surabaya.
Hampir sewindu lalu, suatu hari ketika terbaring santai dan meliarkan imajinasi, laras melodi "Ku Bisa Gila" muncul. Saat tembang coba ditenun dalam memori kepala, Adelina membayangkan komposisi itu dilantunkan oleh Mulan Jameela secara centil dan menggoda. “Saya bayangin dia (Mulan Jameela) untuk \'Ku Bisa Gila\',” kata Adelina.
Berkebutuhan khusus
Adelina menyelesaikan pendidikan SMA pada 2013. Karena senang bermusik, Adelina menekuninya dengan kursus di Sforzando Music Course Surabaya selepas lulus SMA. Sekolah musik ini membantu perkembangan anak-anak berkebutuhan khusus. Di sini, Adelina menciptakan beberapa komposisi sekaligus mematangkan lagu-lagu yang pernah diciptakannya.
Selain bermusik, Adelina menyukai bahasa. Secara ototidak, bersama sang adik, Adelina belajar bahasa Jepang dan cukup terampil. Sejak 2014, Adelina menambah kemampuannya dengan belajar di Institut Francais Indonesia (IFI) Surabaya. Perancis menjadi negeri impian yang ingin didatangi khususnya Lyon dan Paris. Bahasa Perancis yang indah membuat Adelina jatuh hati dan tekun belajar dengan banyak membaca novel dan buku-buku tentang negeri di Eropa itu.
Melihat talenta Adelina membuat Fransiska Sri Setyowati, guru sekaligus pimpinan sekolah musik Sforzando, terpukau. Betapa kaget Setyowati saat mengetahui Adelina sudah memiliki beberapa lagu. Komposisi pertama yang ditawarkan Adelina kepada sang guru. “Saya membaca liriknya jadi menangis dan mencoba mengikuti nada-nada komposisi itu ternyata sulit dipahami padahal Adelina punya keterbatasan kemampuan motorik,” katanya.
Pilihan chord dan melodi Adelina dianggap unik dan “jenius”. Kemampuan Adelina membuat Setyowati mendesak anaknya Samuel Respati, musisi dan komposer Stoopa Music untuk mendengarkan nada-nada aransemen Adelina. Pada awalnya, Samuel berpandangan skeptis bahkan pesimistis.
“Setelah saya rekam dan dengarkan nada-nada Adelina dan coba diaplikasikan ke musik digital, saya bingung sendiri ternyata chord dan melodinya unik dan bagus,” ujar Samuel.
Keluarga dan sahabat menjadi heran dan seakan tidak percaya ketika diceritakan tentang kemampuan Adelina yang telah menciptakan beberapa lagu. Namun, akhirnya mereka percaya dan mendorong Adelina untuk membuat album.
Di tahap awal, Adelina yang ragu benarkah karyanya bagus dan layak untuk publik? Kebimbangan itu mulai tergerus saat Adelina pada September 2018 menyanyikan beberapa lagunya di acara Institut Francais Indonesia.Pendengar terbelalak dengan kemampuan Adelina. Mereka s berharap karya-karya yang diperdengarkan tadi bisa diabadikan dalam album.
Keyakinan itu disambut gembira oleh keluarga, Sforzando, dan Stoopa. Adelina memulai seluruh proses pembuatan album yakni aransemen, pencarian penyanyi, rekaman, bahkan desain sampul album. Di sini terlihat bahwa Adelina merupakan sosok penguber detail dan kesempurnaan.
Beberapa kali Adelina diajak untuk tampil dalam acara-acara individu berkebutuhan khusus di Surabaya. Adelina dijadikan contoh bagi penyandang disabilitas untuk pantang menyerah. Namun, bagi keluarga dan semua sahabatnya, Adelina bukan sekadar pantas untuk menjadi contoh bagi yang berkebutuhan khusus melainkan untuk publik.
Kumpulan lagu adalah salah satu bentuk karya yang bisa dinikmati publik meski dilahirkan oleh penyandang disabilitas. “Saya sudah siap untuk album yang kedua,” kata Adelina.
Adelina Setiawan
Lahir : Surabaya 6 Februari 1994
Saudara : Adelia Setiawan
Orangtua : Agustinus Setiawan,
Natalia Sebastian
Pendidikan:
- TK YPAC Surabaya
- SD YPAC Surabaya
- SMP Katolik Indriyasana VII
- SMA Negeri 10 Surabaya
- Sforzando Music Course Surabaya (sejak 2013)
- Institut Francais Indonesia (sejak 2014)