Berkat kegigihan Sya\'eun (43), banyak ibu rumah tangga di Desa Sembalun Bumbung, Lombok Timur yang bisa mandiri. Sebelumnya, mereka menggantungkan sepenuhnya kehidupan keluarga kepada suami.
Oleh
Khaerul Anwar
·4 menit baca
Selama bertahun-tahun, kegiatan ibu rumah tangga di Desa Sembalun Bumbung hanya sebatas urusan dapur, kasur, dan sumur. Di luar itu, kaum ibu diminta membantu pekerjaan di sawah. Sepulang dari sawah, biasanya mereka menghabiskan waktu dengan ngobrol sambil mencari kutu.
Perempuan-perempuan yang beraktivitas di luar rumah seperti Sya\'eun malah jadi bahan gunjingan lantaran dianggap aneh. Beruntung suami Sya\'eun, Akmaludin (42) yang berprofesi sebagai guru, mendukung penuh aktivitas Sya\'eun di luar rumah. Ia bahkan ikut menjawab gunjingan yang ditujukan kepada istrinya.
Sya\'eun sendiri tidak mau ambil pusing dengan gunjingan orang di sekitarnya. Ia sadar, ia hidup di lingkungan di mana peran perempuan secara sosial dikonstruksikan sebatas urusan rumah tangga. Sementara itu, laki-laki dikonstruksikan mengerjakan semua urusan di luar pekerjaan rumah tangga. Buat Sya\'eun, pembagian peran seperti itu membatasi ruang gerak dan membunuh potensi perempuan.
“Kalau begitu bagaimana saya mau berdagang dan berhubungan dengan orang lain,” gugat Sya\'eun saat ditemui di rumahnya di Dusun Bebante, Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Minggu (10/11/2019).
Sya\'eun memilih melawan arus daripada terbelenggu di rumah. Ia terjun sebagai penggerak perekonomian desa sejak 2012. Selain itu, ia menjadi anggota Tim Siaga Bencana Desa (TSBD) Desa Sembalun Bumbung.
Sya\'eun memilih melawan arus daripada terbelenggu di rumah.
Bayangan bencana
Kecamatan Sembalun yang terdiri dari enam desa, berada di ketinggian 800 mdpl-1.200 mdpl dan berjarak sekitar 107 kilometer dari Mataram, ibu kota NTB. Kawasan berhawa sejuk itu pada 1980-an dikenal sebagai sentra bawang putih dan sayur mayur. Selain subur, Sembalun yang menjadi pintu masuk pendakian ke Gunung Rinjani memiliki pemandangan alam menawan. Tidak heran jika Sembalun masuk dalam peta tujuan wisata. Pada 2016, Kecamatan Sembalun bahkan dinobatkan sebagai World Best Halal Honeymoon Destination di ajang World Tourism Award di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Walakin, Sembalun dibayang-bayangi aneka bencana mulai banjir, gempa, dan tanah longsor. Ketika bencana datang, perekonomian warga akan kacau. Banjir, misalnya, akan menghancurkan tanaman stroberi, bawang putih, dan kentang.
“Kalau pun ada yang bisa dipanen, tidak ada pengusaha yang mau membeli. Akhirnya, hasil panen membusuk karena terlalu lama disimpan,” tutur Sya\'eun.
Sya\'eun berpendapat, kaum ibu punya potensi besar untuk memperbaiki perekonomian desa. Pemikiran itu ia sampaikan kepada 50 anggota TSBD. Ternyata pemikirannya diterima. TSBD lantas membentuk kelompok usaha kecil menengah (UKM) Tangguh Bencana di delapan dusun di Desa Sembalun Bumbung pada 2012.
Namun, untuk melibatkan kaum ibu di luar urusan rumah tangga sulitnya bukan main. Sya\'eun dan rekan-rekan mesti berhadapan anggapan lama bahwa perempuan itu tugasnya memasak, merawat anak, dan melayani suami. Lewat usaha keras, akhirnya mereka bisa membentuk delapan kelompok UKM di delapan dusun yang masing-masing terdiri dari delapan ibu rumah tangga. Belakangan UKM itu berubah menjadi Koperasi Syariah Putri Rinjani.
Mereka diajarkan keterampilan memproduksi makanan olahan. Bahan yang diolah terutama hasil pertanian yang tak bisa dijual ketika bencana terjadi. Dengan modal usaha hasil urunan, kelompok itu memproduksi camilan berbahan wortel, stroberi kentang, daun min, bawang hitam (black garlic), kopi, dan madu. Dari kegiatan ini, ada dua keuntungan yang diperoleh. Pertama, hasil panen yang tak bisa dijual di masa bencana, bisa diolah dan dijual dalam bentuk makanan. Kedua, kaum ibu punya kegiatan usaha dan penghasilan tambahan. Alhasil, mereka tidak lagi bergantung sepenuhnya pada suami.
Kemampuan Sya\'eun menularkan semangat baru kepada kaum ibu terlihat saat gempa bumi melanda Lombok, Juli 2018. Kendati ia kehilangan rumah, harta benda, dan alat produksi, ia dan ibu-ibu binaannya bisa cepat bangkit. Mereka segera bergerak memproduksi makanan ringan dengan peralatan yang ada dan menjualnya ke pasar. Dari situ, mereka mendapat penghasilan yang diperlukan untuk membangun kembali kehidupan keluarga. Kegiatan mereka sangat berarti dalam menopang perekonomian keluarga yang sedang timpang lantaran kaum laki-laki belum memiliki penghasilan.
Usaha kaum ibu yang dipimpin Sya\'eun kini telah berkembang menjadi 32 kelompok dengan 32 jenis produk. Belakangan Sya\'eun tidak hanya menggarap produksi makanan olahan. Ia juga melirik usaha tenun songket yang digerakkan kaum ibu. Sya\'eun membantu pengadaan benang dan ikut memasarkan songket yang dihasilkan. Keuntungan penjualan dikembalikan kepada penenun dan sebagian ditabung di koperasi syariah. Pemilik tabungan bisa mengambilnya setiap tahun.
Keberhasilan Sya\'eun menggerakkan usaha yang melibatkan kaum ibu, berhasil meredam suara-suara sumbang yang kadang masih terdengar. "Saya ingin menunjukkan kepada mereka, ini lho yang saya kerjakan. Sekarang mereka lihat hasilnya. Dengan keterampilan yang dimiliki, ibu rumah tangga mampu berperan sebagai pencari nafkah untuk ketahanan ekonomi keluarga,” katanya.
Lima tahun lalu, mencuci dan menjemur pakaian adalah tugas saya (istri).
Sya\'eun menegaskan, ketahanan ekonomi keluarga harus diperjuangkan oleh suami dan istri. Untuk itu, keduanya mesti bekerja sama dan berbagi pekerjaan. “Lima tahun lalu, mencuci dan menjemur pakaian adalah tugas saya (istri). Sekarang bisa saja suami yang mencuci pakaian, saya yang menjemurnya,” kata Sya\'eun memberi contoh.
Kegigihan Sya\'eun menggerakkan kaum ibu mendapat apresiasi dari The Oxford Committee for Famine Relief/Oxfam Indonesia. Bersama enam perempuan lain, ia mendapat penghargaan Perempuan Pejuang Pangan pada 2018.
Syae’un
Lahir: 31 Desember, Lombok Timur
Suami: Akmaludin (42)
Pendidikan:
SDN 1 Sembalun Bumbung (lulus 1987)
Madrasah Tsnawiyah Masbagik, Lombok Timur (1990)
Madrasah Aliyah Negeri 1 Selong
Aktivitas:
Wakil Kepala Sekolah MTs Marakit Taklimat Sembalun Bumbung
Penggerak Kaum Ibu
Penghargaan: Perempuan Pejuang Pangan 2018 dari The Oxford Committee for Famine Relief/Oxfam Indonesia