Kaliyem Menyulap Sampah Jadi Kerajinan Bernilai Rupiah
Sampah plastik jadi masalah di mana-mana. Kaliyem, ibu dari Kabupaten Kerinci, Jambi tidak lari dari masalah, tapi merangkulnya. Bersama kelompok perempuan petani, ia mengubah sampah jadi rupiah.
Di tengah kesibukan bertani, perempuan petani sayur di Desa Jernih Jaya menyisihkan waktu istirahatnya untuk mengubah sampah plastik menjadi kerajinan tangan. Dimotori oleh Kaliyem, belasan perempuan petani di desa itu tak bosan mengajak warga mengelola sampah sendiri.
Kaliyem (45) menunjukkan sebuah topi rajut bercorak kuning, merah, ungu, putih, dan hitam. Salah satu bagian rajutan berwarna ungu mirip pita selebar dua sentimeter masih menggantung. Dengan cekatan, ia memperagakan cara merajut topi berbahan dasar kantong kresek itu.
“Saya belajar (merajut dan menganyam) autodidak. Awalnya, belajar dari saudara dari Jambi, tapi belum sempurna. Kemudian, diakal-akali sendiri sampai jadi,” kata Kaliyem di rumahnya, Desa Jernih Jaya, Kecamatan Gunung Tujuh, Kabupaten Kerinci, Jambi, Kamis (2/1/2020).
Topi rajut itu adalah salah satu kerajinan tangan berbahan sampah plastik yang dibuat oleh Kaliyem dan belasan rekannya di Kelompok Wanita Tani (KWT) Jernih Jaya Makmur. Selain itu, mereka membuat berbagai jenis tas, dompet, tempat pensil, dan lainnya dari sampah plastik seperti bekas bungkus kopi instan, minuman, pewangi, bumbu saset, gelas minuman kemasan, dan kantong kresek.
Puluhan hasil kerajian tangan beragam corak itu tersusun rapi di dalam lemari kaca. Menurut Kaliyem hanya segelintir karya yang mereka pajang. Sebagian besar karya lainnya sudah habis terjual.
Kebersihan
KWT Jernih Jaya Makmur mulai mengolah sampah menjadi kerajinan tangan sejak 2014. Kegiatan ini dirintis oleh Kaliyem yang merupakan kader kesehatan desa. Ide tersebut muncul lantaran ia prihatinannya dengan banyaknya sampah plastik yang bertebaran di lingkungannya. Sebagai kader kesehatan, ia khawatir tanah, air, dan udara yang tercemar oleh sampah plastik berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat dan kondisi lingkungan.
Kaliyem menyadari sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Jika hanyut atau dibuang ke sungai, sampah plastik yang tidak akan terurai dalam waktu 450 tahun dapat menghambat aliran air dan memicu banjir. Banjir tidak hanya menimbulkan kerugian harta benda, tetapi juga korban jiwa.
Jadi membuang sampah plastik sembarangan dampaknya dari kita untuk kita. Kita yang membuang, kita juga yang menikmati hasilnya kelak
Dari sungai, sampah plastik akan mengalir ke muara dan berujung ke laut. Di laut, sampah plastik dapat mencemari biota laut, seperti ikan. Ikan yang tercemar ditangkap nelayan kemudian dikonsumsi oleh masyarakat, termasuk masyarakat di kawasan hulu.
“Jadi membuang sampah plastik sembarangan dampaknya dari kita untuk kita. Kita yang membuang, kita juga yang menikmati hasilnya kelak,” ujar Kaliyem.
Daur ulang
Berangkat dari keresahan itu, Kaliyem mulai bereksperimen membuat kerajinan tangan dari sampah plastik yang dikumpulkannya. Kerajinan itu tidak langsung berhasil dan harus melalui serangkaian proses otak-atik. Meskipun butuh waktu, metode coba-coba yang dilakukan membuahkan hasil berupa tas keranjang belanja dari anyaman bungkus saset.
Kaliyem pun memamerkan tas anyaman sampah plastiknya ke rekan-rekannya di KWT. Ibu-ibu anggota kelompok tertarik dengan hasil karya Kaliyem yang dinilai unik. Kaliyem lantas mengajak anggota KWT untuk ikut mengelola sampah plastik dan terlibat dalam kegiatan daur ulang sampah.
Dengan dukungan anggota KWT, Kaliyem gencar menyosialisasikan pentingnya pengelolaan sampah plastik kepada masyarakat. Acara ibu-ibu pengajian, arisan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga atau PKK, dan rapat di kantor camat menjadi momen bagi mereka berkampanye. Mereka mengajak warga untuk menghindari penggunaan plastik sekali pakai dengan menerapkan metode 3R (reuse, reduce, & recycle).
Dari kegiatan itu, kelompok mendapatkan penyuplai bahan baku sampah plastik untuk daur ulang. Ada warga yang menyumbang sampah plastik secara sukarela (tidak tetap), ada yang sistem barter (sampah ditukar dengan hasil kerajinan), dan ada pula yang donatur tetap (rutin menyetor sampah plastik). Untuk memudahkan pasokan bahan baku, belakangan kelompok membentuk bank sampah.
Tak jarang ada yang memandang remeh apa yang kami sampaikan. Namun, kami tidak putus asa
“Tidak semudah yang dibayangkan mengajak warga. Hanya 20 persen dari sasaran sosialisasi kami yang peduli dan mau mengelola sampah plastik. Tak jarang ada yang memandang remeh apa yang kami sampaikan. Namun, kami tidak putus asa,” kata Kaliyem.
Hingga saat ini, ada sekitar 50 keluarga yang berpartisipasi sebagai penyuplai sampah plastik. Keluarga itu tidak hanya dari Desa Jernih Jaya dan desa lain di Kecamatan Gunung Tujuh, tetapi juga dari desa di Kecamatan Kayu Aro. Sejak adanya kegiatan daur ulang dan mulai tumbuhnya kesadaran masyarakat, Desa Jernih Jaya mulai bersih dari sampah plastik.
Selain menerima sampah plastik untuk kerajinan tangan, bank sampah juga menerima berbagai jenis botol plastik, seperti botol bening (botol minuman plastik) dan botol atom (botol pestisida). Botol bening dihargai Rp 500 per kilogram, sedangkan botol atom Rp 1.000 per kilogram. Botol-botol tersebut kemudian disuplai kepada pedagang loak.
Waktu senggang
Kaliyem menjelaskan, pengerjaan kerajinan tangan dilakukan pada waktu senggang. Di sela-sela istirahat usai berkebun sayur, para perempuan petani itu menyempatkan diri menganyam atau merajut sampah plastik untuk bahan dasar kerajinan. Untuk penyelesaian akhir, mereka mengerjakan di rumah Kaliyem dua kali sebulan.
Murni (35), Sekretaris KWT Jernih Jaya Makmur, mengatakan, ia tertarik bergabung karena sadar akan bahaya sampah plastik. Selain itu, kegiatan daur ulang yang mereka lakukan juga menjadi ajang untuk melepas penat para perempuan petani. “Kami bisa berbagi cerita saat berkumpul mengerjakan kerajinan tangan,” kata Murni.
Sejauh ini, kelompok dapat menghasilkan sedikitnya lima buah kerajinan dalam sebulan. Harga satu buah kerajinan berkisar Rp 25.000-Rp 150.000. Adapun omzet sekitar Rp 500.000 per bulan. Hasil penjualan kerajinan tangan dimasukkan ke dalam kas kelompok.
Kegiatan yang dilakukan oleh Kaliyem dan anggota KWT Jernih Jaya Makmur telah menuai berbagai penghargaan. Secara kelompok, mereka mendapat penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam Program Kampung Iklim atau ProKlim untuk Desa Jernih Jaya (2014) dan Dusun Margo Mulyo, Desa Jernih Jaya (2016). Gubernur Jambi juga memberikan penghargaan ProKlim tingkat provinsi untuk Dusun Margo Mulyo (2017).
Adapun secara individu, Kaliyem antara lain mendapat penghargaan Kalpataru kategori Perintis Lingkungan tingkat Kabupaten Kerinci (2016), nominator Kalpataru kategori Perintis Lingkungan tingkat Nasional dari KLHK (2018), dan penerima Kalpataru kategori Peduli Lingkungan tingkat Kabupaten Kerinci (2019).
Kaliyem berharap KWT Jernih Jaya Makmur bisa terus berkontribusi dalam pengelolaan sampah plastik dan mengedukasi masyarakat. Ia bercita-cita kelompok memiliki mesin pengolah bijih plastik sehingga sampah yang tidak bisa dijadikan kerajinan bisa mereka olah sendiri. Lebih bagus lagi jika kelompok memiliki sawung tempat pengolahan sampah yang representatif.
Dengan demikian, apa yang mereka kerjakan bisa menjadi salah satu paket wisata edukasi. Cita-cita ini sejalan dengan pengembangan desa wisata melalui objek wisata Rawa Bento.
Kaliyem mengakui, apa yang mereka kerjakan belum berdampak besar. Namun, ia optimistis kegiatan yang dilakukan dengan landasan niat baik ini tidak akan sia-sia.
“Kami sadar permasalahan sampah di negeri ini ibarat benang kusut, belum teratasi. Paling tidak kami bukan menjadi bagian dari benang kusut itu,” ujar Kaliyem.
Kaliyem
Lahir: Kayu Aro Barat, Kerinci, 1 Mei 1974
Suami: Sofyan (51)
Anak: Alex Minja Molis (26) dan Hana Yusriah (16)
Pendidikan: SMA (Paket C)
Penghargaan:
- Penerima Penghargaan Kalpataru kategori Perintis Lingkungan tingkat Kabupaten Kerinci (2016)
- Nomine Kalpataru kategori Perintis Lingkungan tingkat Nasional dari KLHK (2018)
- Penerima Penghargaan Kalpataru kategori Peduli Lingkungan tingkat Kabupaten Kerinci (2019)