Erika Kusuma Wardani, Perempuan yang Memberi Perlindungan pada Anjing Telantar
Erika Kusuma membangun suaka bagi anjing-anjing telantar. Di sana, semua anjing punya kisah. Kisah yang sedih.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·5 menit baca
Awalnya Erika Kusuma Wardani (48) tidak suka anjing. Sebuah kisah sedih di keluarganya membuat perasaan tak suka pada anjing berubah jadi cinta. Ia menyelamatkan banyak anjing dan kucing yang cacat, terbuang, atau jadi korban bencana. Kini di suaka anjing yang ia bangun dengan susah payah, ada 91 ekor anjing telantar yang ia beri rumah.
Emon, anjing jenis mix terier, hanya bisa berbaring setelah kakinya remuk ditabrak mobil tiga tahun lalu. Erika merawat anjing yang hanya bisa ngesot itu dengan sabar. "Emon lumpuh. Dia tidak bisa lagi mengontrol buang air," kata Erika di kediamannya di kawasan Serpong, Banten, Kamis (16/1/2020).
Perhatian yang sama juga diberikan Erika dan Martha, sesama pecinta anjing, pada Choco, Tungtung, dan Bunny. Choco adalah anjing yang matanya bermasalah sejak lahir, Tungtung menderita glukoma, dan Bunny hanya punya tiga kaki normal. Hampir semua anjing yang ia rawat merupakan anjing cacat atau telantar.
Rasa kasihan pada sesama mahluk Tuhan membuat Erika jadi penyelamat (rescuer) anjing dan kucing. Ia juga mengadopsi, memelihara, dan mati-matian merawat anjing-anjing atau disebut "anak bulu" di suaka anjing yang ia dirikan di Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selain itu, ia merawat 18 "anak bulu" berkebutuhan khusus di rumah. Itu semua itu ia lakukan sejak beberapa tahun lalu.
Erika terlahir dari keluarga berada yang kemudian jatuh miskin. Hal itu membuat kehidupan Erika dan keluarganya benar-benar berubah. Orangtua Erika bahkan terpaksa menitipkan anak-anaknya pada keluarga besar mereka. Pengalaman hidup itu membuat Erika menjadi pribadi yang keras, tangguh, tapi juga hatinya mudah tersentuh.
Dulu Erika sangat tidak suka pada anjing. Suatu ketika keponakannya yang baru berusia 10 tahun meninggal karena leukimia. Peristiwa itu membuat orangtua sang keponakan (adik Erika) sangat sedih. Untuk mengurangi kesedihan itu, seorang dokter yang juga kawan Erika menyarankan untuk memelihara anjing. “Adikmu suruh pelihara anjing supaya enggak berlarut-larut sedih,” kata Erika, menirukan ucapan dokter itu.
Kebetulan, Erika enam tahun yang lalu diminta temannya untuk membawa anjing kecil jenis Maltese yang telantar di Depok, Jawa Barat. Anjing itu bau, kurus, jantungnya bermasalah, dan punya beberapa tumor di tubuhnya.
“Sudah saya enggak suka binatang, eh begitu datang ke rumahnya, malah ketemu anjing bau ini. Aduh, mau diapain. Tapi ya sudahlah saya bawa anjing itu demi adik saya," ujarnya mengenang kejadian itu.
Rencananya anjing itu akan langsung ia kirim ke rumah adiknya di Jawa Timur melalui jalur darat. Namun, hal itu ternyata tidak mungkin dilakukan karena anjing itu memiliki masalah dengan jantung. Terpaksa Erika membawanya ke rumah. Padahal, ia sangat tidak suka memelihara anjing atau binatang. Ia khawatir anjing itu akan mengotori rumahnya.
Di rumahnya, anjing yang kemudian diberi nama Polly itu ia pelihara di sebuah kandang di halaman belakang. Ia bawa Polly ke dokter untuk diangkat tumornya. Namun, ia tidak memberi izin Polly masuk ke dalam rumahnya.
Suatu malam, hujan turun deras dan Polly basah kuyup serta kedinginan. Erika merasa sangat bersalah. Ia meminta maaf pada Polly. Ia keringkan anjing itu dan ia gendong. Ternyata dari situlah rasa cinta Erika pada anjing mulai tumbuh dan berkembang. Kedekatannya pada Polly akhirnya membuat Erika paham bahwa binatang seperti anjing punya rasa tahu diri, rasa berterima kasih, dan setia luar biasa meski pernah ditelantarkan manusia.
"Saya banyak memetik pelajaran hidup dari anjing," ujar Erika yang kemudian aktif di komunitas anjing Serpong Dog Lovers. Dari komunitas itu ia belajar banyak cara merawat anjing.
Selanjutnya, ia terjun menjadi penyelamat anjing karena terinsiprasi kisah penyelamat anjing, Ismawanty. Saat banjir besar melanda Jakarta dan sekitarnya pada hari pertama tahun 2020 lalu, ia dan timnya turun tangan menyelamatkan anjing dan kucing. Di Bekasi, ia dan tim menyelamatkan 16 dari 40 ekor kucing. Tim itu juga menyelamatkan sejumlah anjing dan kucing di Ciledug. Anjing dan kucing itu kemudian ia pelihara.
Semua anjing yang Erika pelihara punya kisah sebagai mahluk yang dibuang, hilang, atau dianiaya. Sampai sekarang beberapa anjing yang pernah dianiaya manusia, masih mengalami trauma. Tubuhnya sampai gemetar jika bertemu manusia. Ada juga yang trauma hujan lebat dan trauma karena beberapa anaknya dijadikan santapan di depan matanya.
Dikomplain
Karena banyak memelihara anjing dan kucing, tetangganya sempat komplain. Gonggongan "anak bulu" dianggap mengganggu ketenangan. Erika terpaksa menitipkan anjing-anjing itu ke beberapa tempat. Namun, anjing-anjing itu kabur untuk kembali ke Erika.
Akhirnya, Erika nekat mendirikan suaka anjing yang ia beri nama Rainbow Sanctuary Indonesia di atas tanah sewaan seluas 1 hektar pada Januari 2018. Di suaka itu kini ada 91 ekor anjing yang diberi perlindungan. Sisanya, 18 ekor ia rawat di rumah.
Suaka itu ada di lingkungan yang asri dengan pepohohan rindang. Erika membangun kolam renang khusus anjing, rumah tinggal untuk penjaga anjing, dan gudang penyimpanan makanan anjing. Ia juga membangun makam khusus anjing yang disebut Singing Angel Cemetery.
Biaya operasional suaka sebagian besar ia tutup dari gaji bulannya sebagai karyawan sebuah perusahaan. Setiap pekan, ia harus merogoh sakunya untuk membeli 350 kilogram daging bebek, nasi, dan kebutuhan pakan lainnya. Baru belakangan ia mendapat bantuan dari kegiatan CSR perusahaan makanan anjing. Tapi jumlahnya tetap tidak mencukupi karena selain makanan, ia juga mengeluarkan dana cukup besar untuk merawat kesehatan anjing, memvaksin, dan mencegah penyakit.
Untuk menutupi biaya operasional suaka, ia membuat dan menjual beberapa produk kerajinan seperti lilin bergambar anjing, tempat pensil, suplemen makanan organik, dan kalender duduk. “Kalender dibuat oleh komunitas dog lovers. Hanya dalam waktu dua hari, 100 kalender ludes terjual," katanya senang.
Erika berencana menjadikan Rainbow Sanctuary sebagai ekowisata. Dengan begitu, ia bisa mengedukasi masyarakat tentang anjing. Dia bilang, di sisa perjalanan hidupnya, ia ingin berbagi ilmu pada masyarakat dan membagi cinta pada "anak bulu".