Pawanasuta, Penyebar Semangat Sastra di Kalangan Anak Muda
Bagi Pawantasuta menulis sastra adalah merayakan perasaan, merayakan anugerah alam dan anugerah Tuhan. Ia mendorong anak-anak muda untuk merayakan hidup mereka melalui sastra.
Oleh
Ayu Sulistyowati
·3 menit baca
Sejak akhir 1990-an, Ida Bagus Pawanasuta (54) merangkul siswa SMA dan anak muda untuk menulis sastra. Ia yakin, dari aktivitas yang ia lakukan secara sukarela itu, akan lahir anak-anak muda yang mengakrabi sastra.
“Semuanya dijalani dengan kegembiraan, tanpa bayaran. Mereka yang datang, saya apresiasi. Kami sama-sama belajar,” ujar Pawanasuta dengan nada merendah, Selasa (14/4/2020), di Klungkung, Bali.
Ia mengaku senang berbagi dan menyemangati anak-anak muda untuk terus menekuni sastra. Mereka yang hobi baca puisi, ia dorong mulai menulis puisinya sendiri. Yang sudah senang menulis, didorong untuk menerbitkan tulisannya menjadi buku, baik berbahasa Bali maupun Indonesia.
“Bagaimanapun penerbitkan buku (fisik) itu perlu,” kata guru di SMA Semarapura, Klungkung, Bali yang juga sastrawan ini. Lewat buku fisik, karya-karya terlegalisasi sebagai penyemangat generasi. Tentunya dengan catatan, semua karya harus dibuat sungguh-sunggu dan dikurasi dengan baik.
Pawanasuta tidak hanya bicara. Ia juga memberi teladan kepada anak-anak didiknya dengan menerbitkan buku-buku sastra seperti kumpulan puisi Bali seperti Pangasih Pamero (2005), gaguritan Aji Palayon Transformasi Kakawin Aji Palayon (2006), kumpulan puisi Bali Sayonge Joh (2007). Ia juga menulis novel berbahasa Bali Tresna Tuara Teked (2019) yang meraih Anugerah Sastra Rancage dari Yayasan Kebudayaan Rancage Bandung, Januari lalu. Ia mengaku kaget mendapatkan anugerah itu.
Beberapa penghargaan yang ia terima, bagi Pawanasuta, merupakan bonus dari kegiatannya memperkenalkan sastra kepada anak-anak muda. Ia mengaku tidak menulis atau berkegiatan untuk mendapatkan anugerah. Buat dia, menulis adalah sebuah perayaan atas perasaan, atas alam, situasi yang ada di sekitarnya, dan perayaan atas anugerah yang Tuhan berikan.
Tak kenal usia
Pawanasuta jatuh cinta pada sastra sejak ia menggeluti puisi dan musikalisasi puisi saat duduk di bangku SMA. Dunia sastra dan seni memang bukan hal asing dalam kehidupan Pawanasuta. Ia biasa melihat ayahnya, Ida Bagus Putu Adnyana, berkarya sebagai pelukis maupun pemain drama.
Jalan hidup kemudian membawa Pawanasuta menjadi guru bahasa Inggris di beberapa SMA. Meski begitu, “hasratnya” untuk menggeluti sastra tak pernah padam. Ketika ia mengajar di SMA 1 Dawan pada 1998, ia melihat murid-muridnya memiliki talenta yang baik di bidang sastra.
Agar talenta-talenta itu bisa dipupuk, ia membangun Sanggar Tutur bagi murid-murid yang suka puisi, musikalisasi, serta menulis. Beberapa anak didiknya di sanggar itu, sampai sekarang masih berkarya.
Lantaran pindah tugas mengajar ke SMA 2 Semarapura, Klungkung, Pawanasuta terpaksa meninggalkan Sanggar Tutur. Namun, ia tetap menyediakan dirinya pada anggota Sanggar Tutur yang ingin konsultasi.
Di tempat mengajarnya yang baru, ia juga menemukan talenta-talenta di bidang sastra. Ia memupuk talenta-talenta itu dengan mendirikan Komunitas Sastra Lentera pada 2008 yang terdiri dari tiga lini yakni teater, musikalisasi puisi dan “nyurat” (menulis).
Pawantasuta telaten mengajari anak-anak yang tergabung dalam komunitas secara “ngayah” (tanpa memungut bayaran). Ia meminjamkan buku-buku sastranya kepada anggota yang tidak mampu beli buku.
Ia mengajak anak-anak komunitas saweran untuk membiayai penerbitan buku antologi puisi. Ia kadang membantu membiayai anggota komunitas yang sungguh-sungguh ingin menerbitkan buku. Setidaknya ia berusaha mencarikan sponsor.
Pawanasuta bangga bukan main ketika salah seorang dari 80-ang anggota komunitasnya lolos seleksi untuk Program Belajar Bersama Maestro dari Direjen Kebudayaan tahun 2019, dan belajar bersama maestro Iswadi Pratama di Lampung selama 14 hari. Pencapaian itu membuat Pawanasuta makin giat untuk menjaga semangat menulis sastra di kalangan anak muda agar terus membara.
Ida Bagus Pawanasuta
Lahir: Gianyar,21 November 1966
Istri: Ida Ayu Dewi Aryani
Anak:
Ida Ayu Upawita Dewi
Ida Bagus Sista Nanda
Ida Bagus Sradha Nanda
Pendidikan:
SD 3 Bedulu (1980)
SMP Widya Sasana (1983)
SMATP 45 Gianyar (1986)
Diploma III: Pendidikan Bahasa Inggris STKIP UNUD (1989)
S1 Pendidikan Bahasa Ingris Universitas Terbuka (1994)
S2 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan UNDIKSHA (2012)
Pekerjaan/kegiatan:
Guru di SMAN 2 Semarapura (2018-sekarang)
Anggota Panitia Pelaksana Parade Sastra di Kabupaten/Kota se-Bali Disbud Prov Bali 2010, 2011, dan 2013
Listibiya Kabupaten Klungkung Ketua Komite Seni Sastra Modern (2014 s/d 2019)
Sekretaris Listibiya Kabupaten Klungkung (2020 s/d 2025)
Pendiri/Pemimpin Komunitas Sastra Lentera Klungkung (2008 sampai sekarang)
Penghargaan:
Juara I Menulis Puisi Bali Paramasastra Bali (2000)
Juara II Pacentokan Ngwacén Puisi Bali duk Pésta Kesenian Bali XXII (2000)
Anugerah Sastra Rancage tahun 2020 atas karya Novelet berbahasa Bali “Tresna Tuara Teked”
Professional Development Workshop Presenter dari Northern Teritory University Australia (2001)
Teaching Accomplishment dari Alice Springs Language Center Australia (2002)
Exchange Teacher dari Northern Territory of Australia tahun 2002