Joyce Pelupessy Membuka Cakrawala Anak-anak Kurang Beruntung
Joyce Pelupessy prihatin dengan banyaknya anak kurang mampu yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Dia pun mendirikan rumah belajar Twelve Kids Indonesia.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·5 menit baca
Rasa belas kasihan menghampiri hati Joyce Pelupessy (42) ketika menyadari anak-anak di sekitar tempat tinggalnya tak mendapatkan pendidikan yang layak. Ia pun bertekad untuk membantu mengubah kondisi itu. Meski tak mudah, Joyce mendirikan rumah belajar Twelve Kids Indonesia di Menteng Wadas, Jakarta Selatan, untuk mereka.
Joyce sebenarnya telah lama menjadi sukarelawan dalam berbagai kegiatan untuk masyarakat. Ia sering berkunjung ke kampung pemulung di Pluit, Jakarta Utara, dan Bogor, Jawa Barat.
Namun, secara tidak sengaja, ia menonton sebuah acara di stasiun televisi luar negeri yang menunjukan tempat pemulung di Jakarta pada awal 2013. Tak disangka, tempat pemulung itu berada tepat di belakang apartemennya di kawasan Kuningan itu.
Joyce pun memutuskan untuk berkunjung ke tempat itu setelah kembali ke Jakarta. Ia ingin membantu warga sekitar dengan membuat perpustakaan untuk anak-anak kurang beruntung. Alasannya sederhana, yakni anak-anak dibentuk oleh keluarga, sekolah, dan lingkungan.
“Yang tidak kita sadari adalah lingkungan sangat memengaruhi pembentukan karakter kita. Lingkungan seperti itu membuat anak-anak menyerap hal-hal yang tidak membangun, seperti pengangguran, merokok, atau hal yang tidak bermanfaat. Lingkungan itu harus positif, inspiratif, dan mendidik,” kata Joyce, saat dihubungi di Jakarta, Jumat (1/5/2020).
Joyce pun menyampaikan keinginannya untuk membantu kepada warga di sana. Bersama seorang warga, ia mengumpulkan anak-anak kurang beruntung yang tertarik mengikuti kegiatan belajar di apartemen Joyce.
Awalnya, hanya enam anak berusia taman kanak-kanak mengikuti kegiatan pembelajaran di apartemen Joyce selama akhir pekan. Orangtua anak-anak itu kebanyakan bekerja sebagai pemulung, pedagang makanan, pembersih apartemen, ataupun berstatus single parent.
Tak disangka-sangka, kegiatan di rumah belajar itu menarik minat anak-anak lainnya. Mereka bahkan rela mengintil anak-anak Twelve Kids Indonesia yang telah terdaftar hingga tiba ke tempat belajar. Jumlah anak yang ikut pun terus bertambah hingga menjadi 15 anak.
Mereka tetap setia mengikuti kegiatan di rumah belajar yang kini terletak di Jalan Muria Tanjakan Gang C1 Nomor 27 itu. Padahal, kebanyakan mereka sekarang rata-rata telah duduk di bangku akhir sekolah dasar dan sekolah menengah.
Belajar banyak
Ada lima orang pengajar tetap di Twelve Kids Indonesia, termasuk Joyce dan suaminya, Adon Saptowo. Kegiatan belajar-mengajar di rumah belajar ini menerapkan metode Montessori. Metode ini fokus pada pembelajaran yang berpusat pada anak sehingga memberikan anak kesempatan mengembangkan kapabilitas mereka sendiri berdasarkan pengalaman dengan lingkungan sekitar.
Pada awal berdiri, anak-anak di rumah belajar itu mendapatkan pelajaran untuk pembentukan karakter, seperti rasa simpati, kerapian, dan kebersihan. Mereka belajar mencuci tangan, merapikan piring setelah makan, berjabat tangan dengan sopan, mengantri di tempat umum, dan membuang sampah pada tempatnya.
Anak-anak itu kemudian memeroleh bimbingan belajar terkait kesulitan dalam memahami mata pelajaran di sekolah sebanyak 2-3 kali seminggu pada hari biasa. Mereka belajar bersama guru bimbingan belajar yang didatangkan oleh Twelve Kids Indonesia dari sebuah lembaga bimbingan belajar.
Mereka juga mendapatkan kelas inspiratif pada salah satu hari di akhir pekan. Selain bahasa Inggris, anak-anak itu belajar mengenai sejumlah keterampilan dari pengajar sukarela dengan keahlian khusus yang datang. Mereka pernah belajar fotografi, balet, musik, dan kerajinan tangan.
“Mereka senang datang tanpa ada iming-iming dikasih coklat, hadiah, dan makanan. Saya pernah tanya kenapa rajin datang padahal sudah SD dan SMP. Mereka bilang mendapatkan sesuatu yang tidak ada di sekolah, rumah, dan lingkungan sekitar mereka karena proses belajar lebih menyenangkan,” tutur Joyce.
Pada 2018, Joyce bersama Adon kembali membuka Rumah Pintar Twelve Kids Indonesia di Desa Ouw, Saparua Timur, Maluku Tengah. Rumah belajar itu memiliki satu orang guru yang membimbing sekitar 10-15 anak kurang beruntung. Orangtua anak-anak itu kebanyakan bekerja sebagai nelayan dan petani.
“Saya juga berencana untuk membuka kelas baru di Jakarta sebelum pandemi Covid-19. Ketika melihat mereka sudah besar-besar, saya pikir bisa mengajak mereka menjadi relawan untuk mengajar adik-adik yang baru. Saya sudah tes mereka kecil-kecil itu mau mengajar apa nanti,” kata Joyce.
Operasional rumah belajar itu awalnya menggunakan dana pribadi Joyce dan Adon. Para guru relawan yang mengajar pun datang menggunakan dana sendiri. Setelah itu, operasional Twelve Kids Indonesia baru terbantu oleh sumbangan rekan-rekan Joyce dalam bentuk uang dan barang.
Perubahan besar
Joyce menyoroti adanya perubahan besar dalam cakrawala anak-anak kurang beruntung terkait masa depan mereka. Mereka sebelumnya bercita-cita untuk menjadi polisi, guru, atau bekerja seperti orangtua mereka. Itu adalah pekerjaan yang kerap mereka temui dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, mereka mulai menyediakan jawaban yang lebih bervariasi setelah bergabung dengan Twelve Kids Indonesia karena terekspos lingkungan baru yang membangun. Mereka sekarang menyadari ada banyak pilihan profesi dan jurusan untuk berkuliah.
“Twelve Kids Indonesia adalah komitmen jangka panjang, bukan sekadar program hit-and-run. Kami akan mendampingi mereka sampai mereka berhasil melebihi orangtua mereka, minimal sarjana. Jadi, kami sedang mencari tipe kecerdasan mereka serta melatih mereka dan para orangtua untuk menabung kuliah,” ujar Joyce.
Meski Twelve Kids Indonesia berawal sebagai kegiatan sampingan, kebahagiaan yang diperoleh membuat tekad Joyce bulat untuk fokus pada dunia pendidikan dan anak-anak. Joyce mengundurkan diri sebagai pegawai swasta pada 2015 dan tak lama kemudian menjabat sebagai Direktur Sunshine Preschool, sebuah sekolah PAUD, tak lama kemudian.
Joyce Pelupessy
Lahir : Jakarta, 5 Juni 1978
Pendidikan : S-2 Pendidikan Usia Dini di Universitas Negeri Jakarta
Suami : Adon Saptowo
Pekerjaan : Direktur Sunshine Preschool dan Pendiri Twelve Kids Indonesia
Kegiatan :
Pembicara dalam Patok Banding Model Pembelajaran bagi Widyaiswara Taman Kanak-kanak (TK), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020)
Wisudawan Terbaik di Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta dengan IPK 4.00 (2017)
Pembicara dalam Seminar “Hidup untuk Memberi” dari KBRI di Singapura (2015)