Dua Dunia Diastika
Suara bening Diastika Lokesworo bernuansa ”jazzy” mengalun melantunkan lirik lagu ciptaannya sendiri. Daya kreasi Diastika mengalir tidak sebatas lirik dan melodi, ia juga merancang ruang dan fungsi dalam karya arsitektur.
”Banyak lagu-laguku yang juga dari diary-ku,” ujar Dias (24), begitu ia akrab disapa. Sepanjang perbincangan pada suatu siang di Jakarta, pekan lalu, perempuan ini membawa suasana riang dan hangat dengan senyumannya.
Lagu singel ”Kesempatan” menandai kembalinya Dias ke industri musik Tanah Air. Sebelumnya, dua tahun lalu, ia merilis satu album jazz berjudul sama dengan sapaannya, Dias.
Album jazz yang menjadi semacam proyek pribadinya dalam bermusik itu diproduseri dua pemusik jazz senior, pianis Otti Jamalus dan basis Yance Manusama. Lewat tangan dingin kedua musisi ini, album itu lahir. Di dalamnya, Dias mengusung delapan lagu berbahasa Inggris dan satu lagu berbahasa Indonesia. Semua lirik lagu-lagu itu ditulis sendiri oleh Dias, dengan aransemen awal menggunakan gitar ukulele, yang dia pelajari hanya lewat tutorial di situs Youtube.
”Dasarnya, sih, aku belajar piano. Aku biasa cari-cari lagu (dengan piano) dari lirik-lirik yang aku buat. Tapi waktu studi di LA (Los Angeles, Amerika Serikat), aku, kan, enggak mungkin bawa-bawa piano ke sana. Sementara tangan dan jariku kecil jadi sulit kalau mau belajar gitar. Lalu aku cari cara, ya jadinya belajar ukulele. Lihat dari Youtubeuntuk cari chord dan melodi laguku,” papar Dias.
Dias menggeluti dua dunia berbeda: musik dan arsitektur. Di AS pula Dias melanjutkan studi arsitektur dan desain, yang memang sejak kecil menjadi ketertarikannya. Dia senang menggambar. Menginjak remaja, coretan gambar-gambarnya ia sadari mengarahkannya pada desain arsitektur.
Setelah lulus dari Southern California Institute of Architecture, dia bekerja pada salah satu agensi arsitektur asal Inggris di LA. Dias pun diberi kepercayaan menjadi konseptor desain dua proyek pembangunan yang lumayan bergengsi. Salah satunya, merancang gedung untuk perusahaan rekaman industri musik Warner Brothers. Dias menggagas desain bangunan gedung teater sebagai pusat aktivitas musisi dan seniman di sana. Rancangan ini disambut baik oleh Warner Brothers.
Proyek cukup penting berikutnya bagi Dias adalah desain sebuah resor hotel, apartemen, dan kondominium yang ia garap untuk perusahaan berjaringan internasional, ”Karma Kandara” di Nusa Dua, Bali. Dara campuran Jawa dan Minang itu mengatakan, kedua proyek itu kini tengah berjalan dan mulai memasuki tahap pembangunan.
Cinta profesional
Sebagai arsitek yang bekerja profesional, Dias juga merasa sangat beruntung karena ia memiliki atasan yang paham dan mendukung karier serta kecintaannya pada dunia musik. Beberapa kali dia memanfaatkan kesempatan liburan atau bahkan meminta waktu lebih fleksibel agar bisa tetap bermusik. Termasuk, mempersiapkan singel kali ini.
Nuansa musik tak bisa dipisahkan di tempat Dias bekerja. Dia bercerita, dalam tekanan tenggat waktu proyek pun, dia dan rekan-rekan kerja di agensi itu bisa menyetel keras-keras musik di kantor, sekadar untuk membangkitkan mood dan ide-ide segar yang dibutuhkan.
Bagi Dias, dua passion dan profesi itu akan selalu saling beririsan. Seolah ada dialektika di antara keduanya yang menghasilkan energi. Semua mengalir dan saling terkait.
Saat merasa tertekan, entah lantaran beban tugas saat kuliah ataupun tenggat pekerjaan, juga ketika rindu kampung halaman, Dias akan menumpahkan kegelisahannya dalam catatan-catatan harian. Lalu ia pun menggubah lirik dengan chord dan melodi yang sesuai, dan jadilah lagu.
Dalam karya album atau singel, Dias juga selalu berupaya memasukkan unsur-unsur desain arsitektural, semisal saat dia merancang dan menggarap visual video klip, tampilan cover album atau singelnya, dan juga ilustrasi lainnya. Bagi Dias, dalam konteks visual, semua hal bisa saling berkaitan dan saling menginspirasi.
Bahkan, membuat lagu pun ia ibaratkan seperti merancang dan membangun sebuah bangunan gedung. Semua proses bisa dianalogikan dengan hal itu. Dua dunia yang digeluti Dias pun lantas seperti berdialog dengan sendirinya.
”Reff atau verse satu dan dua itu seperti struktur bangunan, sedangkan aransemen lagu bisa kita ibaratkan seperti kulit bangunan gedung. Kita bisa membuat orang tertarik datang berkunjung dan masuk ke dalam gedung mal dengan memberi kesan hangat dan friendly,” tambah Dias.
Sejak kecil
Walau mengaku tak lahir dari keluarga berdarah seni atau musisi, gadis penggemar sate padang itu sejak kecil akrab dengan hal-hal berbau seni, terutama soal tarik suara. Sejak sekolah dasar hingga tingkat menengah atas Dias menunjukkan bakatnya. Dia bahkan kerap tampil sebagai membawakan lagu pada jamuan makan malam di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika itu. Dia juga bernyanyi di acara penyambutan lawatan resmi Pangeran Charles dari Kerajaan Inggris Raya ke Indonesia.
Pada 2016, album Dias meraih penghargaan Album of The Year dari Jazz Goes to Campus (2016). Pada tahun yang sama, dia juga tampil di beberapa panggung festival jazz, seperti Java Jazz Festival 2016.
Semua itu dia lakukan bolak-balik dari LA ke Indonesia di sela-sela waktu liburan kuliah, termasuk untuk rekaman. Ketika proses rekaman, misalnya, tak bisa tuntas lantaran terbentur masa liburan yang habis, Dias, produser, dan para musisi pendukung sepakat melanjutkannya dengan tetap berkorespondensi jarak jauh.
Meski begitu, hidup adakalanya mengharuskan untuk memilih. Baru-baru ini Dias mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi arsitektur di Harvard University. Beasiswa itu ia sadari sebagai kesempatan langka yang mengharuskan ia menetapkan skala prioritas.
”Memang, sih, ini kesempatan langka. Kapan lagi bisa kuliah di Harvard dan dibayarin. Tapi sekarang aku juga lagi enjoy mempersiapkan promosi singel terbaru. Awalnya sempat bingung. Mau pilih mana, arsitek atau musik? Jadi, sekarang disepakati, kuliah dan musik harus jalan paralel, sambil dicari tahu nanti bagaimana caranya.”
Dias berencana kembali mengulang proses yang dulu ia jalani saat menempuh jenjang kuliah strata satu, terus berkarya sembari pintar-pintar mencari kesempatan pada jeda liburan untuk bermusik. Bahkan, ia pun berniat memperkenalkan musik Indonesia di AS.
Dias mencintai dua dunia itu, ia ingin menari riang di antaranya.
Diastika Lokesworo
Nama Populer: Diastika
Lahir: San Diego, California, Amerika Serikat, 11 April 1994
Pekerjaan: Penyanyi dan Arsitek
Agama: Islam
Pendidikan: - (SD sampai dengan SMA) The British International School Jakarta
- (S-1) Southern California Institute of Architecture (2017)
Orangtua: D Lokesworo (ayah) Rika Lokesworo (ibu), Anak pertama dari dua bersaudara