Orkestrasi musik memberi makna atas kekuatan perbedaan. Ketika alat-alat musik yang berbeda dimainkan berdasarkan konsensus nada, maka menghasilkan harmoni karena saling menopang. Begitu juga kehidupan, perbedaan agama justru menguatkan keimanan.
Demikian konduktor Addie MS memberi metafora kehidupan layaknya sebuah orkestrasi musik. Semua alat musik menghasilkan suara berbeda dan dimainkan oleh orang berbeda pula.
Tanpa sebuah konsensus dan pemimpin, orkestra tak bisa menghasilkan harmonisasi. ”Jika ada satu kesepakatan dan terbuka untuk menerima, akan keluar suara indah, bertenaga, dan banyak ekspresi,” kata Addie, Sabtu (22/12/2018).
Addie menyelami perbedaan sejak belia. Saat sekolah dasar hingga tahun pertama SMP, Addie bersekolah di sekolah Kristen. Pada saat bersamaan, kedua orangtuanya mengajarkan nilai-nilai Islam, antara lain dengan mengaji Al Quran.
Sampai sekarang, dia sangat terbuka tatkala diminta mengisi perayaan Natal dengan menyuguhkan sajian musik orkestra lagu-lagu Natal. Salah satunya konser bertajuk Wonderful Christmas Living in Harmony.
”Saya seorang Muslim, senang sekali bisa merasakan dan terlibat dalam sukacita Natal. Banyak pesan yang bisa diambil. Semoga dengan kehadiran saya bisa membuka mata orang lain bahwa Natal atau perayaan apa pun tidak selalu berbicara agama, tetapi tentang makna berbagi kebahagiaan, toleransi, dan penerimaan perbedaan,” katanya.
Addie memasang lagu-lagu Natal di telepon selulernya. Ia kerap merenung sembari menatap langit lalu terucap takbir dan tasbih. ”Ini nikmat tersendiri, keindahan manusiawi yang turun dari kuasa Allah.
Ketika mendengar lagu Natal atau merayakan Natal melalui orkestrasi musik, saya semakin cinta dan tak goyah dengan iman Islam saya,” lanjut Addie. Pendiri Twilite Orchestra ini mengalami bahwa perbedaan agama justru menguatkan keimanannya. (E20)