Produk halal kini bukan sekadar urusan keagamaan, melainkan juga sebagai peluang ekonomi. Namun, sekalipun Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar, hal itu tak serta-merta menjadikannya sebagai eksportir utama produk halal.
”Ini miris. Semestinya Indonesia jauh lebih paham mengenai sertifikasi produk halal, tetapi kenyataannya, proses sertifikasi halal bagi produk Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan, khususnya terkait peraturan,” ujar Marissa Grace Haque-Fawzi di Jakarta, Jumat (12/4/2019).
Hal ini disampaikan dalam peluncuran buku kedua Marissa terkait industri halal di sejumlah negara. Buku berjudul Muslimin Vietnam dan Industri Halalnya itudiluncurkan di Indonesia Banking School, Jakarta Selatan.
Sebelumnya, pada 2018, Marissa telah meluncurkan buku Jawa dan Halal di Thailand. Pemilihan negara ini didasarkan pada daftar 46 negara yang telah bermitra dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).
”Saya ingin melihat bagaimana negara-negara lain mengembangkan industri halal. Targetnya, akhir tahun ini akan ada buku serupa, namun negaranya Jepang. Tahun depan, insya Allah terbit juga buku tentang halal dengan hasil riset di Belanda,” ujarnya.
Terkait buku mengenai Vietnam, Marissa menuturkan, meski jumlah Muslim di Vietnam sangat sedikit, yaitu kurang dari 0,1 persen dari total 95 juta jiwa penduduknya, negara berideologi komunis ini mulai mengembangkan industri halal. Ia menilai, ini merupakan strategi Vietnam dalam meningkatkan perekonomiannya melalui upaya ekspor.
Pasalnya, data State of the Global Islamic Economy Report 2018/1019 menunjukkan, makanan halal merupakan peluang pasar yang belum terealisasi. Pada 2017, pengeluaran Muslim untuk makanan dan minuman tercatat mencapai 1,3 miliar dollar AS. Sementara pada 2023, jumlahnya diproyeksikan akan mencapai 1,9 miliar dollar AS.
”Tentu ini menjadi peluang besar bagi perekonomian negara. Maka, saya berharap, siapa pun presiden dan wakil presiden terpilih nantinya, mereka memiliki fokus dalam memandang sertifikasi halal sebagai bagian penting dalam perekonomian,” kata Marissa.