Masa pandemi Covid-19 mempersulit kemampuan sebuah film untuk bisa menjangkau volume sejuta penonton dalam sepekan akibat penerapan protokol normal baru.
Oleh
Wisnu Dewabrata
·2 menit baca
Kondisi normal baru dipastikan bakal banyak berdampak pada beragam sektor kehidupan manusia, tak terkecuali dunia perfilman, termasuk di Tanah Air. Protokol menjaga jarak, baik fisik maupun sosial (physical and social distancing), demi mencegah atau memutus rantai penularan diyakini bakal berdampak lumayan berat bagi kalangan pebisnis dan pelaku perfilman.
Hal itu mengemuka dalam halalbihalal secara daring bersama Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Senin (25/5/2020). Turut berbicara Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Ahmad Mahendra, artis Putri Ayudya, produser Firman Bintang, sutradara Anggy Umbara, dan Ketua Gabungan Pengelola Bioskop Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin.
Menurut anggota Lembaga Sensor Film (LSF) periode 2020-2024, Noorca Massardi, dirinya memprediksi masa sulit masih akan dirasakan setidaknya hingga akhir tahun ini. Dia memperkirakan sangat sulit bagi sebuah film untuk bisa mencapai angka jumlah penonton satu juta orang dalam sepekan seperti di masa sebelum pandemi.
”Kayaknya malah mustahil. Angka sejuta penonton itu setidaknya baru bisa dicapai setelah sebulan lebih (satu film tayang di bioskop),” ujarnya.
Hal seperti itu terjadi lantaran kondisi normal baru akan memaksa bioskop menjalankan protokol jaga jarak fisik. Salah satunya dengan membatasi jumlah penonton film, baik dengan mengurangi jumlah fisik kursi dalam bioskop maupun dengan mengurangi jumlah tiket yang dijual.
Dalam situasi seperti itu, tambah Noorca, kalangan perfilman terutama para produser film akan berpikir keras mencari cara mengatasi berkurangnya pemasukan. Ada beberapa kemungkinan yang dia yakini bisa menjadi alternatif peluang.
Pilihan pertama dengan memanfaatkan teknologi atau platform menonton secara daring berbayar. Sementara pilihan kedua, yang menurut dia sudah dilakukan, dengan mengadakan sistem menonton bioskop secara drive in.
Menurut Noorca, cara menonton seperti itu (drive in) bisa juga ditiru dan diselenggarakan di daerah-daerah selain Jakarta. Akan tetapi, dia juga mengakui, cara menonton macam itu hanya bisa dilakukan mereka yang mampu alias mempunyai kendaraan pribadi. (DWA)