Berawal dari gemar menonton seni tradisional sejak kecil, Didik Nini Thowok mengabdikan hidupnya untuk berkesenian. ”Yes, until the end,” ucapnya.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·2 menit baca
Dari mata turun ke hati. Berawal dari gemar menonton pergelaran tari dan drama tradisional di masa kecil, penari dan koreografer Didik Nini Thowok (68) mengabdikan hidupnya untuk berkesenian. ”Yes, until the end,” ujar Didik dengan mantap.
Pemilik nama Didik Hadiprayitno itu mengisi acara bincang seusai tampil di The Apurva Kempinski Bali, Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (1/4/2023), di pembukaan acara pameran foto dari Stephane Sensey, fotografer asal Perancis, yang sekarang menetap di Bali. Pameran foto itu serangkaian programPowerful Indonesia dari The Apurva Kempinski Bali.
Pada pembukaan pameran foto dari Stephane Sensey itu, Didik menampilkan tari Dwi Muka Jali. Didik menarikan serangkaian tari topeng inovasi, yang dikreasikan dengan tari tradisional Jawa, Bali, Cirebon, dan Sumatera.
Dengan usia yang tidak muda lagi, Didik tampil bersemangat. Di antara tetamu undangan, yang menghadiri acara pembukaan pameran foto di The Apurva Kempinski Bali terdapat maestro tari Bali Ni Ketut Arini, yang juga menyaksikan penampilan Didik menarikan tari Dwi Muka Jali.
Didik mengaku mengenal seni tradisional sedari usia dini. Menonton tari dan drama tradisional, menurut Didik, juga sarana belajar mengenal budaya dan asal usul.
Pengalamannya menonton tari tradisional sejak kecil itu mendorong Didik untuk belajar seni tari kemudian mendedikasikan kehidupannya untuk seni.
Sekarang identitas adalah hal penting. Jadi, jangan sampai kehilangan identitas diri dan akar budaya.
Dengan mengenal budaya dan asal usulnya, ujar Didik, orang akan mengetahui dan memahami identitas dirinya. Oleh karena itu, Didik meminta dan mengajak para orangtua agar sudi meluangkan waktu bersama anak-anaknya untuk menonton pergelaran seni tradisional.
Hal itu agar generasi muda mengetahui dan mengenal budaya lalu terdorong untuk mencintai dan menghargai tradisi dan budaya sebagai akar identitasnya.
”Sekarang identitas adalah hal penting. Jadi, jangan sampai kehilangan identitas diri dan akar budaya,” kata Didik.
Didik juga menjadi obyek foto Stephane bersama belasan figur lain, di antaranya seniman Butet Kartaredjasa, Heri Dono, dan Anneke Fitrianti. Sebanyak 12 foto hasil bidikan Stephane dipamerkan di galeri The Apurva Kempinski Bali.
Dalam foto karya Stephane itu, Didik difoto setengah badan dengan mengenakan mahkota seraya menunjukkan topeng. Ketika akan difoto oleh wartawan usai diwawancarai, Sabtu (1/4/2023), Didik pun berpose di depan foto tersebut.