Briptu Renita Rismayanti Membawa Perubahan dari Belakang Meja
Meski bekerja dari belakang meja, Brigadir Polisi Satu Renita Rismayanti membawa perubahan hingga menjadi Polwan Terbaik PBB.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
Sebagai polisi wanita yang ”hanya” bekerja di belakang meja tidak membuat Renita dipandang sebelah mata. Ia justru bisa menunjukkan bahwa dirinya mampu berperan membuat perubahan besar dan bermanfaat bagi kemanusiaan.
Mengenakan pakaian dinas upacara lengkap dengan baret biru, Brigadir Polisi Satu Renita Rismayanti melangkah ke hadapan forum terhormat di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Kamis (16/11/2023) siang waktu setempat. Ia menerima penghargaan sebagai Polisi Wanita Terbaik PBB 2023. Di usia 27 tahun, Renita menjadi penerima penghargaan termuda yang pernah ada.
Nita, begitu perempuan itu biasa disapa, merasa terharu. Ia tidak menyangka bisa mendapat penghargaan tersebut sebab selama ini mayoritas penerima penghargaan adalah polisi yang bertugas di lapangan. Ini pertama kalinya penerima penghargaan diberikan kepada polwan yang bekerja di depan komputer, di belakang meja.
”Kalau bertemu orang dan tahu saya bekerja di bagian basis data, umumnya akan bilang, ”Oh.. ini yang pegang komputer atau oh, ini yang bekerja di belakang meja. Padahal, walau di belakang meja, saya juga bisa membuat perubahan,” tutur Nita saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (16/11/2023) sebelum upacara penghargaan.
Nita juga menyampaikan, dirinya bersyukur sekaligus terharu mendapat penghargaan ini. Penghargaan ini tidak hanya pengakuan terhadap kemampuan dirinya dalam misi pemeliharaan perdamaian PBB, tetapi juga pengakuan terhadap polisi wanita Indonesia secara umum.
Saat ini, Nita bertugas sebagai Petugas Basis Data Kriminal (Crime Database Officer) di Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensi PBB di Republik Afrika Tengah (MINUSCA). Pada posisi tersebut, ia membantu mengonsep dan mengembangkan basis data kriminal yang memungkinkan Polisi PBB untuk memetakan dan menganalisis titik-titik rawan kejahatan dan kekacauan. Basis data ini juga akan membantu Kepolisian Republik Afrika Tengah atau FSI untuk merencanakan operasi mereka dengan lebih baik.
Ada dua tanggung jawab besar yang diemban polwan kelahiran Magelang itu yang mengantarnya menjadi Polwan Terbaik PBB 2023. Pertama, mengembangkan platform manajemen kasus. Ini merupakan platform pengolahan data kasus kejahatan terintegrasi secara real time. Platform ini nantinya bisa dipakai oleh seluruh misi PBB di dunia.
Kedua, instalasi basis data di Kepolisian Republik Afrika Tengah (FSI). Selama ini, dalam hal data kejahatan, Kepolisian Republik Afrika Tengah sangat bergantung kepada misi PBB. Sekarang, dengan adanya basis data ini Kepolisian Republik Afrika Tengah bisa memutuskan mana ancaman keamanan yang responsnya harus diprioritaskan. ”Dengan begitu, harapannya, bisa mengurangi korban kejahatan,” ujar Nita yang telah 1,5 tahun menjalani misi di Afrika Tengah tersebut.
Nita menuturkan, dirinya sebenarnya tidak memiliki latar belakang kemampuan teknologi informasi atau statistik yang tinggi. Meski demikian, keterampilannya mengoperasikan Microsoft Excel membuat dia bisa berkontribusi besar pada misi pemeliharaan perdamaian PBB di Afrika Tengah.
Walau di belakang meja, saya juga bisa membuat perubahan.
Peluang polisi wanita untuk bergabung ke dalam misi-misi perdamaian PBB, menurut Nita, sangat terbuka luas. Terlebih di daerah-daerah konflik, mayoritas korban adalah perempuan dan anak. Polisi wanita dinilai lebih dipercaya untuk menangani para korban tersebut, misalnya, dalam pemulihan trauma.
”Banyak perempuan menduduki posisi strategis dan berkinerja bagus dalam misi-misi PBB,” ujar Nita.
Saat bergabung dengan korps polisi wanita tahun 2014, Nita tidak mengetahui bahwa ada kesempatan bagi polwan untuk bergabung dalam misi perdamaian PBB di negara-negara. Saat pindah tugas ke Mabes Polri, ia baru mengetahui peluang tersebut.
Dengan dukungan pimpinannya, pada Desember 2021, Nita pun mengikuti seleksi personel polwan untuk dikirim menjadi pasukan perdamaian PBB dari Indonesia. ”Ada seleksi bahasa, berkendara, dan menembak,” ujar Nita. Setelah lolos seleksi, pada tahun 2022, Nita dikirim untuk bertugas dalam misi MINUSCA di Afrika Tengah.
Nita selalu mendapat dukungan dari keluarganya dalam tugas. Jarak yang jauh antara Indonesia dan Afrika Tengah tidak menjadi hambatan berarti. ”Keluarga sangat mendukung apa pun yang saya inginkan. Sekarang, kan, ada banyak cara untuk berkomunikasi walau terpisah jarak yang jauh,” kata anak pertama dari dua bersaudara itu.
Pengalaman bertugas di Afrika Tengah telah membukakan mata Nita akan kondisi sosial budaya masyarakat tempat dia bertugas. Soal kesetaraan jender, misalnya. Di tempatnya bertugas, ia menemukan satu keluarga miskin yang memiliki dua anak, laki-laki dan perempuan. Namun, karena hambatan ekonomi keluarga tersebut memprioritaskan anak laki-laki untuk sekolah.
Dalam sambutan penerimaan penghargaan, Nita mendorong kaum perempuan untuk percaya diri dengan potensi tak terbatas yang dimiliki. Sekecil apa pun potensi itu bisa membawa perubahan yang lebih baik.
Bagi Nita, penghargaan Polwan Terbaik PBB juga menjadi sebuah refleksi akan pentingnya mendengarkan suara hati. Sekalipun harus keluar dari zona nyaman, sepanjang gigih berjuang, maka hasil yang diharapkan akan terwujud.
Nita berharap, penghargaan yang ia terima bisa memotivasi lebih banyak lagi polwan dari Indonesia untuk berpartisipasi dalam misi-misi perdamaian PBB. ”Banyak peluang untuk perempuan bisa membawa pengaruh besar di dunia,” ujarnya.
Renita Rismayanti
Pangkat: Brigadir Polisi Satu
Orangtua: Muji Hantoro (51) dan Melita (51)
Adik: Amelia Atma Yunita (19)
Riwayat tugas:
2022: Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensi PBB di Republik Afrika Tengah (MINUSCA)
2017: Staf Bagian Perdamaian dan Kemanusiaan, Divisi Hubungan Internasional Mabes Polri