Kembalinya Final Klasik, Federer Melawan Nadal
Meski bukan nama asing dalam daftar juara turnamen bergengsi, kehadiran Federer dan Nadal di final sangat dirindukan. Hampir enam tahun, sejak Perancis Terbuka 2011, mereka tak pernah berjumpa dalam final Grand Slam.
”Terima kasih telah menciptakan final Rafael Nadal melawan Roger Federer,” kata mantan petenis Jim Courier, sesaat setelah Nadal mengalahkan Grigor Dimitrov di semifinal, Jumat. Dalam laga tersebut, Nadal harus melewati 4 jam 56 menit untuk mengalahkan Dimitrov, 6-3, 5-7, 7-6 (5), 6-7 (4), 6-4.
Pertemuan Federer dan Nadal di lapangan selalu spesial. Gaya permainan Federer yang dikenal ”indah”, dipadu dengan permainan atraktif Nadal yang tak pernah lelah mengejar bola, selalu melahirkan pertandingan yang enak ditonton.
Pukulan ”ajaib” juga tidak jarang muncul, seperti passing shot dari Nadal yang bolanya jatuh di atas garis atau pengembalian bola di antara kaki sambil membelakangi lapangan yang dilakukan Federer.
Di balik persaingan pada 34 pertemuan sebelumnya, persahabatan mereka juga spesial. Saat keduanya absen dari kompetisi karena cedera, Federer datang pada peresmian Akademi Rafa Nadal di Mallorca, Spanyol, Oktober 2016. ”Saya mungkin telah berterima kasih ratusan kali, tetapi saya tak bisa berhenti mengucapkannya karena itu adalah momen spesial,” kata Nadal.
Saat sama-sama berada dalam kondisi sulit, Nadal bercerita, dia dan Federer tak pernah berpikir untuk bertemu kembali di final Grand Slam, apalagi pada awal 2017. ”Meski demikian, kami telah bekerja keras untuk berusaha menjadi yang terbaik. Saat pertemuan di final Grand Slam terjadi lagi, tentu saja itu sangat spesial,” komentar Nadal.
Federer berpendapat serupa. Dia dan Nadal telah mengubah pola pikir dalam bermain, yaitu dari mengejar rekor menjadi menikmati pertandingan. ”Saya sendiri hanya ingin bermain dalam kondisi sehat,” ujar Federer.
Pertemuan Federer dan Nadal di Rod Laver Arena, Minggu ini, menjadi ulangan dari final Australia Terbuka 2009. Kemenangan atas Federer ketika itu menjadi gelar pertama Nadal dari Grand Slam di lapangan keras.
Serena juara
Di tunggal putri, persaingan Serena (35) dan Venus (36) muncul kembali. Final yang dimenangi Serena, 6-4, 6-4, menjadi pertemuan ke-28 sejak mereka pertama kali bertemu di babak kedua Australia Terbuka 1998. Pertemuan itu menjadi awal munculnya dominasi Williams bersaudara di arena tenis putri.
Sejak Serena menjuarai AS Terbuka 1999, selalu ada nama salah satu atau kedua Williams dalam daftar juara Grand Slam, kecuali pada musim 2004, 2006, dan 2011. Total, adik-kakak yang berselisih usia 15 bulan itu mengumpulkan 30 gelar Grand Slam nomor tunggal (Serena 23 gelar, Venus 7 gelar), 14 dari ganda putri, dan 5 medali emas Olimpiade.
Di Melbourne Park tahun ini, Serena kembali menunjukkan ketangguhannya. Tak terpengaruh ikatan emosional dengan lawan di seberang net, kakaknya yang tak pernah menjuarai Australia Terbuka, Serena menang.
Gelar itu menjadikan Serena sebagai petenis dengan gelar juara Australia Terbuka terbanyak di era Terbuka (setelah 1968), tujuh gelar, dan mengembalikannya ke peringkat pertama dunia. Posisi itu direbut Angelique Kerber sejak September 2016.
Gelar itu juga menambah jumlah juara Grand Slam Serena menjadi 23. Dia telah melewati 22 gelar milik Steffi Graf dan tinggal berselisih satu gelar dengan Margaret Court, yang turut menyaksikan final Williams bersaudara, sebagai petenis dengan gelar Grand Slam terbanyak.
”Saya tidak mungkin meraih 23 gelar tanpa Venus. Dia adalah inspirasi saya untuk menjadi yang terbaik,” kata Serena yang mendapat hadiah sepatu bernomor 23 dari mantan pebasket Michael Jordan. (AFP/IYA)