logo Kompas.id
UtamaTujuh Anak Papua Dievakuasi
Iklan

Tujuh Anak Papua Dievakuasi

Oleh
· 2 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Tujuh anak dari Timika, Papua, dievakuasi dari tempat penampungan ilegal di Jalan Intisari Raya, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Jumat (17/2). Mereka diperlakukan tidak layak dan sering mengalami kekerasan fisik ataupun intimidasi.Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait, Minggu (19/2), dalam jumpa pers di kantor Komnas Perlindungan Anak, mengatakan, keempat anak itu, M (13), K (10), Y (7), dan Y (5), sudah dijemput keluarganya dan akan pulang ke Timika pada Minggu malam. Tiga anak lainnya, yakni Y (9), JH (7), dan CR (5), masih dicari orangtua dan alamatnya. Komnas Perlindungan Anak berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Mimika dan kepolisian untuk menemukan orangtua anak-anak tersebut. Menurut Arist, orangtua mereka menyerahkan anaknya kepada orang yang mengaku biarawati berinisial SK (35) dengan janji akan disekolahkan di Jakarta. Ketujuh anak tersebut meninggalkan Timika, ibu kota Kabupaten Mimika, secara bertahap yang dimulai sekitar dua tahun lalu. SK diperiksa di Polres Metro Jakarta Timur. Dikelola individuArist mengatakan, awalnya Komnas Perlindungan Anak mendapat laporan dari warga sekitar. Kemudian diketahui tempat penampungan itu dikelola individu dan tidak berstatus hukum. Anak-anak tersebut kerap telantar dan dikunci di dalam rumah. Bahkan, karena lapar, ada anak yang kabur dari rumah untuk mengambil roti di warung. "Anak-anak dijanjikan akan disekolahkan, ternyata hanya sekolah di rumah tanpa ada guru," katanya.Arist mengungkapkan, orangtua anak-anak tersebut masih memberikan uang untuk biaya sekolah kepada SK. Namun, SK diduga memanfaatkan anak-anak tersebut untuk meminta sumbangan ke mana-mana dengan menyebut mereka anak yatim piatu. "Ini adalah eksploitasi terhadap anak," katanya.Janua, paman korban, mengatakan, kalau tidak patuh, anak-anak diancam tidak diberi makan, diancam minum air pel, atau diancam akan didatangi orang asing. Mereka kurang makan dan tidak terjaga kebersihan badannya. "Mereka ada yang dipukul dan dibenturkan kepalanya. Ada yang disuruh membuka mulut dalam waktu lama dengan lidi di dalam mulutnya," kata Janua. Yunita Dimara (31), orangtua anak-anak tersebut, mengatakan, dirinya jarang berkomunikasi dengan anaknya ataupun dengan SK. "Komunikasi dengan SK jarang karena nomornya sulit dihubungi. Paling telepon dua bulan sekali," kata Yunita.Menurut Yunita, warga Timika percaya kepada SK karena dia sering datang ke Timika. Warga percaya karena anak-anak dari Timika yang sekolah di Jakarta hidupnya sukses. Yunita hanya diminta mengisi formulir sebelum menyerahkan anaknya. "Masyarakat Papua jangan cepat percaya bujuk rayu dan janji, apalagi orang tanpa identitas jelas," kata Arist. (WAD)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000