Malaysia Usut Asal Racun VX
KUALA LUMPUR, JUMAT — Kim Jong Nam, kakak tiri Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, tewas akibat terpapar zat saraf mematikan, VX. Racun kental berwarna kuning gelap dan tak berbau itu tergolong senjata pemusnah massal. Malaysia tengah menyelidiki asal muasal zat beracun VX itu.
Tim ahli energi atom Malaysia kini berupaya menelusuri jejak dari zat saraf VX di seluruh terminal Bandara Internasional Kuala Lumpur. Jika terpapar racun ini, 5 miligram atau setetes saja, korban akan tewas hanya dalam waktu beberapa menit. Kepolisian Malaysia berpacu dengan waktu untuk memastikan bandara itu dalam kondisi aman.
”Sumber racun VX akan susah ditelusuri jika kuantitas yang dibawa sangat sedikit,” ujar Kepala Kepolisian Nasional Khalid Abu Bakar setelah menerima laporan dari Pusat Analisis Senjata Kimia Malaysia, Jumat (24/2).
Direktur Pusat Penelitian Terorisme dan Kekerasan Politik Internasional di Singapura Rohan Gunaratna menilai, tidak sulit untuk menyelundupkan VX ke Malaysia dengan memakai jalur diplomatik karena biasanya tak diperiksa bea cukai.
Jejak gas beracun VX atau S-2 Diisopropylaminoethyl methylphosphonothioate ditemukan pada bagian mata dan wajah Jong Nam. Dari bocoran rekaman kamera pengawas di bandara pada 13 Februari, terlihat seorang pria dengan tubuh gemuk didekati dua perempuan yang menempelkan sesuatu ke wajahnya. Setelah itu, Kim Jong Nam meminta bantuan petugas bandara karena merasa pusing, tetapi kemudian meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
Menyerang sistem saraf
Bruce Goldberger, ahli toksin di Divisi Forensik Obat University of Florida, Amerika Serikat, mengatakan, racun VX bekerja sangat cepat dan efektif langsung menyerang sistem saraf sehingga korban sesak napas dan jantungnya berhenti bekerja. Cukup satu tetes atau 5 miligram racun yang dihirup ataupun diserap kulit bisa membunuh orang dewasa tak sampai 15 menit. Karena itu, semestinya racun tak hanya berdampak terhadap Jong Nam, tetapi juga para pelaku.
Menurut polisi, salah satu dari tersangka perempuan yang saat ini ditahan jatuh sakit setelah insiden itu dan muntah-muntah. Kepolisian Malaysia menyebutkan, keduanya tidak mengenakan sarung tangan atau pengaman apa pun. Setelah menyerang Kim Jong Nam, keduanya membasuh tangan di toilet bandara.
Menurut Goldberger, kedua pelaku tak mungkin bisa memaparkan VX ke orang lain dengan tangan kosong karena mereka bisa terkena dampaknya. Ada dugaan, keduanya sudah mengonsumsi semacam obat penawar.
Khalid menilai, penyerang Kim Jong Nam tahu mereka membawa racun mematikan. Hal ini terbukti dari rekaman kamera pengawas yang menunjukkan keduanya segera menuju ke toilet untuk cuci tangan.
Hingga kini, tiga tersangka ditahan, yakni dua perempuan (asal Vietnam dan Indonesia) serta seorang pria Korut. Kepolisian masih menunggu satu tersangka lagi untuk diinterogasi, yakni diplomat di Kedubes Korut untuk Malaysia, Hyon Kwang Song. Kecuali atas keinginan sendiri, ia tak bisa dimintai keterangan karena mempunyai imunitas.
Menurut Kedubes Korut, belum ada permintaan Malaysia untuk menanyai Hyon Kwang Song. Adapun Korut memprotes proses penyelidikan yang tidak sesuai aturan karena tak melibatkan Korut. Bahkan, negara itu tidak akan mengakui hasil penyelidikan. Alasannya, Malaysia dinilai telah bekerja sama dengan musuh-musuh Korut.
Persediaan ribuan ton
Pemerintah Korea Selatan tak menyangka Korut menggunakan VX yang dilarang komunitas internasional. Korsel mengaku mengetahui Korut menyimpan persediaan senjata kimia, termasuk VX, berkisar 2.500-5.000 ton.
Informasi mengenai simpanan senjata kimia itu disebutkan dalam ”Buku Putih Kebijakan Pertahanan Kementerian Pertahanan Korsel 2014”. Korut disebutkan memproduksi senjata kimia sejak 1980-an. Namun, hal ini dibantah Korut.
Dalam dokumen 2012 juga disebutkan, Korut memiliki fasilitas produksi senjata kimia di delapan lokasi, termasuk kota pelabuhan Chongjin dan Sinuiju. ”Korut mempunyai banyak cadangan VX yang diproduksi dengan biaya rendah,” ucap pengamat pertahanan Lee Il-woo dari Jaringan Pertahanan Korea.
Pengamat militer di Hannam University, Kim Jong-ha, mengatakan, Korut mempunyai 16 jenis zat penyerang saraf beracun, termasuk VX dan sarin. Korut belum menandatangani perjanjian yang melarang produksi, penyimpanan, dan penggunaan senjata kimia.
Ahli forensik toksin AS, John Trestrail, menilai, pembuatan VX harus dilakukan di laboratorium senjata kimia. Artinya, hanya bisa dikerjakan oleh pemerintah. Bersama dengan VX, pasti ada obat penawar yang disuntikkan setelah terpapar. ”Siapa saja bisa terkena. Malaysia harus menelusuri jejak VX dari para pelaku dan korban,” ujarnya.
Akses
Upaya diplomasi Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri membuahkan hasil. Menlu Retno LP Marsudi, Jumat (24/2), memperoleh konfirmasi akses kekonsuleran bagi KBRI Kuala Lumpur untuk mendampingi Siti Aisyah, tersangka kasus pembunuhan warga Korut di Bandara Kuala Lumpur.
Konfirmasi itu, menurut Juru Bicara Kemlu Arrmanatha Nasir, disampaikan langsung oleh Menlu Malaysia Sri Anifah kepada Retno lewat telepon.
Kini, Menlu Retno telah menugasi KBRI Kuala Lumpur untuk menggunakan akses tersebut sebaik mungkin. Menurut rencana, tim Perlindungan WNI dan KBRI bersama pengacara akan segera mengunjungi Kepolisian Cyberjaya, Malaysia, pada waktu yang disepakati.
Akses kekonsuleran akan dimanfaatkan untuk memverifikasi fisik kewarganegaraan dan memastikan kondisi Siti Aisyah, sekaligus mendapatkan informasi awal guna pendampingan hukum. (REUTERS/AFP/AP/JOS/BAY/LUK)