Media Besar AS Melawan Trump
Trump bukan saja menyebutkan media massa sebagai ”musuh rakyat AS”, melainkan juga melarang sejumlah media besar melakukan liputan di Gedung Putih. Mereka yang terkena larangan untuk meliput brifing (jumpa pers rutin) Juru Bicara Gedung Putih Sean Spicer antara lain The New York Times (NYT), CNN, BBC, The Los Angeles Times, dan Politico.
Sementara majalah Time dan kantor berita Associated Press (AP) menyatakan tidak akan mengirimkan perwakilannya sebagai solidaritas kepada wartawan yang medianya ”dicekal”.
Kemarahan Trump terhadap media massa, khususnya terkait pembocoran sejumlah informasi intelijen yang mengungkapkan kedekatan pemerintahan Trump dengan Rusia, dilampiaskan melalui pesan yang dia unggah di akun Twitter-nya.
”Media-media bohong tak menyatakan kebenaran, bahaya besar bagi negara ini,” tulis Trump dengan menyebut The New York Times dan CNN.
Langkah Trump itu tak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah pers di Gedung Putih. Editorial NYT menyebutkan, langkah itu harus dilihat sebagai pujian bagi para reporter yang telah menyiarkan berita jujur sehingga bisa memprovokasi kecenderungan ”tantrum” sang presiden.
Hipokrit
NYT menyebut Juru Bicara Gedung Putih Sean Spicer hipokrit dan telah menjilat ludahnya sendiri. Desember lalu, ia menyatakan kepada Politico, Gedung Putih pada era Trump tak akan pernah melarang pers.
”Huh. Bahkan, dalam peliputan skandal Watergate, Iran-contra, Monica Lewinsky, dan lainnya, para presiden dari kedua parpol tak pernah melarang media terakreditasi untuk masuk ke Gedung Putih meski mungkin mereka sangat menginginkan untuk menghukum pers,” demikian tulis tajuk NYT.
”Namun, para pembantu presiden bisa mengendalikan pimpinannya dari tindakan yang menghancurkan reputasi presiden sendiri. Namun, pembantu Trump yang tidak berpengalaman ini tampaknya terlalu takut untuk berbeda pendapat dengan bosnya.”
Perlawanan langsung dinyatakan oleh pimpinan yang medianya dilarang. Davan Maharaj, Pemimpin Redaksi The Los Angeles Times, menyebutkan pencekalan itu ”sangat disesalkan”.
”Publik memiliki hak untuk mengetahui dan itu berarti dengan memperoleh informasi dari berbagai sumber, bukan dari sumber yang sudah disaring oleh Gedung Putih dengan harapan bisa memberikan laporan yang bersahabat,” kata Maharaj.
Namun, terlepas dari soal akses itu, The Los Angeles Times, kata dia, ”Akan terus melanjutkan laporannya tentang pemerintahan Trump tanpa takut.”
Kepala Biro Washington CNN Jake Tapper dengan pedas menyatakan langkah itu sebagai cerminan sulitnya pemerintahan Trump untuk menyatakan kebenaran. ”Sepertinya mereka memiliki kesulitan, bahkan dalam kompetensi paling dasar sekalipun, untuk menjalankan pemerintahan, sementara presidennya sangat mudah tersinggung oleh kritik apa pun dan menyebut pers sebagai musuh rakyat AS. Ini upaya pemerintah untuk menghindari pengawasan,” kata Tapper yang menyatakan langkah itu tidak bisa diterima.
The Committee to Protect Journalists (CPJ) juga mengecam tindakan Gedung Putih. ”Kami sangat prihatin dengan keputusan Gedung Putih untuk mencekal wartawan mengikuti brifing harian. AS harus mempromosikan kebebasan pers dan akses terhadap informasi,” sebut CPJ.
Membantah
Ketika ditanya oleh para wartawan yang diizinkan masuk mengenai kebijakan pilih kasih itu, Spicer membantahnya. ”Kami memberikan kesempatan kepada lebih banyak wartawan. Ruangan pers kami lebih terbuka daripada pemerintahan sebelumnya,” kata Spicer yang menerapkan sistem ”pool”.
Dengan sistem ”pool”, media yang diperbolehkan menghadiri jumpa pers diharapkan membagikan laporannya kepada media yang tidak mendapat akses. Media yang masuk dalam ”pool” itu antara lain Reuters, Bloomberg, CBS, Fox, NBC, dan ABC. Media lainnya adalah Washington
Times, One America News Network, dan Breitbart News yang mantan pemimpinnya adalah Steve Bannon yang kini menjadi penasihat utama Trump. Belum diketahui sampai kapan pelarangan ini akan berlaku.
Soal Rusia
Bermula dari laporan The New York Times dan CNN bahwa berdasarkan hasil penyadapan telepon intelijen AS, tim kampanye Trump pada 2016 melakukan kontak dengan sejumlah pejabat intelijen Rusia. Kontak-kontak itu terjadi saat Trump semakin sering memuji Presiden Rusia Vladimir Putin. Gedung Putih menolak berkomentar terhadap artikel NYT.
Surat kabar The Washington Post (WP), kemarin, menurunkan berita eksklusif bahwa Trump telah meminta sejumlah pejabat intelijen, tokoh-tokoh senior di Kongres, untuk membantah berita-berita terkait Rusia itu dengan meminta mereka berbicara langsung kepada media.
Pejabat yang diminta termasuk dari Biro Investigasi Federal AS (FBI). Namun, para pejabat FBI menolak perintah ini. Trump berang dan menulis di Twitternya, ”FBI gagal total menghentikan pembocor keamanan nasional. Bahkan, tak mampu menemukan pembocor yang ada di dalam tubuh FBI.”
Menurut WP, keputusan Trump untuk melibatkan para pejabat intelijen itu mengancam independensi badan intelijen AS yang seharusnya imparsial. Tindakan Trump juga telah mengancam penyelidikan yang saat ini sedang dilakukan oleh Kongres.
Perkembangan soal hubungan Trump-Rusia ini terjadi hanya beberapa hari setelah penasihat keamanan Michael Flynn mengundurkan diri karena berbohong kepada publik dan Wapres Mike Pence. Flynn mengaku tidak pernah membicarakan soal sanksi AS dengan Dubes Rusia untuk AS. Namun, hasil penyadapan menunjukkan ia berbohong. (AP/REUTERS/MYR)