11.000 Warga Kabupaten Bandung Terdampak Banjir
Camat Majalaya Ajad Sudrajad memperkirakan 10.000 orang terdampak banjir. Desa Majasetra dan Desa Majakerta di Kecamatan Majalaya juga masih terendam banjir.
Banjir juga melanda Kecamatan Baleendah, terutama di Kelurahan Baleendah dan Kelurahan Andir, sejak Minggu (26/2).
”Saat ini, 347 warga dari dua kelurahan itu mengungsi di empat lokasi, yaitu GOR Baleendah, GOR Kelurahan Andir, Gedung Inkanas, dan Gedung SKB Baleendah,” kata Camat Baleendah Aziz Sukanda
Di Kecamatan Dayeuhkolot, tiga desa, yakni Desa Dayeuhkolot, Desa Pasawahan, dan Desa Citeureup, juga terendam banjir. Sekitar 150 orang mengungsi.
”Kemungkinan pengungsi terus bertambah karena hujan masih terus turun,” kata Camat Dayeuhkolot Yiyin Sodikin.
Menghadapi banjir, sebagian warga membuat peralatan khusus untuk evakuasi dan mengaktifkan ronda malam. Di Kampung Jambatan, Kecamatan Baleendah, misalnya, masih banyak warga yang bertahan di lantai dua rumah mereka. Padahal, sudah sepekan kawasan tersebut dilanda banjir.
Gang untuk memasuki kampung itu hanya selebar 0,5 meter. Warga tidak dapat menggunakan perahu untuk masuk atau keluar kampung.
Warga memakai ban dalam mobil bekas sebagai perahu alternatif. Mereka pun memasang tambang di dinding rumah. Tambang digunakan untuk pegangan saat melintasi banjir. Selain itu, warga juga membatasi aktivitas pada malam hari kecuali dalam kondisi darurat, seperti saat ada yang sakit. Mereka juga menjalankan ronda untuk memantau kondisi permukiman pada malam hari.
”Setiap malam ada warga yang berjaga di depan gang. Warga yang masuk atau keluar gang bisa dipantau,” ujar Teddy (50), warga Kampung Jambatan.
”Kawasan ini selalu banjir sejak 1980-an. Jadi, kami pun harus bisa menghadapinya secara mandiri,” ucap Teddy.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Tata Irawan mengimbau warga agar tetap waspada. Warga yang belum mengungsi agar berhati-hati dan tidak memaksakan diri bertahan di rumah.
Riau
Dari Pekanbaru dilaporkan, meski Riau sedang berada pada musim kemarau, Desa Lubuk Kembang Bunga dan Desa Air Hitam, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, dilanda banjir sejak Selasa (28/2) petang. Hingga Rabu sore, banjir akibat limpahan Sungai Nilo tersebut belum surut. Seorang pemuda desa, Fernando (20), tewas setelah terseret banjir.
”Pemuda itu mandi di sungai seperti biasa tadi pagi, padahal air sedang tinggi. Kemungkinan dia terseret arus deras. Pada pukul 14.00, tubuhnya ditemukan warga dalam kondisi tidak bernyawa,” kata Camat Ukui Amri Juharsa.
Ketinggian air di Desa Air Hitam mencapai 1 meter sehingga sekitar 181 warga terpaksa mengungsi. Di Desa Lubuk Kembang Bunga, ketinggian air sekitar 1,5 meter, sedangkan jumlah pengungsi masih dalam pendataan.
Kepala BPBD Pelalawan Hadi Penandio mengatakan sudah menurunkan tim gabungan untuk menanggulangi banjir di Desa Lubuk Kembang Bunga.
Secara terpisah, Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Pekanbaru Slamet Riyadi mengatakan, meski berada pada musim kemarau, pola cuaca di sebagian wilayah Riau awal tahun ini sama seperti kondisi 2015,bersifat kemarau basah.
Intensitas hujan tinggi juga menyebabkan beberapa daerah di Kalimantan Tengah dilanda banjir. Di Palangkaraya, hujan lebat turun sejak Selasa (28/2) malam hingga Rabu siang. ”Sejak semalam air sudah berada di halaman rumah saya, tadi pagi masuk ke rumah,” kata Hermansyah (39), warga Temanggung Tilung, Palangkaraya.
Wakil Wali Kota Palangkaraya Mofit Saptono menyatakan, banjir terjadi karena intensitas hujan yang tinggi. Selain itu, drainase juga tidak berfungsi optimal akibat tumpukan sampah.
Selain di Palangkaraya, banjir juga melanda daerah lain di Kalteng, yaitu Kabupaten Murung Raya dan Kotawaringin Barat.
Sementara itu, bencana tanah longsor kembali terjadi di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Rabu. Camat Trawas, Mojokerto, Iwan Abdillah menyebutkan, longsor memutuskan jalan utama Trawas-Ngoro. (BKY/TAM/CHE/SAH/IDO/ODI)