Jalur Sumatera Barat-Riau Masih Terputus
Dasri (35), warga Tanjung Balik, menyatakan, amblesnya badan jalan karena terkikisnya tanah di bagian bawah jalan yang tergerus air dalam waktu lama. Di lokasi itu terdapat aliran air dari sisi bukit yang disalurkan melalui gorong-gorong. Diduga saluran itu mampat sehingga saat hujan deras, air menggerus bagian bawah badan jalan.
Longsor di ruas Sumbar-Riau menimbun sedikitnya sembilan kendaraan di kawasan Koto Alam, Kecamatan Pangkalan Koto Baru. Empat orang meninggal di dalam kendaraan yang tertimbun tanah, lalu terseret masuk jurang sedalam 50 meter (Kompas, 4/3).
Tiga korban baru bisa dievakuasi pada Sabtu siang, yakni Teja Jumaidi Azhar (19) dan Yogi Saputra (24), warga Kecamatan Linto Buo, Kabupaten Tanah Datar, serta Karudin (25), warga Sei Geringging, Kabupaten Padang Pariaman. Satu korban telah dievakuasi hari Jumat petang, Doni Fernandes (31), warga Sei Geringging.
Menurut Komandan Regu Badan SAR Nasional Padang Robi Saputra, yang bersama tim melakukan pencarian, Teja dan Yogi ditemukan pukul 06.00 dan 08.30. Saat ditemukan, keduanya terjepit mobil bak terbuka yang mereka tumpangi. Karudin ditemukan pukul 12.45. Kendaraan Karudin berada sekitar 15 meter dari Teja dan Yogi.
Di tebing atas tempat evakuasi korban terlihat bagian depan beberapa mobil yang masih tertimbun. Tim belum bisa mencapai lokasi itu karena masih fokus mengevakuasi korban di dasar jurang. Aparat kepolisian menggunakan anjing pelacak untuk mencari korban lain. Sejauh ini, belum dipastikan apakah ada korban lain karena belum ada laporan kehilangan.
50 titik longsor
Kepala Polda Sumbar Brigadir Jenderal (Pol) Fakhrizal, di lokasi longsor, mengatakan, bencana alam seperti longsor dan banjir di Limapuluh Kota hampir tiap tahun terjadi. Namun, kejadian kali ini paling parah. ”Kami mencatat ada 50 titik longsor (dari jembatan Kelok 9 hingga Pangkalan),” ujarnya.
Arus lalu lintas dari Sumbar ke Riau atau sebaliknya putus karena masih terjadi banjir dan jalan putus di Pangkalan Koto Baru. ”Untuk banjir, sekarang mulai surut setelah semua pintu air PLTA Koto Panjang dibuka. Tim beserta perahu karet sudah kami kirim ke sana untuk mengevakuasi warga ke tempat pengungsian,” kata Fakhrizal.
Dari Riau dilaporkan, pengelola Waduk PLTA Kotopanjang pada Sabtu siang memperbesar volume pembuangan air melewati lima pintu air. Sebelumnya volume air pembuangan 300 meter kubik per detik, pada Sabtu diperbesar menjadi 786 meter kubik per detik.
”Pukul 16.00, ketinggian muka air waduk masih mencapai 82,82 meter di atas permukaan laut atau di atas batas maksimal 82,5 meter. Pembuangan air dalam volume besar sejak Jumat berhasil menyurutkan banjir di Pangkalan. Namun, Daerah Aliran Sungai Kampar dalam kondisi siaga banjir,” kata Dwi Suryo Abdullah, Manajer SDM dan Umum PT PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau, Sabtu.
Secara terpisah, Kepala Dinas Sosial Riau Syarifudin menyatakan banjir di Riau meluas. Sebanyak 15 desa dari sembilan kecamatan di lima kabupaten tergenang. Kelima kabupaten itu adalah Indragiri Hulu, Pelalawan, Kampar, Kuantan Singingi, dan Rokan Hulu.
”Jumlah warga yang terdampak banjir 2.609 keluarga. Namun, yang mengungsi hanya 468 orang. Sebagian besar sudah kami kirimi tenda dan bahan makanan pokok untuk membantu pengungsi,” lanjutnya.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandara Internasional Minangkabau Budi Samiaji mengimbau warga mewaspadai potensi bencana akibat kondisi cuaca, seperti hujan berintensitas sedang hingga lebat pada 3-5 Maret. Kondisi itu termasuk di Limapuluh Kota bagian selatan, Sijunjung, Dharmasraya bagian selatan, Solok Selatan, Pasaman, dan Pasaman Timur bagian barat.
Alih fungsi lahan
Selain hujan deras, alih fungsi lahan memicu banjir bandang di Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (3/3). Banyak kawasan di hulu dan sekitar daerah aliran sungai berubah fungsi menjadi perkebunan sayur.
”Banyak perkebunan sayur di hulu dan sekitar aliran sungai. Akibatnya, resapan air berkurang sehingga air hujan deras mengalir ke hilir,” ujar Yiyi Rochmat (55), warga Desa Banjarsari, di rumahnya, Sabtu.
Sebelumnya banjir bandang akibat luapan Sungai Kananga melanda Banjarsari. Sebanyak 52 rumah terendam dan menyebabkan 195 warga mengungsi ke aula Balai Desa Banjarsari. Lokasi kejadian berjarak sekitar 60 kilometer dari Kota Bandung.
Menurut Yiyi, yang tinggal di desa itu selama 35 tahun, kawasan tersebut rawan banjir saat musim hujan akibat luapan Sungai Kananga. Namun, banjir bandang kali ini yang terparah. ”Biasanya banjir tak sampai 20 sentimeter. Namun, kali ini mencapai 80 sentimeter,” ujarnya.
Sementara itu, ancaman banjir memutus Jalan Raya Bandung-Garut masih tinggi. Saluran drainase di antara Rancaekek, Kabupaten Sumedang, dan Cimanggung, Kabupaten Bandung, tersumbat sedimentasi.
”Kami berharap pemerintah mengeruk drainase yang sudah penuh lumpur ini,” kata Ketua RW 001 Desa Mangunarga, Gagus Siregar, di Sumedang.
Warga telah menggelar kerja bakti dengan membersihkan drainase pada Desember 2016. Saat itu, warga mengumpulkan lumpur dan sampah 300 karung. ”Tetapi, laju sedimentasi sangat cepat. Dalam dua bulan, saluran penuh lumpur lagi,” ujar Gagus.
Dari Jawa Timur dilaporkan, Kabupaten Gresik, Sabtu, kembali diterjang luapan Kali Lamong. Fasilitas umum yang terendam antara lain SD Negeri Deliksumber dan kompleks Pasar Bulurejo di Kecamatan Benjeng serta Puskesmas Dadapkuning di Kecamatan Cerme. Air juga meluber ke Jalan Raya Lekerrejo.
Kepala Bagian Tata Usaha Puskesmas Dadapkuning Kus Sardiyah menyatakan, sejak Februari sudah tiga kali puskesmas itu tergenang sehingga mengganggu pelayanan.
Sehari sebelumnya banjir merendam tujuh desa. Empat desa berada di Kecamatan Balongpanggang, yakni Banjaragung, Pucung, Wotansari, dan Karangsemanding. Tiga desa lain di Kecamatan Benjeng, yakni Bulangkulon, Deliksumber, dan Kedungrukem. Banjir di dua wilayah tersebut berangsur surut, tinggal areal persawahan.