JAKARTA, KOMPAS — Tawuran antarkampung yang terus berulang sejak puluhan tahun lalu di perbatasan Manggarai, Jakarta Selatan, dan Tambak, Jakarta Pusat, belum juga dapat dicegah. Tawuran tersebut meresahkan dan mengganggu aktivitas warga di sekitarnya.
Terakhir, tawuran pecah pada Minggu (5/3) dan Senin. Dua remaja tewas dan setidaknya empat remaja terluka. Transportasi publik terganggu dan kemacetan mengular. Aktivitas warga pun terhambat.
Dua remaja yang tewas adalah warga Manggarai, yakni Sutan Rafi Hakim Lubis (16) dan Fikri Fadhlur Firmansyah (20). Rafi diduga tewas setelah paparan gas air mata memperburuk asma yang sudah lama diidapnya. Sementara Fikri tewas dengan luka di bagian dada, diduga akibat tembakan senapan angin.
Tawuran pada Minggu sore yang terpusat di Jembatan Manggarai, Jakarta Selatan, itu diawali saling lempar mercon. Puluhan remaja lantas saling serang dengan lemparan batu, mercon, beragam senjata tajam, dan senapan angin. Mereka baru mundur setelah polisi menembakkan gas air mata.
Pada Senin sore, tawuran bergeser tak jauh dari sana, yaitu di Jalan Tambak hingga terowongan Manggarai dan di sekitar Stasiun Manggarai. Tawuran antarkampung ini juga diawali dengan saling lempar mercon. Polisi kembali harus menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.
Di Stasiun Manggarai terlihat beberapa orang menutup mata. ”Perih, kemungkinan terpapar gas air mata,” kata Putri Annisa, penumpang kereta rel listrik yang melintasi Stasiun Manggarai saat tawuran terjadi.
Kapolsek Tebet Komisaris Nurdin A Rahman mengatakan, tawuran itu terjadi antara warga Jalan Tambak, Menteng, Jakarta Pusat, dengan warga Kampung Magasin dan Gang Tuyul, Manggarai, Jakarta Selatan. Sejauh ini belum diketahui pasti motifnya.
Sejak 1975
Tawuran antarkampung di kawasan Manggarai sudah berulang kali terjadi, setidaknya sejak pertengahan 1975. ”Dulu, tahun 1975-an, tawuran tiga kampung, yaitu Kampung Berlan (Jakarta Timur) sama Manggarai (Jakarta Selatan) dan Tambak (Jakarta Pusat). Namun, kemudian Kampung Berlan tidak pernah ikut lagi, jadi sekarang-sekarang ini Manggarai dengan Tambak,” kata Jonathan (45), warga yang lahir dan tumbuh di Jalan Tambak II.
Tahun ini saja setidaknya sudah empat tawuran terjadi, yaitu pada malam Tahun Baru, pertengahan Februari, dan dua hari kemarin. Tawuran ini biasanya dilatarbelakangi rebutan lahan parkir atau Pak Ogah di titik putaran (U turn) di perbatasan antara Jalan Tambak dan Manggarai. ”Ujung-ujungnya, ya, duit, sih,” katanya. (WAD/IRE)