logo Kompas.id
Utama20 Juta Orang Terancam Tewas
Iklan

20 Juta Orang Terancam Tewas

Oleh
· 3 menit baca

MARKAS PBB, JUMAT — Sebanyak 20 juta orang, terutama yang berada di empat negara-Somalia, Nigeria, Sudan Selatan, dan Yaman-terancam menderita kelaparan dan meninggal dunia pada tahun ini. Tanpa uluran tangan komunitas internasional, mereka tak akan tertolong atau tewas.Situasi tersebut merupakan yang terburuk sejak Perserikatan Bangsa-Bangsa berdiri pada 1945. "Kita berada dalam titik kritis sepanjang sejarah. Pada awal tahun saja, kita menghadapi krisis kemanusiaan terbesar sejak berdirinya PBB," kata Koordinator Bantuan Darurat Stephen O\'Brien di depan Dewan Keamanan PBB, Jumat (10/3), sebagaimana dikutip laman PBB. Tanpa upaya dan koordinasi global, O\'Brien mengingatkan, jutaan korban kelaparan akan sakit atau tewas. Anak-anak kehilangan masa depan dan terjadi pengungsian besar-besaran. Tragedi kelaparan terbesar itu dialami empat negara, yakni Yaman, Sudan Selatan, Somalia, dan Nigeria. Di luar empat negara tersebut, ada Kenya yang juga rawan kelaparan dengan 2,7 juta penduduk kekurangan pangan. Di Yaman, sekitar dua pertiga penduduknya atau lebih dari 18 juta orang, menurut O\'Brien, memerlukan bantuan. Dari jumlah itu, tujuh juta orang menderita kelaparan parah. Pada saat yang sama, perang di Yaman terus berlanjut tanpa ada tanda-tanda penyelesaian. "Hanya solusi politik yang bisa mengakhiri penderitaan dan membawa stabilitas kawasan," ucap O\'Brien.Dalam kunjungannya ke Yaman baru-baru ini, O\'Brien bertemu dengan para pemimpin senior dan juga pemberontak Houthi yang menguasai ibu kota Sana\'a. Semua pihak, menurut dia, menyangkal telah menahan akses kemanusiaan dan memolitisasi bantuan. "Mereka harus bertanggung jawab atas kelaparan, kematian yang tidak perlu, dan penderitaan besar yang akan mengikutinya," ujarnya. Di Sudan Selatan, kelaparan mendera lebih dari 7,5 juta orang dengan 3,4 juta orang di antaranya harus meninggalkan tempat tinggal mereka. Angka kelaparan di negara itu meningkat 1,4 juta orang dibandingkan dengan tahun lalu. O\'Brien berpendapat, tragedi kelaparan yang terjadi di negara-negara itu lebih merupakan akibat konflik. "Pihak-pihak yang berkonflik adalah pihak-pihak yang menyebabkan kelaparan," katanya. Berminggu-minggu Ia mengungkapkan pula pengalamannya di Somalia yang membuatnya sangat stres. Para perempuan dan anak-anak berjalan berminggu-minggu hanya untuk mencari makan dan air. "Mereka tak mempunyai persediaan makanan, sumber air kering, dan tak ada yang tersisa untuk bertahan hidup," ungkapnya. Noor Ibrahim, warga Mogadishu, ibu kota Somalia, mengatakan, situasi di negara itu sangat kritis. Orang sekarat karena kelaparan dan tidak ada air yang tersisa. Noor Ibrahim terpaksa meninggalkan rumahnya, mencari bantuan di kamp pengungsi. "Al Shabab menutup jalan. Tak ada akses bagi bantuan pangan. Al Shabab juga mencuri makanan," ujarnya, seperti dikutip cnn.com, Minggu (12/3). Somalia menderita kelaparan tragis pada 2011 dan kini harus mengalami bencana serupa. Lebih dari separuh penduduk negara itu atau 6,2 juta orang memerlukan bantuan kemanusiaan. Dari jumlah tersebut, 2,9 juta orang di antaranya memerlukan bantuan sesegera mungkin guna memastikan mereka tetap hidup. (RET)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000