JAKARTA, KOMPAS — Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, telah menaikkan tingkat suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin. Kenaikan tingkat suku bunga itu diikuti dengan pelemahan imbal hasil obligasi AS dan kenaikan indeks komoditas. Pasar saham naik, antara lain, karena sudah ada kepastian tentang kenaikan suku bunga acuan tersebut.
”Yang juga menarik, kenaikan suku bunga acuan Fed tadi malam ternyata diikuti oleh turunnya imbal hasil obligasi AS dan naiknya indeks komoditas. Turunnya imbal hasil obligasi AS menyebabkan imbal hasil obligasi Indonesia menjadi relatif stabil pada kisaran 7,2-7,4 persen,” kata ekonom CIMB Niaga, Adrian Pangabean, Kamis (16/3), di Jakarta.
Kenaikan indeks komoditas jelas menguntungkan ekspor Indonesia dan menguntungkan mata uang negara-negara penghasil komoditas, termasuk Indonesia.
”Ke depan, saya memperkirakan rupiah akan bergerak pada kisaran Rp 13.300-Rp 13.600. Imbal hasil obligasi 10 tahun juga akan tetap berada pada rentang 7,3-7,6 persen dengan kemungkinan turun ke arah 7,1 persen jika pada Mei 2017 Indonesia dianugerahi dengan peringkat layak investasi,” ujarnya.
Harga minyak mentah, misalnya, naik menjadi di atas 49 dollar AS per barrel setelah data Pemerintah AS menunjukkan ada penurunan tidak terduga pada stok minyak mentahnya. Penurunan itu merupakan yang pertama pada tahun ini. Harga minyak jenis West Texas Intermediate pengiriman April naik 76 sen menjadi 49,62 dollar AS. Harga minyak jenis ini sudah naik 1,14 dollar AS setelah sempat turun 11 persen.
Sudah diperkirakan
Keputusan Fed tersebut sudah diperkirakan oleh para pelaku pasar. Pasar saham di sejumlah negara menguat, termasuk pasar saham di Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun menguat, ditutup naik 1,58 persen atau 85,860 poin ke level 5.518. Semua indeks sektoral menguat. Hari ini dana investor asing mencapai Rp 1,8 triliun.
”Dengan penetapan suku bunga Fed, kepastian sudah terbentuk, ditunjang juga oleh arus modal yang masuk,” kata analis Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya, menanggapi kenaikan pesat indeks setelah penetapan suku bunga acuan Fed.
Tidak hanya indeks di Jakarta, indeks di beberapa bursa di kawasan Asia juga menguat. Kenaikan di beberapa bursa Asia mendorong indeks MSCI Asia Pasifik mencapai level tertinggi sejak pertengahan 2015.
Sementara itu, Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo optimistis reksa dana saham akan membukukan kinerja paling tinggi di antara jenis reksa dana lainnya pada tahun ini.
Bahana TCW Investment Management memperkirakan pada tahun ini IHSG akan bertumbuh sekitar 17,6 persen. Pendapatan emiten diperkirakan lebih baik daripada tahun lalu. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun diharapkan lebih tinggi pada tahun ini. Sepanjang 2016, produk domestik bruto Indonesia mencapai 5,02 persen.
Akan tetapi, Soni juga mengingatkan ada beberapa faktor risiko yang secara umum bisa memengaruhi kinerja di pasar finansial. (JOE/IDR)