Kematian Patmi (48), salah satu peserta aksi, justru makin mengukuhkan semangat perlawanan dan penolakan terhadap pembangunan pabrik semen. Patmi dan puluhan petani melakukan aksi menolak pembangunan semen di Pegunungan Kendeng sejak Senin (13/3).
”Dengan adanya peristiwa ini, semoga pemerintah, terutama Presiden Joko Widodo, semakin tahu betapa besar perjuangan ibu-ibu Kendeng mempertahankan lingkungan, sampai-sampai merenggut nyawa mereka,” ujar Gunritno, perwakilan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng, yang juga pemimpin Sedulur Sikep, Pati, Selasa (21/3) petang, di sela-sela perjalanan membawa pulang jenazah Patmi.
Gunritno mengatakan, pihaknya sangat berduka dengan kematian Patmi. Patmi hadir bersama ibu-ibu Kendeng di kawasan Istana Merdeka demi mempertahankan lingkungan kawasan Pegunungan Kendeng agar tidak dieksploitasi hanya demi kepentingan ekonomi.
Bersama-sama berjuang
Karena itu, Gunritno mengajak para pemerhati lingkungan bersama-sama dalam perjuangan petani Kendeng untuk meminta sikap tegas pemerintah dalam menyikapi pembangunan pabrik semen, khususnya di kawasan bentang alam karst Kendeng.
Patmi meninggal pada Selasa dini hari. Senin (20/3) malam, Patmi melepaskan semen di kakinya. Gunritno dan sejumlah peserta aksi memutuskan melepaskan cor semen di kaki mereka. Sebagian besar warga akan pulang ke desa, termasuk Patmi. Aksi akan diteruskan sembilan orang.
Mereka, termasuk Patmi, diperiksa dokter dan dinyatakan sehat. Namun, Selasa sekitar pukul 02.30, setelah mandi, Patmi mengeluh badannya tak nyaman, lalu kejang-kejang dan muntah. Patmi meninggal sekitar pukul 02.55 dengan dugaan serangan jantung saat dibawa ke Rumah Sakit St Carolus. Selasa pagi, jenazah Patmi dibawa pulang untuk dimakamkan di Desa Larangan, Tambakromo, Pati.
Selasa malam, YLBHI menggelar doa bersama di kantor YLBHI di Jakarta. Sekitar 400 orang dari kalangan aktivis, relawan, simpatisan, dan pakar memenuhi ruangan yang menjadi tempat menginap warga Kendeng selama berada di Jakarta. Mereka memberikan penghormatan terakhir dengan menyampaikan kenangan akan sosok Patmi yang dikenal santun, tetapi tegas menolak kehadiran pabrik dan tambang semen di daerahnya.
Hendro Sangkoyo, peneliti School of Democratic Economics, memutar rekaman 11 detik pernyataan Patmi di sela-sela aksi. Dalam bahasa Jawa, almarhumah meminta tolong Presiden Jokowi agar menyelesaikan permasalahan di Kendeng. Ia menuturkan, Patmi telah menuntaskan perjuangan menjaga bumi pertiwi.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.