logo Kompas.id
UtamaPertambangan Emas Poboya...
Iklan

Pertambangan Emas Poboya Segera Ditutup

Oleh
· 3 menit baca
Foto udara tampak lubang-lubang bekas galian tambang timah menganga di sejumlah wilayah di Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kamis (16/2) lalu. Sebagian besar tambang timah di Pulau Bangka dilakukan secara konvensional tanpa sistem yang ideal. Pasca pertambangan dilakukan, umumnya bekas tambang ditinggal begitu saja. Kondisi ini menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah di Pulau Bangka maupun Belitung. Lubang-lubang bekas galian tambang timah tersebar di setiap sudut pulau tersebut. Bekas tambang itu tidak ditutup dan tidak ada pengaman ideal. Akibatnya, bekas tambang tersebut tak jarang memakan korban jiwa, terutama anak-anak yang tercebur dan tenggelam ke dalam lubang tambang yang memiliki ke dalam lebih dari 5 meter dan bertanah lumpur itu.
Kompas/Adrian Fajriansyah

Foto udara tampak lubang-lubang bekas galian tambang timah menganga di sejumlah wilayah di Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kamis (16/2) lalu. Sebagian besar tambang timah di Pulau Bangka dilakukan secara konvensional tanpa sistem yang ideal. Pasca pertambangan dilakukan, umumnya bekas tambang ditinggal begitu saja. Kondisi ini menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah di Pulau Bangka maupun Belitung. Lubang-lubang bekas galian tambang timah tersebar di setiap sudut pulau tersebut. Bekas tambang itu tidak ditutup dan tidak ada pengaman ideal. Akibatnya, bekas tambang tersebut tak jarang memakan korban jiwa, terutama anak-anak yang tercebur dan tenggelam ke dalam lubang tambang yang memiliki ke dalam lebih dari 5 meter dan bertanah lumpur itu.

”Teknisnya akan dilaksanakan Dinas Kehutanan Sulteng melalui Unit Pelaksana Teknis Tahura (Taman Hutan Raya),” kata Gubernur Sulteng Longki Djanggola menjawab soal pertambangan emas tanpa izin (PETI) Poboya, Kamis (23/3). Namun, Longki tidak merinci waktunya.

PETI Poboya, yang beroperasi sejak 2009 dan merambah sekitar 50 hektar Tahura Sulteng, berkali-kali diwacanakan untuk ditutup. Pengolahan emas di PETI, sekitar 15 kilometer arah timur Palu, menggunakan merkuri untuk memisahkan bijih emas dari material lain. Penelitian Yayasan Bali Fokus menunjukkan, paparan merkuri telah masuk ke tubuh manusia (rambut) dengan level 0,82 per part million (ppm) hingga 13,3 ppm, jauh melebihi standar kesehatan 0,58 ppm.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000