Perjuangan Gebi, siswa kelas II Sekolah Dasar Bidi Praing, Desa Kiritana, Kecamatan Kambera, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur untuk menuju sekolah tidak semudah anak sekolah lain di kota besar. Gebi dan 28 siswa SD lainnya setiap hari berjalan kaki lebih kurang 1,5 jam untuk sampai di sekolah. Tidak hanya itu, ia dan kawan-kawanya pun harus berenang menyeberangi Sungai Kambaniro, karena tidak ada jembatan atau eretan yang tersedia. Perahu donasi gereja tertambat diseberang sungai tak berguna, karena tidak ada petugas yang mengoperasikan perahu. Pada musim panen sayur, perahu justru lebih banyak diggunakan untuk mengangkut hasil panen menuju kota.
Dari seberang sungai samar terlihat empat bocah mungil muncul dari balik semak, berlari kecil menuju bibir sungai yang memiliki lebar 65 meter, saat kondisi normal. Satu persatu pakaian yang melekat ditubuhnya ditanggalkan hingga tak sehelai benang pun tertinggal. Tanpa ragu, Gebi melompat dan menyerahkan tubuhnya ke dalam aliran sungai keruh yang mengalir deras. Setiap pergi sekolah, Gebi berenang menyeberangi aliran sungai yang sama sebanyak dua kali. Sama artinya ia setiap hari berenang sejauh 260 meter untuk pergi dan pulang sekolah. Jika musim hujan, air sungai meluap dan lebar sungai pun bisa mencapai 150 meter. Saat seperti ini lah aktivitas sekolah sering kali diliburkan. Siswa tak berani menyeberang, dan sebagian jalan menuju sekolah ikut terendam banjir luapan dari sungai. Guru dan siswa lain tak bisa lewat, karena banjir cukup tinggi.
Sesampai di tepi sungai, masih basah air menyelimuti tubuhnya, menetes deras dari ujung rambut. Tanpa berseka handuk, pakaian seragam pramuka lusuh tak diseterika langsung dikenakan. Tidak ada raut murung atau sedih, senyumnya selalu mengembang sejak tubuhnya berserah kepada alam. Ia bergegas menuju sekolah, disambut sapa kawan-kawan yang berjumpa di simpang jalan.
Uang jajan dua ribu rupiah dikepalan tangan ikut basah terkena tetesan air, ia belikan sepotong donat dengan taburan tepung gula diatasnya. Dibagikan sepotong donat kepada kawan disebelahnya. Ia belum sempat sarapan di rumah, mungkin juga lapar setelah berjalan jauh dan berenang menyeberangi sungai.
Gebi dan 28 siswa sekolah lainya, adalah potret anak Indonesia yang berjuang keras mendapatkan pendidikan dasar, berjuang keras mewujudkan cita-cita dan mimpinya. Meski ia tahu, sekolah dasar mungkin menjadi pendidikan terakhirnya. Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, hanya ada di kota, jauh dari kampung tempatnya tinggal. Orang tua yang keterbatasan ekonomi, tak sanggup mengongkosi.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.