PADANG SIDIMPUAN, KOMPAS — Pada hari ketiga setelah banjir bandang, Selasa (28/3), lebih dari 1.500 warga Padang Sidimpuan, Sumatera Utara, masih tinggal di pos pengungsian. Mereka mengalami kekurangan kebutuhan dasar, yakni pangan dan sandang, karena hampir semua harta benda mereka hanyut terbawa banjir.
Di pos pengungsian Kelurahan Batunadua Julu, sebagian besar dari 400 pengungsi belum berganti pakaian sejak banjir bandang menerjang rumah mereka, Minggu (26/3) malam. ”Mau ganti pakai apa? Semua pakaian kami ikut hanyut bersama arus banjir bandang. Kalaupun ada yang tertinggal, masih terendam lumpur. Anak-anak juga belum punya baju sekolah,” kata Urip Dalimunthe (67).
Selama di pos pengungsian, warga juga hanya makan nasi dan mi instan. Malam hari, baik anak-anak maupun orang dewasa tidur berdesakan di Masjid Al-Mukhlisin dengan beralaskan tikar yang dipinjamkan warga sekitar yang tidak terdampak banjir. Sementara itu, sebagian besar dari antara mereka tidak punya selimut untuk tidur.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Padang Sidimpuan Khairul Harahap mengatakan, Kelurahan Batunadua Julu adalah salah satu daerah yang mengalami kerusakan paling parah akibat banjir bandang. Rumah-rumah di bantaran sungai roboh dan hanyut dihantam gelombang banjir. Rumah, jalan, dan parit di permukiman warga terendam lumpur dengan ketinggian setengah meter hingga satu meter. Batang dan ranting pohon menumpuk di permukiman warga.
Para pengungsi mulai masuk ke rumah mereka untuk menengok harta benda yang masih bisa mereka manfaatkan. Mereka mengambil piring, lemari, dan kursi yang tertimbun lumpur. Bersama para petugas, warga membersihkan rumah, jalan, dan parit dari lumpur, batang pohon, dan sampah lainnya.
Khairul mengatakan, banjir bandang juga merusak sejumlah rumah di enam kecamatan di Padang Sidimpuan, yakni Kecamatan Padang Sidimpuan Batunadua, Padang Sidimpuan Utara, Padang Sidimpuan Hutaimbaru, Padang Sidimpuan Selatan, Padang Sidimpuan Tenggara, dan Padang Sidimpuan Angkola Julu. Kerusakan rumah terjadi di sepanjang bantaran Sungai Batang Ayumi. Total rumah yang hanyut mencapai 61 unit, rusak berat atau tidak bisa diperbaiki lagi 71 unit, rusak sedang 62 unit, dan rusak ringan 102 unit.
Banjir bandang juga menewaskan lima warga. Empat di antaranya merupakan ayah, ibu, dan dua anaknya, yakni Saykum Sarumpet (48), Syahriana Situmorang (45), Rofiah Sarumpet (8), dan Sakinah Sarumpet (10). Mereka merupakan warga Kelurahan Lubuk Raya, Kecamatan Padang Sidimpuan Hutaimbaru. Sementara satu korban meninggal yang lain adalah Bahar Efendi Panggabean (55), warga Kelurahan Batang Ayumi, Kecamatan Padang Sidimpuan Utara.
Dalam kunjungannya ke Padang Sidimpuan, Wakil Gubernur Sumatera Utara Nurhajizah Marpaung mengatakan, pemerintah akan fokus pada penanganan pengungsi dan penyelidikan penyebab banjir bandang. Ia mengatakan, pihaknya akan berupaya memenuhi kebutuhan dasar warga selama di pengungsian. Pemerintah juga tengah membicarakan untuk segera merekonstruksi rumah warga yang hanyut atau rusak.
Nurhajizah menyatakan, dirinya sudah mendengar ada pembalakan hutan di daerah hulu sungai yang menyebabkan kerusakan lingkungan. ”Namun, itu, kan, masih informasi saja. Kita tunggu saja penyelidikan dari penegak hukum,” katanya.