PADANG SIDIMPUAN, KOMPAS— Sekitar 400 pengungsi akibat banjir bandang di Kota Padang Sidimpuan, Sumatera Utara, membutuhkan bantuan pakaian, selimut, dan alas tidur. Hingga Selasa (28/3/2017) siang, rumah korban banjir belum bisa ditempati karena masih terendam lumpur dengan ketinggian 0,5 meter hingga 1 meter. Sebagian rumah warga juga hanyut terbawa arus.
”Kami tidak punya apa-apa lagi, semua hanyut terbawa arus banjir bandang. Pakaian yang kami punya hanya yang melekat di badan. Kami tidur di masjid tanpa selimut,” kata Naimun Dalimunthe (65), di Desa Batunadua Julu, Kecamatan Padang Sidimpuan Batunadua.
Banjir bandang menerjang enam kecamatan di Kota Padang Sidimpuan pada hari Minggu (26/3/2017) malam. Lima orang ditemukan tewas, satu hilang, dan empat orang mengalami luka. Lebih dari 400 warga masih mengungsi. Akibat luapan Sungai Batang Ayumi itu, sejumlah 33 rumah dan 7 kendaraan hanyut terbawa arus. Puluhan rumah lain rusak parah.
Kelurahan Batunadua Julu adalah salah satu daerah yang terkena dampak banjir bandang paling parah. Permukiman warga yang berada di bantaran Sungai Batang Ayumi rusak parah, dan hingga kini belum bisa ditempati warga. Lumpur masih menumpuk di dalam rumah dan di jalan. Batang dan ranting pohon beserta sampah juga menumpuk. Adapun rumah-rumah yang berada persis di tepi sungai hanyut terbawa arus.
Petugas gabungan dari Polri, Tentara Nasional Indonesia, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Padang Sidimpuan, dan sejumlah warga bahu-membahu membersihkan perkampungan. Mereka menggunakan cangkul dan goni untuk mengangkat lumpur ke bak truk. Sejumlah petugas memotong batang pohon dengan gergaji mesin sebelum diangkat ke dalam truk.
Kepala Lingkungan II Kelurahan Batunadua Julu, Sarga Harahap, mengatakan, ada lebih dari 400 warga hingga kini masih mengungsi ke beberapa masjid dan ke rumah sanak saudaranya.
Menurut Sarga, hari ini bantuan berupa beras dan lauk-pauk mulai berdatangan. Namun, bantuan sandang masih kurang.