Lika-liku Berburu Tiket Konser
Menonton langsung konser band musik idola tentu menyenangkan. Namun, kadang itu tak selalu mudah. Sering kali ketika jadwal sudah dikosongkan, uang sudah terkumpul, tiketnya sulit didapat. Entah karena peminat terlalu banyak atau malah sistem pembelian yang tak bersahabat. Lebih amsyong lagi kalau kedua faktor itu digabungkan.
Konser duoelektronik Honne di Jakarta pada 11 Maret lalu, misalnya, bikin geregetan penggemarnya. Karcisnya ludes jauh sebelum konser. Banyak calo yang jual dengan harga suka-suka gue. Konser Coldplay di Singapura akhir Maret ini juga susah banget cari karcisnya. Bahkan, untuk mendapat selembar tiket konser musisi lokal seringkali susah.
Inilah pengalaman menarik sejumlah mahasiswa ketika berburu tiket konser.
Konser Pelarian
Sa’ad Fajrul Aziz, Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta.
Waktu SMA, orangtua mengirimku ke pesantren. Musik adalah barang haram. Untuk keluar kompleks pun rumit izinnya. Maka, meminta izin keluar untuk nonton konser adalah hal mustahil.
Suatu ketika pada 2012, Superman is Dead (SID) mau main di alun-alun. Aku merasa harus menonton. Sahabatku juga antusias dengar kabar itu. Kami pun membuat rencana melarikan diri demi lihat SID secara langsung. Waktu itu aku belum pernah sama sekali nonton konser musik.
Selepas shalat maghrib, kami bergegas ke kamar mandi. Di sana ada pipa yang mengarah ke belakang kompleks pesantren. Kami menempelkan diri ke pipa dan menuruni lantai dua. Setelah sampai di bawah, kami menyeberangi sungai setinggi lutut. Sesampainya di seberang, kami masih mengendap-endap, siapa tahu ada ustaz yang patroli mencari santri kabur.
Sampai di alun-alun, ada banyak calo menawarkan tiket. Kami tak mau tertipu pada pengalaman konser pertama ini. Kami memutuskan antre di loket resmi. Perjuangan mendebarkan ini terbayar lunas ketika menyaksikan trio punk Bali itu beraksi selama sekitar satu jam. Pengalaman kabur ini masih terpatri di kepala.
Rayuan Bakso
Chadhira Ufiyani, Jurusan Ilmu Komunikasi Jurnalistik, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung.
Februari 2012, salah satu promotor mengumumkan konser pianis Greyson Chance di Jakarta pada April 2012. Sebagai penggemar garis keras, saya harus hadir. Masalah muncul karena waktu itu saya masih SMA, tidak cukup uang beli tiket. Berminggu-minggu saya menabung, tetapi tetap kurang.
Harapan muncul ketika pihak penjual tiket mengadakan kuis berhadiah nonton gratis. Peserta kuis diminta mengunggah foto bareng Greyson ke Twitter. Dengan kemampuan edit foto seadanya, saya selipkan gambar Greyson di foto keluarga saya. Ternyata saya menang. Bahagia rasanya!
Tak hanya sampai di situ. Empat hari sebelum konser, promotor mengadakan kuis berhadiah ikut meet and greet (MnG). Peserta kuis diminta menjelaskan mengapa layak ikut acara itu.
”Saya ingin ngasih bakso untuk Greyson” adalah jawaban yang dianggap kreatif oleh promotor. Saya berhasil memenangi kuis ini. Tak ada yang bisa menghilangkan senyum saya hari itu.
Bayar Mahal
Vinsencius Bayu Prayogo, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Aku sangat menyukai musik hip-hop dan mengidolakan musisinya. Aku mengidolakan Young Lex walaupun kontroversial. Bagiku, ia punya potensi menciptakan lirik yang beragam dan berkualitas. Maka, ketika mengetahui ia akan konser di Jogja Expo Center, aku bertekad menonton.
Jadwal kuliah yang padat membuat aku lupa membeli tiket konser hingga tiba pada hari pertunjukan. Aku mencari bantuan kepada teman-teman lain untuk mendapatkan tiket.
Akhirnya ada teman yang menawarkan tiketnya. Ia bersedia menjual, tetapi dengan harga dua kali lipat karena dia tahu aku sangat mengidolakan Young Lex. Karena tak mau kehilangan kesempatan bertemu idola, aku beli juga dengan harga lebih mahal.
Akibat Labil
Rima Dian Pramesti, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, UIN Walisongo, Semarang.
Pengalaman pahit gagal nonton konser aku rasakan sekitar enam bulan lalu. Waktu itu aku baru selesai ujian akhir SMA. Di hari-hari menganggur itulah, aku dan tiga temanku punya rencana nonton konser Sheila on 7 di GOR Universitas Negeri Yogyakarta.
Kami asli Tegal dan belum pernah keluar kota sendirian tanpa keluarga. Namun, kami udah niat banget dan sok berani sampai browsing jadwal kereta dan bus ke Yogyakarta. Kami juga sudah menabung.
Tiba-tiba ada yang membatalkan berangkat karena enggak dapat izin orangtua. Satu batal, semua batal. Tapi akhirnya kami bertiga memutuskan tetap berangkat. Labil banget ya.
Giliran mau pesan tiket konser, ternyata sudah sold out. Kami sedih banget, enggak ingin apa-apa lagi selain nangis. Ya sudahlah, mungkin lain kali bisa nonton.
Antre Pagi Buta
Aulia Rahmadiani, Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Menonton konser K-Pop adalah salah satu hobi saya saat SMA. Awal-awalnya buta dengan regulasi mendapat tiket, bagaimana keadaan venue, hingga lama-kelamaan bisa mengidentifikasi siapa promotornya. Salah satu pengalaman paling berkesan adalah ketika menonton Super Show 4 Live in Jakarta, beberapa tahun lalu.
Waktu itu promotornya mengumumkan membuka loket pukul 08.00. Sejak malam sebelumnya, saya dan teman-teman sudah ketar-ketir karena berdasarkan pantauan di Twitter, ELFs (sebutan fans Super Junior) sudah memenuhi tempat penjualan tiket.
Jadilah kami memutuskan datang ke sana pukul 04.00. Di sana sudah ramai sampai berdesak-desakan. Pukul 06.00, promotor mengumumkan tiket sudah habis. Kami kecewa.
Beberapa hari kemudian, ada pengumuman tiket kembali dijual via online. Teman saya berjuang mendapatkan tiketnya, dan akhirnya dapat. Sepuluh menit kemudian, tiket via online itu ludes terjual.
Cek Jadwal Manggung
Angelina Maya Prihandini, PGSD Universitas Sanata Dharma Semester II
Menonton konser musik band idola secara langsung adalah kegiatan yang menyenangkan bagi saya. Hal itu menjadi kepuasan tersendiri bagi saya jika saya dapat membeli tiket tersebut dengan uang saya sendiri. Lebih tepatnya uang yang saya kumpulkan sendiri. Banyak pengalaman menarik bagi saya mengenai perjuangan menonton konser. Namun yang paling menarik bagi saya adalah waktu menonton konser Sheila on 7 di Solo.
Waktu itu saya ingin sekali menonton Sheila on 7. Lalu saya mencari informasi kapan Sheila on 7 akan manggung. Saya cari tanggal yang paling dekat dengan hari itu. Saya mencari tanggal yang paling dekat dengan hari itu karena posisinya saya sudah menyisihkan uang dan akhirnya uang tersebut sudah terkumpul. Jika konsernya terlalu lama maka saya bisa pastikan sebelum nonton konser uang saya habis lebih dulu. Kemudian saya dapatkan info bahwa Sheila on 7 akan manggung di Stadion Manahan Solo acara Clossing Ceremony salah satu universitas di Solo. Ya hanya itu yang terdekat. Tanggalnya memang dekat, namun lokasinya tidak begitu dekat bagi saya yang berdomisili di Yogyakarta. Tapi berhubung uang sudah ada di tangan jadi saya putuskan untuk berangkat ke Solo. Saya pergi ke Solo naik motor bersama teman saya. Seperti konser-konser pada umunya konser tersebut dilaksanakan malam hari. Jadi daripada saya pulang ke Yogyarkarta larut malam maka saya menyewa pengianapan di Solo.
Konser malam itu berlangsung dengan lancar dan meriah. Saya senang sekali bisa nonton Sheila on 7 secara langsung untuk pertama kalinya. Setelah nonton konser saya pulang ke penginapan bersama teman saya. Kemudian saya buka instagram sebelum tidur. Dan ternyata saya menemukan postingan yang membuat saya merasa sedikit menyesal. Postingan yang saya temukan adalah info bahwa hari Minggu, 12 Maret 2017 Sheila on 7 akan manggung di Kridosono. Ya saya pergi ke Solo menonton Sheila on 7 pada hari Sabtu, 11 Maret 2017. Hanya selisih satu hari saja. Saya merasa sangat kecewa, seharusnya saya melihat jadwal Sheila on 7 manggung dengan teliti. Coba saja kalau saya melihat dengan teliti saya tidak usah jauh-jauh ke Solo sampai sewa penginapan. Ya sudahlah nasi sudah menjadi bubur.
Menonton dari Luar Pagar
Rikardus Yonogas Goa, Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
Baru baru ini di Jogja dimeriahkan dengan konser band papan atas Inonesia yaitu Slank. Sebagai seorang Slankers tentunya ini adalah momen terindah untuk menonton langsung konser sang Idola. Mulai dari tanggal dimulainya penjualan tiket saya pun mencarinya untuk membeli. Namun, ketika mendatangi tempat penjulan tiket selalui ditemui jawaban “ aduh mas, maaf yah untuk hari ini tiketnya habis”. Setiap hari pun seperti itu.
Hingga tiba saatnya hari Slank konser, saya pun tak kedapatan tiket. Perasaan menyesal pun didapat tak karuan. Adalah jalan keluar yang kemudian saya tempuh adalah merapat ke tempat slank melakukan konser. Dengan penuh kecewa saya setia menonton dari luar pagar dengan harapan akan ada saatnya Slank akan menampakkan mukanya juga pada orang di luar pagar. Ibarat pepatah mengatakan “loyalitas tanpa batas”. Begitu juga dengan fans sejati itu takkan kehabisan cara untuk menggelorakan semngat bertemu sang idola.