Cabang Olimpiade Terancam Dicoret
Sekretaris Jenderal Inasgoc Harry Warganegara mengatakan, sejumlah skema dimatangkan. ”Bisa saja pemerintah menghapus cabang Olimpiade baru, Olimpiade lama, atau non-Olimpiade. Kami siapkan pilihan-pilihan itu. Mungkin saja, setelah bertemu OCA, muncul opsi lain di luar penawaran pemerintah,” katanya, Kamis (30/3).
Menurut Harry, pilihan-pilihan penghapusan cabang masih digodok Kementerian Pemuda dan Olahraga. Selaku panitia, menurut Harry, Inasgoc siap mengikuti panduan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai Ketua Panitia Pengarah Asian Games 2018.
Mantan petenis nasional yang kini anggota Komisi X DPR, Yayuk Basuki, menilai, rencana penghapusan cabang sudah terlambat. ”Kita hanya punya waktu 1,5 tahun. Sebanyak 42 cabang di Asian Games sudah diumumkan. Atlet dan ofisial juga sudah bersiap. Kalau dibatalkan, tentu ini memalukan dan mematahkan semangat atlet,” ujarnya.
Selain itu, menurut Yayuk, pengurangan cabang dari 42 menjadi 36 tak signifikan memangkas anggaran. ”Daripada menghapus cabang, Indonesia perlu memikirkan persiapan apa yang kurang. Dari sana kita harus cari jalan keluarnya,” katanya.
Menurut Harry, anggaran Rp 10 miliar-Rp 70 miliar disiapkan untuk menggelar kejuaraan. ”Apakah signifikan memangkas anggaran atau tidak tentu relatif. Kebutuhan anggaran setiap cabang berbeda,” ucapnya.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto menuturkan, pemerintah dan Inasgoc akan memanfaatkan pertemuan dengan Presiden OCA Sheikh Ahmed al-Fahad al-Sabah, pertengahan April, untuk menegosiasikan dua hal. Dua hal itu adalah pengurangan jumlah cabang menjadi 36 dan persentase pembagian pemasukan dari para sponsor.
Pemerintah juga akan mengalokasikan anggaran Rp 4,5 triliun untuk Asian Games 2018. Jumlah ini tidak termasuk alokasi sekitar Rp 30 triliun untuk membangun berbagai infrastruktur pendukung. Selain itu, dari sponsor dan penjualan tiket, diprediksi ada tambahan anggaran sekitar Rp 1,5 triliun.
Hal itu dibahas dalam rapat persiapan Asian Games yang dipimpin Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Kamis (30/3). Hadir dalam rapat ini, antara lain, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, dan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar.
Selain itu, hadir pula Deputi Inasgoc Francis Wanandi, Harry Warganegara, serta Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta Kamdani dan Kepala Divisi Olahraga Kadin Josephine Tampubolon.
Menurut Puan, Wapres mengarahkan supaya penggunaan dana APBN tak lebih dari Rp 4,5 triliun. Banyak pihak menilai anggaran ini tak cukup untuk Asian Games 2018 sehingga anggaran perlu dihemat. ”Cost effective ini bukan pengurangan tanpa negosiasi, melainkan semua bisa dinegosiasi,” ujarnya.
Partisipasi swasta
Di sisi lain, untuk memenuhi kebutuhan biaya, diharapkan perusahaan swasta nasional ataupun multinasional serta BUMN berperan aktif dan berkontribusi. Karena itu, Menkominfo ataupun Wakil Menteri ESDM diminta mengundang perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan telekomunikasi ataupun sektor ESDM guna berperan sebagai sponsor. ”Semua intinya aktif berperan serta bergotong royong menyukseskan Asian Games 2018,” tambah Puan.
Dari Palembang dilaporkan, pembangunan sejumlah arena di kompleks Jakabaring terhambat cuaca buruk. Hal ini diperparah kondisi area yang mayoritas lahan rawa. Kontraktor mengantisipasi masalah ini dengan menambah jumlah pekerja.
Berdasar pantauan Kompas di Jakabaring, Kamis, sejumlah arena terus dibangun. Beberapa di antaranya lapangan tembak, arena dayung, arena boling, dan rumah susun milik. Beberapa arena masih dalam tahap pembangunan tiang pancang. Arena lain memasuki tahap konstruksi.
Arena dayung per 26 Maret mencapai 10,4 persen, lebih cepat dibandingkan jadwal kerja yang ditetapkan, yakni 10,35 persen. Koordinator Teknik PT Nindya Karya, yang membangun arena dayung Jakabaring, Erik Prima mengatakan, beberapa tahapan yang sedang dikerjakan ialah penyelesaian tiang pancang untuk tribune serta rancangan pembangunan untuk menara pantau.
Erik menambahkan, dalam proses pembangunan, pihaknya terkendala cuaca buruk.
Proyek pembangunan fisik rumah susun milik yang akan dijadikan wisma atlet pada Asian Games 2018 di Kompleks Olahraga Jakabaring juga belum bisa dilakukan hingga Kamis. Hal ini akibat proses penanaman tiang pancang belum kelar. Padahal, proyek itu sudah dimulai sejak Juni 2016.
Petugas Keselamatan dan Keamanan Kerja Pembangunan Rumah Susun Milik Sendiri (Rusunami) Wisma Atlet Asian Games 2018 dari PT Nindya Karya, Indra Gunawan, mengatakan, pihaknya siap melakukan pembangunan fisik Rusunami Wisma Atlet Asian Games 2018 sejak dua bulan lalu.
Namun, karena penanaman tiang pancang belum selesai, pembangunan fisik itu belum bisa dilakukan. ”Material sudah siap semua sejak dua bulan lalu. Namun, material ini terbengkalai karena pembangunan belum bisa dilakukan,” ujar Indra. (DNA/OKI/INA/RAM/DRI)