JAKARTA, KOMPAS — Indonesia pernah memiliki lomba balap sepeda Tour de Indonesia (TdI) yang bermula dari Jakarta hingga ke Bali. Namun, sejak 2011, tur yang mulai diadakan pada 2003 dan diikuti pebalap sepeda dari berbagai belahan dunia itu vakum. Tahun ini, Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI) berambisi menggelar kembali TdI dengan level kelas yang setara dengan Tour de Langkawi milik Malaysia.
Persiapan untuk menyelenggarakan TdI terus dilakukan. Selain mencari sponsor dan bertemu dengan pelaksana penyelenggaraan tur-tur besar dari luar negeri, PB ISSI juga berupaya menemui pengurus Persatuan Balap Sepeda Internasional (UCI) untuk menaikkan status Tour de Indonesia dari 2.2 menjadi 2.HC seperti Tour de Langkawi.
”Kami ingin TdI memiliki kelas yang sama dengan Tour de Langkawi. Sudah saatnya Indonesia memiliki lomba tur dengan kelas HC. Selama ini semua tur di Indonesia baru pada level 2.2,” kata Raja Sapta Oktohari, Jumat (31/3) dari London, Inggris.
Seiring dengan naiknya status kelas Tour de Indonesia menjadi HC, PB ISSI punya tugas berat untuk mendatangkan tim-tim balap sepeda sesuai aturan UCI.
Aturan UCI menetapkan, lomba tur berkelas HC harus melibatkan tim-tim pebalap ProTeams yang jumlahnya maksimal 70 persen. Sisanya digunakan untuk tim kontinental profesional yang masuk daftar UCI, tim kontinental UCI, dan tim nasional dari negara penyelenggara.
UCI membagi lomba balap sepeda jalan raya ke dalam kategori balap sehari (one-day race) dan lomba lebih dari satu hari yang terdiri atas beberapa etape (stage race). Untuk lomba satu hari, kelas terbawah diberi kode 1.2 dan stage race berkode 2.2. Pada kelas ini, tim balap sepeda daerah dan klub-klub bisa ikut menjadi peserta. Selain tentunya diikuti tim kontinental profesional, tim kontinental, dan tim nasional.
Untuk lomba balap sehari, setelah level 1.2, penyelenggaraan tur bisa naik ke kelas 1.1 dan yang tertinggi ke level 1.HC. Untuk kategori stage race, setelah level 2.2, sebuah lomba bisa naik ke level 2.1, kemudian naik ke level 2.HC dan paling tinggi adalah level World Tour Team (WT), seperti Tour de France dan Giro D’Italia.
Di kelas HC, Tour de Langkawi Malaysia memiliki jarak tempuh balapan 1.472 kilometer dengan 10 etape. Adapun Tour de Indonesia 2011 menempuh 1.328,4 kilometer dengan 10 etape.
Menurut Okto, untuk bisa memenuhi persyaratan naik kelas ke HC memang tidak mudah karena mereka harus mendatangkan ProTeams yang juga punya jadwal ketat mengikuti berbagai tur balap sepeda di dunia. Oleh karena itu, ia akan menemui UCI untuk mencocokkan jadwal agar Tour de Indonesia tidak bentrok atau berdekatan dengan jadwal tur dunia lainnya.
Dari kalender UCI, sepanjang tahun 2017 terdapat 170 lomba balap sepeda tur di bawah UCI. Dari jumlah itu, Indonesia telah memasukkan dua jadwal, yaitu Tour de Lombok (13-16 April) dan International Tour de Banyuwangi Ijen (27-30 September). Namun, Tour de Singkarak belum tercatat dalam jadwal kalender UCI tahun ini.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.