JAKARTA, KOMPAS — Ahli tsunami Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko mengatakan, potensi tsunami yang bersumber gempa bumi dari selatan Bali perlu diwaspadai karena dampaknya yang bisa sangat merusak. Pada April 2016 telah dilakukan pemodelan landaan tsunami jika gempa bumi terjadi di selatan Bali dengan kekuatan Magnitudo 8,9.
”Hasilnya, tsunami bisa melanda pantai selatan Bali dengan ketinggian 15-20 m. Sementara Kota Denpasar berpotensi terendam tsunami dari arah timur dan barat,” kata Widjo.
Widjo menambahkan, dari pemodelan ini, rencana reklamasi Teluk Benoa juga dapat meningkatkan potensi ketinggian tsunami sebesar 10-15 persen di kawasan.
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengatakan, hingga saat ini periode keberulangan gempa bumi di selatan Bali masih belum diketahui karena minimnya data yang ada. Dalam beberapa kali kejadian, gempa raksasa bisa memiliki waktu keberulangan puluhan hingga ratusan tahun sekali. Namun, hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa meramalkan dengan pasti kapan gempa besar akan terjadi lagi.
”Tidak hanya bagi kami yang bertugas melakukan monitoring gempa, masyarakat, dan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Bali direkomendasikan terus meningkatkan kesiapsiagaan bahwa ancaman gempa dan tsunami di Bali tidak hanya dari utara yang bersumber dari struktur sesar naik utara pulau ini, tetapi juga dari zona tumbukan lempeng di selatannya,” ujarnya.
Seperti diberitakan pada edisi cetak Harian Kompas, Jumat (7/4/2017), gempa kembali terjadi di zona subduksi di sebelah selatan Bali, Kamis (6/4), pukul 11.44. Jika pada 22 Maret lalu terjadi gempa di kawasan yang sama dengan kekuatan M 5,6, kali ini berkekuatan M 4,4. Sekalipun relatif kecil, hal ini semakin memperkuat kekhawatiran aktifnya zona subduksi di kawasan tersebut yang menyimpan energi gempa hingga di atas M 8,5 ini.
Hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan, episenter gempa terletak pada koordinat 9,26 derajat Lintang Selatan dan 115,49 derajat Bujur Timur, tepatnya di Samudra Hindia pada jarak 81 kilometer (km) arah selatan Klungkung dengan kedalaman 76 km.
Berdasar data BMKG, gempa yang bersumber di zona subduksi sebelah selatan Bali juga terjadi pada 13 Oktober 2011 dengan kekuatan M 6,8. Sedangkan zona subduksi di sebelah timur Bali, yaitu selatan Pulau Sumbawa, pernah melepaskan gempa hingga M 8,3 yang memicu tsunami pada 1977. Sebelah barat Bali, yaitu selatan Banyuwangi, juga pernah melepas gempa berkekuatan M 7,8 yang juga memicu tsunami pada 1994.
(AIK)