Jaringan NIIS di Asia Tenggara
Puncak kejayaan NIIS terjadi pada 2014. Kepemimpinan Albagdadi yang ingin mendirikan great caliphate itu kemudian pelan-pelan mulai tergerus sejak tahun 2016. Kemerosotan kekuasaan NIIS ditandai dengan sejumlah kegagalan penyerangan, kerugian material, dan kerugian immaterial dan moral akibat banyak pasukan NIIS yang terbunuh. Demikian juga tewasnya “raja propaganda” Mahmud al Islawi. Hilangnya kekuatan inti di mana 32 militan tewas di Al-bab dan Bzaqah pada 6 Januari 2016. Juga tertembak matinya dua eksekutor andalan, yaitu Talal bin Samran Al-saud dan Salam bin Yaslan al Sayari yang merencanakan menyerang Masjid Nabawi pada 8 Januari 2016.
Kemerosotan moral Albagdadi yang membuatnya semakin stres dan limbung adalah direbutnya kembali kota Palmyra dab kota Jabarlus pada 24 Agustus 2016, serta direbutnya kembali kota Sharqat di Irak.
Akibat kekalahan dan kemerosotan moral itu, Albagdadi sempat bersembunyi di lorong-lorong bawah tanah kota Raqqa dengan mengubah total penampilannya. Untuk menghilangkan identitasnya di depan khalayak, dia memotong kumis, jambang serta mengubah cara berpakaian, juga tidak pernah keluar dari sarang tikusnya.
Persembunyian bagi pimpinan NIIS ini tidak pernah bisa bertahan lama. Dia berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dalam sebuah provinsi. Di kota Mosul yang merupakan basis kekuatan inti NIIS, dia hanya bertahan sembilan bulan. Albagdadi bersembunyi setelah tertembak akibat serangan udara pada Maret 2015 di Al-baaj- sebuah kota 28 kilometer dari kota Mosul. Dalam kondisi fisik yang menurun, Albagdadi memerintahkan melalui pesan propaganda kepada pengikutnya yang berada di Mosul untuk terus berperang “demi surga”.
Karena kian terdesak, pada 9 Maret 2017 Albagdadi telah meninggalkan kota Mosul. Konon dia telah menyerahkan komandonya kepada level ke dua. Albagdadi dan sebagian pengikut yang setia, diduga telah bergabung dengan warga sipil tidak bersenjata dalam sebuah iring-iringan konvoi.
Albagdadi sempat berkunjung di kota Mosul tiga kali. Jaringan intelijen mengatakan, Albagdadi bergabung dengan pengungsi yang rata-rata perempian dan orang tua. Gurun-gurun yang kemungkinan ditempuh oleh Albagdadi dalam pelariannya, di antaranya Gurun Niniwe yang memanjang dari barat Suriah dan Raqqa, Gurun Anbar ke arah Al-qaim menuju Gurun Nukhayb di perbatasan Yordania, atau gurun barat Mosul ke Salaheddine ke Matibilah yakni antara provinsi Saalaheddine dan Diyala.
Filipina dan Malaysia
Seiring dengan melemahnya NIIS di Irak dan Suriah, di wilayah Asia Tenggara justru NIIS menunjukkan kekuatannya. Seiring dengan perintah juru bicara NIIS Abu Muhamad al-Muhajeer yang menggantikan al-Adnani yang tewas pada Agustus 2016 kepada pengikut setia Albagdadi di berbagai negara, bahwa untuk beramaliyah bisa dilaksanakan di negara sendiri apabila tidak bisa berangkat ke Suriah.
Sel-sel teroris yang tidur kembali bangkit. Pengikut tokoh-tokoh penting teroris Malaysia yang telah meninggal tahun 2015 seperti Machmoed Achmad, dosen Kajian Islam Universitas <alaka, Much Jaraimee Awang alias Abu Nur, Mohamad Najib bin Husin, dan Abu Anas al-Muhajir, kembali merapatkan barisan menyusun kekuatan.
Akibatnya tidak tanggung tanggung. Pada Juni 2016 beredar luas di Youtube bahwa seorang warga negara Malaysia bernama Mohamad Pati Udin dan seorang warga negara Indonesia Mohamad Karim Yusuf Faiz bersumpah setia (bai\'at) kepada Isnilon Tatoni Hapillon, pemimpin kelompok Abu Sayyaf.
Situasi itu sangat menguntungkan Abu Sayyaf mengingat Malaysia sudah bertahun-tahun menjadi sumber pendanaan dan personal Abu Sayyaf. Malaysia secara spesifik punya hubungan dengan Abu Sayyaf Basilan dan semenanjung Malaysia yang personalnya berpendidikan lebih tinggi.
Indikator yang menunjukkan bahwa di Malaysia, NIIS menguat adalah dengan lahirnya sarana media NIIS, surat khabar Al-fatin pada 20 Jun 2016. Ide pendirian koran tersebut adalah menampung mujahidin serumpun melayu (Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura). Edisi perdana surat kabar tersebut tentang jihad sebagai tema Ramadhan yang berisi pesan-pesan dari para ideolog Medir. Sedangkan isi yang umum adalah tentang perkembangan NIIS di Irak dan Suriah.
Bagi Malaysia, semua pergerakan kelompok teroris pro-NIIS itu merupakan ancaman nyata. Pada Juni 2016, terjadi pelemparan granat Barrage di Puchong yang melukai delapan orang. Sejak 2013, Malaysia telah menangkap 230 tersangka NIIS, 200 di antaranya berkewarganegaraan Malaysia, 90 orang berangkat ke Suriah, 21 tewas dan 7 orang tercatat sebagai pelaku bom bunuh diri.
Presiden Filipina Duterte memerintahkan militer negara itu untuk menggempur markas Abu Sayyaf yang sudah berafiliasi dengan NIIS. Pada 25 Oktober 2016 lalu, militer Filipina menyerbu sarang Abu Sayyaf di Baranggay Maligaya dan menewaskan dua belas tentara pilihan.
Banyak analisis mengatakan bahwa pimpinan NIIS Isnilon Tatoni Hapilon telah tewas. Namun alih-alih melemah, teroris NIIS Filipina tampak semakin kuat. Awal Maret 2017, Batalion Infantri ke-41 Filipina gagal menyerbu markas- markas kecil Abu Sayyaf di Talipoa, Sulu, Filipina. Sebanyak 32 prajurit Filipina terluka parah hanya untuk menghadapi 80 militan NIIS Abu Sayyaf. Dengan geram Presiden Duterte meyakinkan bahwa Isnilon sudah tewas dua bulan lalu. Pada 3 Maret 2017 di Istana Malacanang, Duterte berulang mengatakan, "Baka patay na Isnilon Tatoni Hapilon" yang artinya “dia telah mati”.
Albagdadi menilai pimpinan Abu Sayyaf piawai memimpin dan cocok menjadi pimpinan NIIS di wilayah Asia Tenggara. Untuk itu, melalui koran NIIS, An-naba, pimpinan Abu Sayyaf, Isnilon Tatoni Hapilon ditunjuk sebagai pimpinan provinsi jauh NIIS (Walayat Filipina) dengan nama panggilan Sheik Mujahid Abu Abdullah Al Filipini.
Untuk menghidupkan kelompoknya, Hapilon menghidupkan dewan perwakilan semacam DPR yang dinamakan Ahlus shura. Dan untuk mengefektifkan serangan, Hapilon membentuk empat batalion tempur masing masing Batalion Anshar al-Syariah dipimpin Abu Anas Al-muhajir dari Malaysia, Batalion Mara\'kah al-Anshar dipimpin Abu Amar tokoh kelompok Abu Sayyaf Radilan Shahiron, Batalion Anshar Khilafah dipimpin Abu Safiro (suku Tagalog), dan Batalion al-Kharakatu al Islamiyah.
Kekuatan NIIS di Filipina semakin kuat setelah kelompok Moute tanggal 2 September 2016 menyerang kota Davao yang menyebabkan 15 warga sipil tak berdosa tewas dan 70 luka luka. Pada 28 Desember 2016, kelompok ini melakukan dua pengeboman di Hilongas, serta menyerbu penjara di Lanao de Sur dan membebaskan tahanan teroris, selanjutnya berbaiat kepada Albagdadi (NIIS). Posisi kelompok Moute menguntungkan karena mereka daerah otonomi khusus ARMM (Autonomous Region of Moslem Mindanao). Moute adalah pecahan dari BIFF (Moro Freedom Fighter), pecahan MILF (Moro Liberation Front).
Indonesia dan Malaysia
Para mujahidin Indonesia di bawah pimpinan Bahrun Naim membuat kelompok Paguyuban Mujahidin dengan nama Katibah Nusantara. Kelompok ini pada awal berdirinya dipimpin tiga serangkai yakni Bahrumsyah, Bahrun Naim dan Salaim Mubarok alias Abu Jandal.
Yang paling dominan tampil dan secara masif menyerukan propaganda heroik dan maskulinitas dalam bingkai perjuangan agama di media sosial adalah Bahrun Naim. Dalam berbagai komunikasi kepada jaringan, dia menyerukan lima hal, yaitu pertama, seranglah dan targetkan orang asing dan polisi; kedua, yakinlah teror yang dilakukan adalah seruan Rassullullah SAW; ketiga, agar singa-singa Indonesia berjihadlah; keempat, anjuran untuk membunuh; dan kelima, anjuran terendah adalah menawan orang yang tidak seideologi, menyerang secara serentak, serta melakukan kegiatan minimal memata-matai pemerintah dan aparat penegak hukum.
Dalam perjalanannya, Katibah Nusantara dikabarkan bahwa Abu Jandal tewas. Lalu Bahrumsyah juga tewas akibat bom bunuh diri yang prematur. Berkurangnya dua mujahidin Indonesia itu tidak berarti kekuatan Katibah Nusantara Irak dan Suriah melemah.
Bergabungnya Muhamad Faiz alias Muhamad Saefudin yang bernama baru Abu Walid, mantan narapidana terorisme Filipina berkewarganeraan Indonesia merupakan kekuatan baru yang mendukung NIIS. Lelaki berusia 34 tahun asal Kelompok Solo itu pernah dipenjara di Filipina selama sembilan tahun. Saudara kembarnya yang juga teroris tewas di Ambon tahun 2000-an. Setelah bebas dan dideportasi ke Indonesia, dia menikahi adik kandung Urmah alias Budi (teroris yang menyembunyikan dan membantu Noordin M Top). Akhirnya dia berangkat ke Suriah memperkuat Katibah Nusantara.
Melihat perkembangan situasi global, kekuatan NIIS lokal, jaringan teroris ASEAN menggeliat dan bangkit. Seorang anggota NIIS berkebangsaan Malaysia yang berada di Suriah atas nama Muhamad Wanddy alias Muhamad Jeddi ikut bergabung dan ikut merekrut orang Indonesia, Thailand, Bangladesh yang ingin berangkat ke Suriah atau ke Filipina.
Otoritas Malaysia setelah mendapat informasi dari banyak negara sahabat, tidak mau kecolongan. Untuk mencegah teror berkembang, pada 13-19 Januari 2017 Polis Di Raja Malaysia melalukan operasi teroris besar0besaran dan berhasil menggagalkan rencana perkuatan NIIS Filipina Isnilon Tatoni Hapilon. Malaysia berhasil menangkap warga negara Filipina berumur 31 tahun sebagai penunjuk jalan, dua orang dari Bangladesh, dan seorang perempuan Malaysia berumur 27 tahun sebagai fasilitor keberangkatan. Terindikasi bahwa jaringan Sabah Mahmoed Achmad masih terlibat.
Jaringan NIIS di Indonesia memang banyak, dan tersebar di seluruh wakalah. Namun NIIS juga membaca bahwa aparat Indonesia sangat waspada dan jeli serta siap melakukan penangkapan terhadap siapapun terkait teroris dan NIIS. ***
Brigjen Polisi Hamidin adalah Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)