Menikmati Kopi Racikan Kartunis
Begitu memasuki Kedai Sellie Coffee, Rabu (22/3) malam, perhatian sejumlah perempuan muda langsung tertuju pada gambar-gambar kartun yang tertempel di dinding. Salah satu gambar berisi rangkaian adegan yang menggambarkan Presiden Joko Widodo tengah mengajukan pertanyaan kepada seorang siswa sekolah dasar.
“Ayo coba sebutkan 5 nama ikan,” kata Presiden.
“Ikan teri, ikan paus, terus ikan… ikan… ikan kopi!” jawab sang siswa.
“Lho kok ikan kopi?” tanya Presiden keheranan.
“Iya kopi… kopikir saja sendiri Pak, daripada salah,” ujar siswa itu disambut tawa Presiden.
Peristiwa itu tentu saja bukan kejadian sungguhan, melainkan hasil imajinasi nakal Hengki Irawan, sang pembuat kartun. Kartun berjudul “Ikan Kopi” itu memancing tawa bukan hanya karena plesetan kata “kopi” menjadi “kopikir”, tetapi juga karena karya tersebut mengingatkan kita pada seorang siswa SD sungguhan yang salah menyebut nama ikan di depan Presiden Joko Widodo.
Selain kartun “Ikan Kopi”, kita bisa menemukan puluhan kartun lain yang membicarakan kopi di Sellie Coffee, Yogyakarta. Selama 18 Maret-14 April, di kedai kopi yang menjadi salah satu lokasi shooting Film Ada Apa dengan Cinta? 2 itu sedang digelar Pameran Kartun Kopi yang diikuti 27 kartunis anggota Paguyuban Kartunis Yogyakarta (Pakyo).
Menurut salah seorang pengurus Pakyo, Herpri, pameran itu digelar atas inisiatif pengelola Sellie Coffee. Karena digelar di kedai kopi, kartun yang dipamerkan pun mengambil tema kopi. “Tapi, tema kopi ini kemudian banyak dikaitkan dengan isu-isu yang sedang aktual sekarang,” ujarnya.
Meski menampilkan isu aktual, Herpri mengatakan, kartun-kartun yang ditampilkan dalam pameran itu tidak berisi sindiran sosial politik. “Dalam pameran ini, kami murni menampilkan kartun humor atau istilahnya gag cartoon. Jadi, kami tidak menampilkan hal-hal yang berat,” ujar seniman lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tersebut.
Pilihan menampilkan kartun humor itulah yang membedakan Pameran Kartun Kopi dengan pameran Pakyo sebelumnya di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) pada 11-19 Februari 2017. Pameran di BBY yang bertema “Kartunistimewa” itu penuh dengan kartun berisi sindiran dan kritik berbau sosial politik, misalnya ihwal maraknya kekerasan dan korupsi di Indonesia, dominasi barang impor dari China, serta panasnya persaingan Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta.
Sebaliknya, dalam pameran di Sellie Coffee, kita diajak menikmati kopi, kopi, dan kopi. Namun, ibarat biji kopi yang sangat beragam jenisnya, “kopi” yang diracik tiap kartunis tentu berbeda-beda.
Harimau lucu
Bila Hengki Irawan memilih interaksi Presiden Jokowi dengan siswa SD sebagai tema kartunnya, Herpri memilih patung harimau lucu yang sempat dipajang di depan Markas Komando Rayon Militer Cisewu, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Dalam karya Herpri, terlihat seorang lelaki yang tengah menyeduh kopi, tapi permukaan kopinya ternyata membentuk wajah harimau lucu dari Cisewu.
Ada pula karya Yunus Erlangga alias Joen yang memarodikan ucapan terkenal dari para presiden Indonesia. Pada salah satu karyanya, Joen menggambarkan sosok enam presiden, dari Soeharto hingga Jokowi, duduk dan ngopi bersama-sama. Setiap presiden itu lalu mengeluarkan ucapan yang berkaitan dengan kopi.
Soeharto, misalnya, digambarkan berkata “Piye kabare? Enak kopiku to” (“Gimana kabarnya? Enak kopiku kan?”). Sementara itu, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur berkata, “Ngopi aja kok repot.” Dalam karya lainnya, Joen menggambar Presiden Soekarno tengah berpidato di depan mikrofon sambil memegang cangkir kopi dan berteriak lantang, “Beri aku secangkir kopi, maka akan kuguncang dunia!”
Sementara itu, Andi Purnawan Putra tidak memilih tokoh-tokoh besar sebagai “pemeran utama” dalam kartunnya. Sebaliknya, ia menghadirkan masyarakat biasa dengan latar belakang kehidupan sehari-hari.
Dalam karya “Cara Lain Menikmati Kopi #3”, misalnya, Andi menggambarkan sejumlah warga kelas bawah yang sedang antre menggunakan kamar mandi. Mayoritas warga yang mengantre itu membawa gayung, handuk, dan peralatan mandi lain, tetapi satu di antaranya membawa secangkir kopi yang masih mengepul.
Andi mengatakan, kelucuan sebuah kartun sebenarnya bisa dimunculkan melalui berbagai cara, misalnya jalan cerita atau bentuk anatomis tokoh utamanya. Dia menambahkan, sebenarnya kartun tidak harus ditampilkan dalam media dua dimensi, seperti kertas dan kanvas. “Awalnya saya ingin menampilkan kartun tiga dimensi, tapi karena ruang pamerannya kecil, akhirnya batal,” katanya.
Pemilik Sellie Coffee, Imam Wisnu Birowo, mengatakan, sejak berdiri 2009, kedai kopi yang dikelolanya memang rutin menyelenggarakan pameran seni rupa dan acara kesenian lain, misalnya pentas tari dan pembacaan puisi. Acara-acara seni itu digelar untuk memeriahkan suasana dan menarik lebih banyak pengunjung. “Selain itu, kami juga ingin membantu teman-teman seniman agar karyanya bisa lebih mudah dikenal masyarakat,” katanya.