”Pintu damai di bumi damai”. Itulah slogan yang dikumandangkan di Mesir, menyambut kunjungan Paus Fransiskus ke negara itu selama dua hari, Jumat dan Sabtu (28-29/4).
Kunjungan Paus Fransiskus tersebut merupakan undangan sekaligus kunjungan balasan secara berturut-turut ke Vatikan oleh Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi pada November 2014, Imam Besar Al-Azhar Ahmed al-Tayeb pada Mei 2016, dan sebelumnya Pemimpin Kristen Koptik, Tawadros II, pada Juni 2013.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Mesir merupakan kunjungan Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik yang kedua kali setelah kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke negara itu pada 24 Februari 2000. Kunjungan Paus Fransiskus saat ini bersamaan dengan usia 70 tahun hubungan diplomatik Mesir-Vatikan yang terjalin secara resmi mulai 23 Mei 1947.
Hubungan diplomatik Mesir-Vatikan merupakan hubungan tertua Vatikan dengan sebuah negara Timur Tengah pasca-ambruknya Dinasti Ottoman pada 1923 yang disusul dengan lahirnya sistem negara bangsa di kawasan itu. Mesir adalah negara Timur Tengah yang memelopori membuka hubungan diplomatik dengan Vatikan saat sebagian besar negara di kawasan itu belum merdeka.
Mesir dan Vatikan pada 1940-an menyadari adanya tantangan bersama yang meniscayakan mereka harus bergandengan tangan. Negara Mesir, yang saat itu baru lepas dari Dinasti Ottoman, ingin segera memperkuat nilai-nilai modern negara bangsa dengan memperlakukan semua warganya tanpa pandang bulu dengan hak dan kewajiban yang sama di mata negara.
Dalam konteks tersebut, Mesir dan Vatikan memiliki titik temu kepentingan. Negara Mesir yang memiliki warga minoritas, yakni kaum Kristen Koptik, berkewajiban membangun paradigma baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, di mana tidak ada lagi dikotomi antara kaum mayoritas dan minoritas terkait hak dan kewajiban.
Sementara Vatikan memiliki kepentingan mempunyai jalur hubungan langsung dengan negara Mesir untuk menjaga dan melindungi kepentingan kaum minoritas Kristen Koptik di negara itu dan kawasan Timur Tengah. Saat ini diperkirakan kaum Kristen Koptik berjumlah sekitar 10 persen dari 90 juta penduduk Mesir. Ini jumlah terbesar bagi kaum minoritas Kristen di Timur Tengah.
Dalam isu kawasan, Mesir-Vatikan memiliki kepentingan sama terkait isu Palestina. Pada 1940-an, Mesir-Vatikan sama-sama merasa menghadapi ancaman gerakan Zionis yang mendirikan negara Israel pada 1948. Vatikan dikenal sangat anti Zionis dan pendukung kuat perjuangan rakyat Palestina.
Selama 45 tahun Vatikan menolak membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Vatikan baru bersedia membuka hubungan diplomatik dengan Israel pada akhir 1993, yakni setelah PLO dan Israel menjalin Kesepakatan Oslo pada tahun itu.
Karena itu, Mesir-Vatikan di berbagai forum internasional, khususnya forum PBB, selalu satu suara dalam menghadapi isu Palestina. Mesir-Vatikan dalam berbagai forum internasinal juga selalu memberikan suara menolak keras perluasan pembangunan permukiman Yahudi, yang disebutnya sebagai ilegal. Mesir-Vatikan juga sangat mendukung solusi dua negara, Israel dan Palestina.
Selain itu, Mesir-Vatikan saat ini juga sama-sama keras menolak radikalisme yang mengancam kerukunan beragama di Mesir dan di belahan dunia lainnya.
(Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.